Fokus Pada Allah

Ulangan 27

Ada beberapa hal menarik yang penting untuk diperhatikan di dalam perintah Allah kepada orang Israel pada renungan hari ini: Pertama, Allah memerintahkan orang Israel untuk membangun mezbah dan mem-persembahkan korban bakaran di gunung Ebal ketika mereka mulai memasuki tanah Kanaan (27:1-8). Kedua, orang Israel diperintahkan untuk menuliskan perkataan-perkataan hukum Taurat Tuhan di atas batu-batu yang dilapis dengan kapur (27:2,3,8).
Hal menarik yang perlu diperhatikan adalah bahwa batu-batu besar yang didirikan orang Israel tidak boleh dipahat atau tidak boleh diolah sama sekali dengan perkakas besi (27:5). Mengapa Allah memberi perintah seperti itu? Seorang penafsir Alkitab memberikan tiga alasan: Pertama, Allah tidak ingin perhatian umat-Nya beralih dari Allah—yang harus mereka sembah—kepada keindahan dari batu yang dipahat. Fo-kus penyembahan haruslah Allah dan bukan hasil kreasi manusia! Kedua, penyembahan yang berkenan kepada Allah adalah yang sesuai dengan prinsip atau cara yang Ia berikan, bukan berdasarkan cara manusia. Ketiga, batu yang dipahat kemungkinan besar adalah karakteristik (ciri) praktik penyembahan berhala bangsa Kanaan. Ingatlah bahwa penyem-bahan kepada Allah harus didasarkan pada firman Allah dan tidak boleh dilakukan dengan cara-cara manusia.
Hal menarik lainnya adalah perintah Allah agar bangsa Israel menuliskan hukum-hukum-Nya pada batu-batu yang terlebih dahulu dilapisi dengan kapur. Mengapa batu-batu itu harus dilapis dengan kapur? Tujuannya adalah agar tulisan dapat dibaca dengan jelas. Setelah batu dilapis dengan kapur, tulisan yang ditulis di batu itu akan lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang dituliskan langsung di batu tanpa dikapuri lebih dahulu. Firman Tuhan harus jelas dan dapat dengan mudah dibaca atau diakses oleh semua orang. Perintah ini mengajarkan bahwa hamba Tuhan yang menyampaikan firman Tuhan harus menyampaikannya secara jelas dan apa adanya. Firman Tuhan harus disampaikan secara jujur, tidak dikurangi atau ditambahi. Hamba Tuhan harus menyampaikan apa yang ingin Tuhan sampaikan kepada umat-Nya. Waktu menyampaikan firman Tuhan, hendaklah firman itu dijelaskan agar mudah dimengerti oleh jemaat (bandingkan dengan Nehemia 8:9). [GI Wirawaty Yaputri]

Persembahan

Ulangan 26

Dalam kitab Ulangan, kita menemukan dua kali pencatatan tentang persembahan persepuluhan (14:22-29; 26:12). Persembahan perse-puluhan yang disebut dalam kitab ini dimaksudkan untuk dimakan di Yerusalem—yaitu tempat yang dipilih Tuhan—setiap tahun (14:22-23) dan untuk dimakan di kota tempat mereka tinggal setiap tiga tahun sekali (14:28; 26:12). Penegasan tentang persembahan persepuluhan ini penting karena orang Israel akan segera memasuki Tanah Perjanjian dan menikmati berkat-berkat Tuhan yang melimpah melalui hasil alam yang subur di Tanah Kanaan. Orang Israel tidak boleh lupa bahwa mereka dahulu adalah budak yang dibebaskan Allah, lalu dibawa masuk ke Tanah Perjanjian. Keberhasilan mereka memasuki Tanah Kanaan bukan semata-mata sebagai hasil usaha mereka, melainkan karena anugrah Allah. Sangat wajar jika Allah memerintahkan mereka untuk memberi persembahan, baik persembahan hasil pertama maupun persembahan persepuluhan, agar mereka senantiasa ingat akan kemurahan Allah dan tidak menjadi serakah dalam hidup mereka. Saat mempersembahkan hasil pertama dari hasil bumi yang mereka peroleh di Tanah Perjanjian, mereka harus mengucapkan pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk mengingat dan mengakui bahwa Allah-lah yang mengaruniakan keselamatan dan berkat-berkat kepada mereka di negeri yang melimpah-limpah susu dan madunya itu (26;1-11). Setelah itu, mereka dapat menik-mati hasil bumi itu dengan bersukaria (26:11). Persembahan perpuluhan juga diberikan dengan tujuan agar orang-orang Lewi yang tidak memiliki tanah, janda-janda, anak-anak yatim, dan orang asing mengalami kebaikan Tuhan melalui persembahan perpuluhan itu (26:12).
Allah mewajibkan orang Israel untuk memberikan berbagai macam persembahan. Bagaimana dengan kita pada zaman ini? Kita sudah mengalami berkat yang lebih besar daripada orang-orang Israel pada zaman dulu. Anak Tunggal Allah telah datang menebus dosa kita dan Roh Kudus telah dikaruniakan untuk menghibur, menguatkan, dan mengarahkan hidup kita. Apa yang hendak Anda berikan kepada-Nya? Ada orang-orang Kristen yang sangat hitung-hitungan (memakai banyak alasan) saat hendak memberi waktu untuk pekerjaan Tuhan, padahal Tuhan telah lebih dahulu memberi yang terbaik kepada kita. Berikanlah yang lebih baik untuk pekerjaan Tuhan! [GI Wirawaty Yaputri]

