Melupakan yang lama, Mengarahkan diri ke depan

Filipi 3:1-14

Salah satu kebiasaan orang saat menyambut Tahun Baru Imlek ada-lah membersihkan dan menghias rumah serta mengenakan pakaian baru. Selain menunjukkan sukacita menyambut datangnya hari raya, tindakan ini juga menjadi simbol meninggalkan apa yang sudah berlalu dan bersiap menyambut hari-hari yang cerah di depan. Sikap ini sejalan dengan ajaran Alkitab yang kita baca hari ini. Rasul Paulus berkata, “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku” (Filipi 3:13).
Apa yang dilupakan Rasul Paulus? Mengapa ia melupakan hal-hal yang telah lewat? Teks Alkitab mengungkapkan bahwa yang dilupakan Rasul Paulus adalah hal-hal yang sangat membanggakan dalam pan-dangan manusia, yakni identitas kebangsaan sebagai orang Yahudi asli, status rohani sebagai orang Farisi yang secara fanatik membela kedau-latan hukum Taurat, dan praktik keagamaan yang tidak bercacat menu-rut hukum Taurat (3:4-6). Namun, semua kebanggaan itu kini menjadi tidak bernilai, bahkan dianggap sebagai kerugian dan sampah—bahasa aslinya skybalon yang berarti kotoran. Mengapa demikian? Semua ke-banggaan itu dianggap sampah karena ia mendapat sesuatu yang jauh lebih mulia, yakni pengenalan yang mendalam akan Kristus. Pengenalan itu begitu bernilai karena telah membuat ia ikut merasakan penderitaan Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya yang telah mendatangkan kesela-matan dan kebenaran kepadanya dan akan memuncak pada panggilan sorgawi saat ia mengakhiri kehidupan. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa ia meninggalkan semua kebanggaan duniawi yang sementara untuk mengejar panggilan sorgawi yang mulia dan kekal itu (Filipi 3:7-14).
Bertepatan dengan perayaan Imlek hari ini, masukilah tahun yang baru dengan melupakan yang lama dan mengarahkan diri kepada apa yang di depan. Dalam hal keselamatan, pahamilah bahwa hanya iman di dalam Kristus Yesus yang menyelamatkan kita, sedangkan perbuatan baik, pelayanan, ibadah atau persembahan bukan alat atau sumber keselamatan, melainkan buah atau bukti bahwa kita sudah diselamatkan oleh Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, tahun baru adalah masa yang tepat untuk bertekad mengejar panggilan sorgawi dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela dan penuh dosa dan mengisi hari-hari kita dengan perbuatan mulia yang memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama. Selamat tahun baru Imlek! [Pdt. Timotius Fu]