Cara Kerja Allah Tak Terselami

Kisah Para Rasul 8:1-25

Allah tidak pernah berinisiatif membuat umat-Nya menderita, tetapi Allah bisa memakai penderitaan sebagai alat untuk melaksanakan rencana-Nya. Sesudah membunuh Stefanus, orang Yahudi melanjutkan usaha menghambat perkembangan kekristenan dengan menganiaya jemaat di Yerusalem. Penganiayaan membuat orang percaya tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria (8:1). Apakah berita Injil bisa dihambat? Tidak! Tersebarnya orang percaya justru berdampak pada tersebarnya berita Injil ke seluruh Yudea dan Samaria (8:2). Niat jahat orang-orang Yahudi menghambat berita Injil justru membuat rencana Allah agar para murid bukan hanya menjadi saksi di Yerusalem—melainkan juga menjadi saksi di seluruh Yudea dan Samaria (1:8)—menjadi terlaksana.

Filipus—salah seorang diaken yang dipilih bersama-sama dengan Stefanus—juga meninggalkan Yerusalem. Dia memberitakan Injil Yesus Kristus, Sang Mesias, di sebuah kota di Samaria (8:5). Adanya tanda-tanda yang menyertai pemberitaan Injil—roh jahat diusir, orang lumpuh dan orang timpang disembuhkan (8:7)—berperan sangat penting bagi penerimaan orang Samaria terhadap berita Injil karena orang Yahudi bersikap eksklusif—tidak bergaul—terhadap orang Samaria. Penerimaan Injil oleh orang Samaria membuat para rasul di Yerusalem mengutus Rasul Petrus dan Rasul Yohanes melakukan peninjauan (8:14). Saat mereka berdua menumpangkan tangan, Roh Kudus turun ke atas orang-orang Samaria yang bertobat oleh pemberitaan Filipus itu. Jelas bahwa penerimaan Roh Kudus oleh orang-orang Samaria ini disertai dengan tanda seperti yang terjadi di hari Pentakosta karena peristiwa tersebut bisa “dilihat” oleh Simon, seorang petobat baru dari Samaria (8:18). Tanda turunnya Roh Kudus ke atas orang-orang Samaria itu penting untuk meyakinkan orang-orang Yahudi—termasuk para rasul—bahwa keselamatan dalam Kristus itu dimaksudkan bagi orang Samaria juga! Perlu disadari bahwa “kuasa’ yang menyertai pemberitaan Injil ini penting untuk menerobos tempat baru dengan berita Injil. Akan tetapi, “kuasa” itu sama sekali tidak boleh menjadi alat untuk membanggakan diri.

Saat ini, dunia dilanda pandemi. Di satu sisi, kita harus mengurangi pergerakan. Di sisi lain, komunikasi melalui media sosial menjadi semakin meluas, dan hal itu merupakan peluang untuk pemberitaan Injil. Apakah Anda sudah memanfaatkan peluang tersebut? [P]

Menderita, Namun Mulia

Kisah Para Rasul 7:54-60

Roh Kudus memimpin Stefanus untuk menyampaikan berita yang sangat menyakitkan bagi para pendengarnya (7:48-53). Orang banyak itu sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mencari kebenaran. Sebaliknya, yang mereka cari adalah kesalahan Stefanus. Oleh karena itu, perkataan Stefanus yang keras itu disambut dengan respons yang sangat keras pula. Bila kita sungguh-sungguh hendak melayani Tuhan secara jujur dan tulus, sikap seperti yang diperlihatkan oleh Stefanus itu kadang-kadang tak bisa dihindarkan. Kita harus mengatakan kebenaran, walaupun kebenaran itu menyakitkan dan bisa membahayakan diri kita sendiri. Saat kita menyampaikan perkataan yang keras, ada tiga macam respons yang bisa muncul, yaitu sadar dan bertobat, tidak peduli, atau marah dan menyerang.

Kesetiaan Stefanus terhadap pimpinan Roh Kudus membuat para pendengarnya marah dan dia diganjar dengan hukuman rajam, yaitu dilempari batu sampai mati. Akan tetapi, sebelum dilempari batu, dia mendapat anugerah untuk bisa melihat kemuliaan Allah serta melihat Tuhan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah Bapa. Keterusterangan Stefanus membuat para pendengarnya menjadi kalap dan menyerbu sambil menutup telinga. Mereka menyeret Stefanus keluar kota, lalu melempari dia dengan batu (7:57-58). Menjelang ajalnya tiba, Stefanus berseru dengan suara nyaring, "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (7:60). Dengan perkataan itu, Stefanus mengikuti jejak Tuhan Yesus (bandingkan dengan Lukas 23:34). Dia telah meninggalkan beberapa hal yang sepatutnya diteladani oleh setiap orang yang ingin memberitakan Injil: Pertama, Stefanus tidak merasa sakit hati saat menghadapi penolakan dan sikap memusuhi. Setiap orang yang hendak melayani Kristus harus siap menghadapi penolakan. Kedua, Stefanus lebih mengutamakan kebutuhan orang banyak akan pengampunan daripada memikirkan kepentingannya sendiri untuk terlepas dari ancaman maut (bandingkan dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Markus 10:45). Ketiga, Stefanus menganggap kemuliaan surgawi sebagai lebih berharga daripada penderitaan—bahkan kematian—yang ia hadapi (bandingkan dengan Roma 8:18). Dalam sejarah misi Kristen, kematian sering menjadi benih bagi berdirinya sebuah gereja. Bila Allah menghendaki agar Anda menderita seperti Stefanus, apakah Anda bersedia? [P]