Belas Kasihan

Ulangan 25

Ada dua hal khusus yang Allah inginkan agar dilakukan oleh bangsa Israel berkaitan dengan cara penanganan kriminal dan hewan. Seorang kriminal tidak boleh diperlaukan semena-mena, meskipun ia telah terbukti melakukan kesalahan. Hal ini bukan berarti bahwa Allah membiarkan saja seoarng kriminal luput dari hukuman. Akan tetapi, Allah menghendaki agar hukuman tidak dijatuhkan secara semena-mena dan berlebihan, melainkan dijatuhkan secara adil. Ketika terjadi perselisihan, kedua belah pihak harus dibawa ke pengadilan. Pengadilanlah yang berhak memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah. Hukuman terhadap seorang kriminal harus dilaksanakan setelah pengadilan memutuskan bahwa ia bersalah (25:1). Tidak boleh seorang kriminal dihukum sebelum pengadilan memutuskan bahwa ia bersalah. Tindakan main hakim sendiri adalah tindakan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.

Setelah pengadilan memutuskan bahwa seorang kriminal bersalah, ia harus dihukum. Namun, hukuman yang diberikan dibatasi tidak boleh lebih dari 40 kali pukulan (25:2-3). Untuk menghindari salah hitung, orang Yahudi mentapkan aturan bahwa hukuman maksimum adalah 40 kurang 1 pukulan (bandingkan dengan 2 Korintus 11:24). Hukuman dilakukan di hadapan hakim yang memperhatikan dengan saksama agar orang yang dihukum tidak dipukul melebihi batas. Pembatasan hukuman seperti ini adalah bentuk belas kasihan terhadap si kriminal. Hukuman diberikan sebagai pelajaran, sedangkan pembatasan merupakan pemberian kesempatan kepada si kriminal untuk mengubah perilakunya di kemudian hari.

Hewan pun harus diperlakukan secara sepantasnya, tidak boleh secara semena-mena. Mulut seekor lembu yang sedang mengirik-menginjak gandum agar lepas dar cangkangnya-tidak boleh diberangus alias ditutup sedemikian rupa dengan tujuan agar lembu itu tidak bisa memakan gandum (25:4). Peraturan itu memastikan agar lembu yang sedang bekerja bisa mendapat makanan. Sungguh tindakan yang semena-mena bila seseorang mempekerjakan hewannya, tetapi tidak memberinya makanan. Rasul Paulus memakai perintah ini untuk mengajarkan kepada jemaat bahwa para rasul atau para hamba Tuhan juga sudah sewajarnya mendapat penghasilan atau penghidupan dari pelayanan yang mereka lakukan (1 Korintus 9:9-14). [GI Wirawaty Yaputri}

