Mengenal Allah yang Sejati

Nahum 1–2

Ketika membaca Kitab Nahum, mungkin kita akan terkejut saat ayat kedua menyatakan bahwa Allah adalah Pribadi yang Cemburu dan Pembalas (1:2). Allah dinyatakan sebagai Sang Pembalas dengan amarah yang membara. Allah menyimpan kemarahan kepada para lawan-Nya (1:2). Walaupun selanjutnya dikatakan bahwa Allah itu panjang sabar (1:3), tetapi ayat itu lalu dilanjutkan dengan uraian yang mengungkapkan bahwa Allah yang mahakuasa itu tidak sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman (1:3). Allah itu mahakuasa dan kuasa-Nya yang dahsyat mengguncangkan semua ciptaan (1:5). Tidak ada yang dapat bertahan di hadapan murka-Nya (1:6), termasuk penduduk Niniwe yang “terbabat dan mati binasa” (1:12). Berbagai bentuk illah dan simbol penyembahan kepada dewa Asyur akan dihancurkan (1:14). Hal ini menunjukkan bahwa kuasa Allah melampaui segala sesuatu.

Kontras dengan nubuat kepada penduduk Niniwe, kepada umat Israel dinyatakan bahwa akan ada pemulihan (2:2). TUHAN menyatakan diri sebagai Pribadi yang Baik, Tempat Perlindungan (1:7), Pemberita damai sejahtera (1:15). Bila kita hanya membaca kitab Nahum, seolah-olah penghukuman Allah hanya bagi bangsa Niniwe atau bangsa bukan Yahudi. Berdasarkan tulisan dari R.K. Harrison dalam bukunya, Introduct-ion to the Old Testament, Kitab Nahum ditulis antara tahun 664-612 sebelum Kristus (halaman 927). Pada saat itu, Kerajaan Samaria atau Israel Utara, telah dihancurkan oleh bangsa Asyur sebagai akibat ketidaktaatan mereka kepada Allah (2 Raja-raja 15:27-31). Jadi, Kerajaan Israel Utara dihukum oleh Allah melalui tangan bangsa Asyur. Pada waktu-Nya, bangsa Asyur sendiri akan mengalami penghukuman dari Allah karena kejahatan yang mereka lakukan.

Melalui perikop yang kita renungkan hari ini, kita diajak untuk mengenal Allah secara seimbang. Pada umumnya, orang Kristen sangat menyukai pengajaran tentang Allah yang Mahakasih, Maha Pengampun, dan Pemberi Berkat. Akan tetapi, kita sering tidak mengindahkan sifat Allah yang adil dan sangat membenci dosa. Apakah pengenalan Anda akan Allah telah seimbang? Allah membenci perbuatan dosa, tetapi Dia mengasihi pribadi pendosa seperti kita. Apakah Anda masih terus berjuang untuk menanggalkan perbuatan dosa dan menaati firman-Nya? Kiranya TUHAN menolong kita semua! [ECW]