Kisah Para Rasul 2:4, 13-40
Ingatkah Anda akan kisah Petrus menyangkal Tuhan Yesus sampai tiga kali, padahal sebelumnya—dengan percaya diri—ia berkata, "Se-kalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." (Markus 26:35). Sayangnya, janji tinggal janji. Saat menghadapi situasi yang bahkan belum mengancam nyawanya, Petrus secara spon-tan mendeklarasikan, “Aku tidak kenal orang itu [Tuhan Yesus].” Apakah Petrus bersikap pengecut? Silahkan Anda menilai sendiri! Akan tetapi, ada baiknya bila Anda meminta Tuhan menyingkapkan sifat Petrus da-lam diri Anda sendiri. Bila Anda rela dikoreksi, Tuhan dapat memulihkan Anda seperti Dia memulihkan Simon Petrus (Yohanes 21:15-19).
Jangan lupa bahwa Simon Petrus hanyalah seorang nelayan yang biasa hidup keras dan cenderung kasar. Kecuali berusaha menjadi seo-rang Yahudi yang menaati Taurat, hampir pasti Simon Petrus tidak mengecap pendidikan formal seperti kebanyakan kita. Tidak usah minder bila latar belakang pendidikan Anda tidak tinggi, karena hal seperti itu tidak dapat ditutupi dan mudah dikenali (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 4:13). Sebaliknya, jangan terlalu bangga jika Anda berpendidikan S2 atau S3 karena gelar bisa membuat Anda terlalu bergantung kepada kemampuan Anda sendiri (bandingkan dengan 1 Korintus 1:19-24).
Latar belakang pendidikan yang terbatas membuat isi khotbah Petrus (Kisah Para Rasul 2:14-30) terasa mengejutkan. Dengan lancar dan lugas serta penuh keyakinan, Rasul Petrus mengutip Kitab Suci Perjanjian Lama di sana-sini saat ia berkhotbah kepada ribuan orang, yang sebagian berpendidikan lebih tinggi daripada dirinya. Ia berani bersaksi tentang Kristus yang disalib tanpa memedulikan risiko terburuk yang mungkin harus ia hadapi. Ia berani menegur dan menasihati secara berhadapan muka tanpa menjadi kikuk dan khawatir kalau-kalau ia bisa menjadi batu sandungan karena berbicara terlalu keras terhadap orang banyak. Simon Petrus telah menjadi Pribadi yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya, dia cenderung memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Apa yang membuat ia bisa mengalami perubahan yang sedemikian drastis? Perbedaan yang jelas antara Simon Petrus yang lama dengan Petrus yang baru itu terjadi karena Roh Kudus memenuhi dirinya. Apakah Anda juga merindukan terjadi perubahan dalam kehidupan Anda? Bila ya, mulailah dengan membangun kerinduan untuk dipenuhi dengan Roh Kudus! [MN]