Sikap Terhadap Orang yang Lemah

Ulangan 24

Sesudah masuk ke Tanah Kanaan, orang Israel harus memperhatikan ketentuan perlakuan terhadap kaum lemah, miskin, atau papa. Meskipun orang-orang itu tidak berdaya, bukan berarti bahwa orang yang lebih kuat, lebih kaya, lebih berkuasa boleh memperlakukan orang-orang yang tidak berdaya itu dengan semena-mena.
Terhadap sesama umat Israel, orang yang memiutangi tidak boleh meminta riba (Imamat 25:35-37), tetapi mengambil barang milik pemin-jam sebagai gadai diizinkan. Barang yang digadaikan harus didasarkan atas persetujuan bersama untuk menjamin bahwa peminjam akan melunasi hutangnya. Perhatikan bahwa orang Israel dilarang berbuat semena-mena dengan mengambil barang yang sangat penting—bagi kehidupan si peminjam—sebagai gadai. Barang yang tidak boleh diambil sebagai gadai misalnya batu kilangan (yang merupakan sumber mata pencaharian si peminjam, Ulangan 24:6) atau kain yang merupakan satu-satunya kain yang dimiliki oleh si peminjam (sehingga sangat diperlukan untuk menghangatkan badan saat tidur di malam hari). Orang yang memiutangi tidak boleh masuk ke rumah si peminjam untuk mengambil barang gadaian. Barang yang digadaikan diberikan oleh si peminjam di luar rumahnya. Dengan demikian, Allah menjaga kehormatan si peminjam, meskipun ia adalah orang miskin. Jika peminjam miskin, barang yang digadaikan itu sangat penting bagi dirinya. Oleh karena itu, orang yang memiutangi harus segera mengembalikan barang yang su-dah telanjur diterima sebagai barang gadai (24:10-13). Seorang majikan tidak boleh memeras pekerja yang miskin dan menderita. Upah pekerja harus dibayar tepat waktu, tidak boleh ditahan, karena upah itu sangat dibutuhkan. Jangan menunggu sampai pekerja itu berseru (berdoa) kepada Allah meminta keadilan (24:14-15). Orang asing, anak yatim, dan janda tidak boleh ditindas. Hasil panen harus disisihkan untuk mereka (24:17-21; bandingkan dengan Imamat 19:9-10).
Perintah Allah agar orang Israel memperhatikan kepentingan orang yang miskin itu dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa mereka pernah menjadi budak di Mesir (24:18,22). Setelah menerima anugerah Tuhan, mereka harus berbuat baik kepada sesama manusia. Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak jemu-jemu berbuat baik, karena kelak kita akan menuai upah (Galatia 6:9). [GI Wirawaty Yaputri]

Jabatan Rohani

Ulangan 23

Benarkah seorang laki-laki yang cacat organ vitalnya tidak boleh masuk menjadi anggota jemaah Allah (23:1)? Benarkah anak haram juga tidak boleh masuk menjadi anggota jemaah Allah (23:2)? Beberapa penafsir Alkitab mengatakan bahwa kemungkinan besar, orang-orang yang mengalami cacat di organ vital dan anak yang haram tidak boleh menduduki jabatan rohani maupun politik, bukan tidak boleh menjadi anggota umat Allah. Kata jemaah atau congregation dapat berarti kumpulan anggota jemaah atau umat (misalnya dalam 31:30), namun dapat juga berarti kumpulan para pemimpin (misalnya dalam 31:28). Pandangan ini lebih konsisten dengan tema-tema atau prinsip-prinsip lain dalam Alkitab.
Jika Allah tidak dapat menerima seorang yang cacat organ vitalnya, misalnya cacat yang dialami karena kecelakaan, maka ketentuan ini tidak konsisten dengan sifat Allah yang Maha Pengasih. Karena kecelakaan yang menimpa, ia tidak boleh menjadi umat Allah meskipun ia sungguh-sungguh percaya. Ini jelas tidak sesuai dengan kepribadian Allah. Jika Allah tidak menerima seorang anak haram, ini ju-ga tidak sesuai dengan firman bahwa seorang anak tidak boleh dihukum karena dosa orang tuanya. Setiap orang harus dihukum menurut dosa-nya sendiri (Ulangan 24:16). Anak haram yang dimaksud di sini—menu-rut beberapa penafsir—kemungkinan adalah anak hasil perkawinan orang Israel dengan bangsa lain yang tidak mengenal Allah. Anak seperti ini lahir ke dunia bukan karena niatnya sendiri, melainkan karena Allah mengizinkan ia hidup. Bagaimana mungkin Allah tidak menerimanya ketika ia sungguh-sungguh mau taat dan percaya kepada Allah?
Tetapi jika orang-orang demikian tidak boleh menduduki jabatan rohani atau politik tertentu, ini adalah hal yang dapat diterima. Pemimpin-pemimpin sepatutnya merupakan orang-orang terpilih dan orang-orang terbaik. Secara kerohanian dan fisik, mereka harus yang terbaik, sehingga mereka dapat melakukan tugas pelayanan mereka dengan baik tanpa keberatan-keberatan tertentu. Sepatutnya kita sangat ber-syukur kalau Tuhan memanggil kita menjadi pemimpin yang melayani tanpa melihat kondisi fisik kita, bahkan Ia berkenan memakai kita yang penuh dengan kelemahan dan dosa. Mari, layanilah Dia dengan sungguh-sungguh! [GI Wirawaty Yaputri]
34

Mengasihi Sesama

Ulangan 22

Allah ingin agar orang Israel—yang kelak akan memasuki Tanah Perjanjian—sungguh-sungguh hidup mengasihi orang lain, bukan hanya mengasihi diri sendiri. Kasih kepada Allah harus dibuktikan dengan kasih kepada sesama. Dalam 1 Yohanes 4:20 tertulis, “Jikalau seseorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.”
Orang Israel yang sudah menerima kasih Allah dan tidak mau me-ngasihi sesamanya dipandang berdosa oleh Allah. Dalam Yakobus 4:17 dikatakan, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Allah memerintahkan orang Israel untuk mengasihi dengan cara menolong sesama yang sedang menghadapi kesulitan. Allah menekankan berkali-kali bahwa orang Israel tidak boleh berpura-pura tidak mengetahui kesulitan sesama dan kemudian menutup mata (Ulangan 22:1, 3, 4). Pertolongan kepada sesama itu mencakup menolong hewan dan mengembalikan barang yang dimiliki orang itu. saat seseorang menemukan hewan yang dimiliki sesamanya tersesat atau rebah di jalan, Allah memerintahkan agar mereka menolong hewan itu. Bila mereka menemukan pakaian atau barang lain, pakaian atau barang lain itu harus dikembalikan kepada pemiliknya. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan perintah mengasihi itu adalah perintah untuk mengasihi secara mendalam dan dengan kesungguhan hati. Mengasihi seseorang mencakup kepedulian terhadap apa yang dimiliki oleh orang itu.
Perintah untuk mengasihi adalah panggilan bagi setiap orang percaya. Kasih kepada sesama harus bersifat mendalam dan sungguh-sungguh, bukan hanya kasih di mulut saja. Kasih harus diwujudkan dalam perbuatan. Pada zaman ini, semakin sulit menemukan orang yang bersedia menolong orang lain karena setiap orang mencari kepentingan diri sendiri. Perkataan yang biasa menjadi alasan adalah, “Hidup saya sendiri saja sudah susah, bagaimana saya dapat menolong orang lain?” Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus memberikan perintah, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39b). Kasih harus diwujudkan dengan menolong orang lain secara sungguh-sungguh. Sudahkah Anda melakukannya? [GI Wirawaty Yaputri]

Darah Penebusan

Ulangan 21

Bila terjadi pembunuhan di Israel yang tidak diketahui pelakunya, mengapa harus ada persembahan korban untuk mengadakan pendamaian bagi orang Israel (21:1-9)? Menurut Bilangan 35:33-34, Allah berdiam di tengah-tengah orang Israel. Kehadiran Allah membuat tanah yang didiami orang Israel—yang merupakan tanah pemberian Allah kepada mereka—tidak boleh dicemari atau dinajiskan dengan penum-pahan darah karena pembunuhan. Pembunuhan merupakan perbuatan jahat yang menimbulkan kenajisan di Tanah Perjanjian, sehingga pembu-nuhan merupakan kekejian di mata Allah. Darah yang ditumpahkan karena pembunuhan hanya dapat didamaikan dengan penumpahan darah terhadap pelaku pembunuhan. Oleh karena itu, adanya pembu-nuhan yang pelakunya tidak diketahui menuntut diadakannya persem-bahan korban untuk mengadakan pendamaian guna menghindarkan hukuman Allah. Ingatlah bahwa darah hewan—baik hewan yang disem-belih untuk korban atau disembelih untuk dimakan—harus dicurahkan dan tidak boleh dimakan (bandingkan dengan Imamat 7:26).
Ketika orang Israel mendapati adanya kecemaran karena kemati-an seseorang yang dibunuh dengan tidak diketahui pembunuhnya, tua-tua yang ada di kota yang terdekat dengan mayat itu harus mengada-kan upacara pendamaian. Imam-imam dari bani Lewi yang memimpin upacara ini. Para tua-tua harus membawa seekor lembu muda ke suatu lembah yang selalu berair serta belum pernah dikerjakan atau ditaburi. Di sana, lembu muda itu dipatahkan batang lehernya dan para tua-tua membasuh tangan mereka dengan darah lembu itu. Mereka harus me-ngatakan bahwa mereka tidak menumpahkan darah orang yang mati itu, dan tidak melihat kejadian tersebut. Kemudian, mereka berdoa agar Allah mengadakan pendamaian bagi orang Israel (Ulangan 21:3-8).
Darah lembu muda yang dicurahkan untuk pendamaian bagi dosa dan kejahatan yang dilakukan oleh orang tidak dikenal adalah tipologi atau tipe dari darah Yesus yang harus dicurahkan bagi pendamaian dosa. Dosa tidak dapat dihapus dengan apapun kecuali dengan darah Yesus Kristus. Di zaman Perjanjian Lama, orang mencurahkan darah hewan sebagai korban untuk menggantikan dosa-dosanya, namun Yesus Kristus telah menjadi korban yang darah-Nya dapat menghapus dosa orang-orang yang percaya kepada-Nya. [GI Wirawaty Yaputri]

Jumlah Bukan Faktor Terpenting

Ulangan 20

Hal utama yang penting untuk diingat oleh orang Israel pada waktu mereka hendak berperang adalah bahwa mereka tidak boleh merasa takut dan mereka harus memercayai Allah (20:1). Dasar kepercayaan mereka bukanlah kata-kata atau janji-janji semata, tetapi mereka harus mengingat perbuatan Allah saat menyelamatkan mereka dari tanah Mesir. Allah telah membuktikan bahwa Ia dapat diandalkan dan dapat dipercaya, sehingga orang Israel harus berperang dengan penuh keyakinan. Pada waktu mereka berperang, Allah akan menyertai mereka dan memberikan kemenangan kepada mereka (20:4). Adanya penyertaan Allah itu membuat bangsa Israel tidak boleh merasa takut terhadap musuh yang lebih kuat (musuh yang memiliki kuda, kereta, dan pasukan dalam jumlah yang lebih banyak dari mereka, 20:1).
Di mata Allah, yang menentukan adalah sikap hati, bukan jumlah orang yang pergi berperang. Ia memerintahkan setiap orang yang masih memiliki urusan yang belum selesai—mendirikan rumah, membuat kebun anggur, bertunangan—untuk pulang dan mengurus urusan pribadi lebih dulu (20:6-7). Orang yang lemah hati dan takut juga disuruh pulang agar tidak mempengaruhi orang yang hendak ikut berperang (20:8). Jumlah bukanlah penentu kemenangan. Yang penting, setiap orang yang pergi berperang harus memiliki sikap hati yang sungguh-sungguh mempercayai Allah. Di kemudian hari, Allah menerapkan ketentuan ini saat orang Israel hendak berperang melawan bangsa Midian di bawah kepemimpinan Gideon (Hakim-hakim 7). Saat itu, ada 32.000 orang yang berkumpul untuk berperang. Dalam pandangan Allah, jumlah ini terlalu banyak. Allah memulangkan 22.000 orang yang takut, dan selanjutnya memulangkan lagi 7.700 orang, sehingga yang tersisa hanya 300 orang melawan 13 ribu orang Midian. Alah memenuhi janji-nya dan memberi kemenangan kepada bangsa Israel.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang siap membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah (Lukas 9:62). Sayangnya, pada zaman ini, ada gereja yang mengejar pertam-bahan jumlah dan menomorduakan kesungguhan dan kemurnian iman. Gereja seperti itu menurunkan standar kesucian karena takut kehilangan anggota jemaat. Semestinya, kemajuan gereja tidak hanya dilihat dari sisi jumlah, tetapi juga dari sisi pertumbuhan rohani. [GI Wirawaty Yaputri]

Melupakan yang lama, Mengarahkan diri ke depan

Filipi 3:1-14

Salah satu kebiasaan orang saat menyambut Tahun Baru Imlek ada-lah membersihkan dan menghias rumah serta mengenakan pakaian baru. Selain menunjukkan sukacita menyambut datangnya hari raya, tindakan ini juga menjadi simbol meninggalkan apa yang sudah berlalu dan bersiap menyambut hari-hari yang cerah di depan. Sikap ini sejalan dengan ajaran Alkitab yang kita baca hari ini. Rasul Paulus berkata, “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku” (Filipi 3:13).
Apa yang dilupakan Rasul Paulus? Mengapa ia melupakan hal-hal yang telah lewat? Teks Alkitab mengungkapkan bahwa yang dilupakan Rasul Paulus adalah hal-hal yang sangat membanggakan dalam pan-dangan manusia, yakni identitas kebangsaan sebagai orang Yahudi asli, status rohani sebagai orang Farisi yang secara fanatik membela kedau-latan hukum Taurat, dan praktik keagamaan yang tidak bercacat menu-rut hukum Taurat (3:4-6). Namun, semua kebanggaan itu kini menjadi tidak bernilai, bahkan dianggap sebagai kerugian dan sampah—bahasa aslinya skybalon yang berarti kotoran. Mengapa demikian? Semua ke-banggaan itu dianggap sampah karena ia mendapat sesuatu yang jauh lebih mulia, yakni pengenalan yang mendalam akan Kristus. Pengenalan itu begitu bernilai karena telah membuat ia ikut merasakan penderitaan Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya yang telah mendatangkan kesela-matan dan kebenaran kepadanya dan akan memuncak pada panggilan sorgawi saat ia mengakhiri kehidupan. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa ia meninggalkan semua kebanggaan duniawi yang sementara untuk mengejar panggilan sorgawi yang mulia dan kekal itu (Filipi 3:7-14).
Bertepatan dengan perayaan Imlek hari ini, masukilah tahun yang baru dengan melupakan yang lama dan mengarahkan diri kepada apa yang di depan. Dalam hal keselamatan, pahamilah bahwa hanya iman di dalam Kristus Yesus yang menyelamatkan kita, sedangkan perbuatan baik, pelayanan, ibadah atau persembahan bukan alat atau sumber keselamatan, melainkan buah atau bukti bahwa kita sudah diselamatkan oleh Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, tahun baru adalah masa yang tepat untuk bertekad mengejar panggilan sorgawi dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela dan penuh dosa dan mengisi hari-hari kita dengan perbuatan mulia yang memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama. Selamat tahun baru Imlek! [Pdt. Timotius Fu]

Tempat Perlindungan

Ulangan 19

Allah adalah tempat perlindungan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya (Mazmur 46:2; 61:4; 62:8; 91:1-2). Terhadap bangsa Israel, Allah secara nyata memberikan perlindungan kepada orang yang mencari perlindungan. Dalam bacaan Alkitab hari ini, orang-orang yang mencari perlindungan adalah orang-orang yang secara tidak sengaja membunuh sesamanya manusia, bukan membunuh karena membenci (Ulangan 19:4-5). Baik orang Israel maupun orang asing pendatang, boleh berlindung di kota-kota perlindungan bila mereka membunuh orang dengan tidak disengaja (Lihat Bilangan 35:15). Musa telah menentukan tiga kota di seberang sungai Yordan—yaitu Bezer, Ramot, dan Golan—sebagai kota perlindungan (Ulangan 4:41-43).
Tuhan memerintahkan agar orang Israel membuat tiga kota tempat perlindungan lagi sesudah mereka masuk ke Tanah Kanaan. Kota-kota perlindungan ini harus mudah dijangkau dan berada dalam jarak yang proporsional (seimbang)—yaitu di tengah-tengah—diukur dari seluruh wilayah pemukiman bangsa Israel di Tanah Kanaan yang akan mereka duduki (19:2). Hal ini terlihat jelas dalam terjemahan Alkitab versi NET2 (New English Translation, edisi kedua), “you must set apart for yourselves three cities in the middle of your land that the Lord your God is giving you as a possession.” (Ulangan 19:2). Sesudah mereka mendu-duki seluruh Tanah Kanaan, mereka harus menambah kota perlindungan di atas dengan tiga kota lagi di sebelah Barat sungai Yordan (19:8-9). Maksudnya adalah agar setiap orang yang ingin berlindung ke kota perlindungan mendapat akses yang cepat (tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada). Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai mereka bisa dibunuh terlebih dahulu oleh penuntut tebusan darah sebelum mereka tiba di kota perlindungan. Perlu disadari bahwa penuntut tebusan darah ada karena Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya. Tindakan membunuh adalah kejahatan dan dosa besar di mata Tuhan. Oleh karena itu, wajar bila seorang pembunuh dibunuh oleh penuntut tebusan darah (bandingkan dengan Kejadian 9:6).
Kota-kota perlindungan adalah gambaran bagi perlindungan yang sejati di dalam Yesus Kristus. Kita dapat mengandalkan Dia sebagai tempat perlindungan kita pada waktu kita membutuhkan (Ibrani 6:18). Pandanglah Dia dan berlindunglah pada-Nya! [GI Wirawaty Yaputri]