Pesan yang Keras

Kisah Para Rasul 7:1-53

Stefanus diminta Imam Besar untuk menjawab tuduhan orang-orang Yahudi pendatang, yaitu tuduhan bahwa ia telah menghujat Musa dan Allah dengan mengatakan bahwa Kristus akan merobohkan Bait Suci dan mengubah hukum Taurat (6:11-14). Jelas bahwa tuduhan itu adalah pemelesetan terhadap ajaran Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa Beliau akan merobohkan Bait Suci, tetapi bahwa Bait Suci akan dirobohkan (Matius 24:1-2). Nubuat ini terwujud saat Jenderal Titus meruntuhkan kota Yerusalem dan merobohkan Bait Suci yang ada di kota itu pada tahun 70 AD. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus tidak mengubah hukum Taurat, tetapi menggenapi serta menjelaskan maksud sebenarnya dari hukum-hukum itu (Matius 5:17-48).

Stefanus menjawab permintaan Imam Besar dengan menguraikan garis besar sejarah Israel, mulai dari panggilan kepada Abraham sampai didirikannya Bait Allah pada zaman Raja Salomo. Sejarah Israel memperlihatkan bahwa Allah yang mengatur sejarah! Tanah Kanaan yang ditempati bangsa Israel adalah perwujudan penggenapan janji Allah kepada Abraham. Yusuf—yang telah diperlakukan jahat oleh saudara-saudaranya—adalah orang yang disiapkan Allah untuk memelihara ayahnya dan saudara-saudaranya pada masa kelaparan. Dia membalas kejahatan dengan kebaikan. Pengalaman Yusuf merupakan gambaran bagi Tuhan Yesus yang disalibkan oleh bangsa Yahudi, padahal Dia adalah Penyelamat bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya, termasuk bagi orang Yahudi. Bangsa Israel beberapa kali memberontak terhadap kepemimpinan Musa, padahal Musa adalah orang yang dipilih Allah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Tanah Mesir. Penolakan terhadap Musa ini menggambarkan penolakan bangsa Israel terhadap Kristus. Terhadap tuduhan bahwa Kristus mengubah hukum Taurat, Stefanus justru memperlihatkan bahwa bangsa Israel telah berulang-ulang berlaku tidak taat terhadap kehendak Allah.

Yang paling membuat orang banyak marah terhadap Stefanus adalah perkataan Stefanus bahwa tindakan orang Yahudi membunuh Tuhan Yesus adalah peniruan terhadap tindakan nenek moyang bangsa Israel menganiaya para nabi. Perkataan ini amat keras, tetapi perkataan tersebut adalah pesan yang terpenting untuk disampaikan! Apakah Anda berani menyampaikan pesan Allah kepada dunia ini secara jujur? [P]

Pelayanan Selalu Mendapat Hambatan!

Kisah Para Rasul 6:8-15

Pelayanan adalah respons terhadap kebutuhan! Terhadap orang yang lapar, kita harus memberi makanan. Terhadap orang yang kesepian, kita harus memberi perhatian. Terhadap orang yang sedih, kita harus memberi penghiburan. Terhadap orang yang kebingungan, kita harus menunjukkan jalan. Terhadap orang yang sakit, kita harus memberi pengobatan. Terhadap orang yang menyadari bahwa dirinya berdosa dan memerlukan pengampunan, kita harus menyampaikan berita Injil atau kabar baik tentang pengampunan yang terdapat di dalam Kristus. Dengan demikian, bentuk pelayanan itu beraneka ragam. Karena pelayanan Kristen selalu berawal dari kehendak Allah yang tercermin dalam firman-Nya, kriteria kerohanian selalu melekat dalam bidang pelayanan apa pun (6:2-3).

Setelah dipilih sebagai salah seorang diaken, Stefanus bukan hanya melaksanakan pembagian santunan, tetapi dia melayani secara utuh. Pelayanan Stefanus—yang penuh dengan karunia dan kuasa rohani—disertai dengan terjadinya mujizat dan tanda yang meneguhkan bahwa pelayanannya disertai oleh Tuhan. Kelompok orang Yahudi pendatang yang berusaha menghambat pelayanan Stefanus dengan bersoal jawab pun tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara (6:8-10). Akhirnya, setelah kesabaran mereka habis, mereka menyebarkan hoaks serta berkomplot dengan para tua-tua dan para ahli Taurat untuk menyergap, menyeret, dan membawa Stefanus ke hadapan Mahkamah Agama dengan tuduhan palsu (6:11-14).

Hambatan terhadap pelayanan sebagaimana yang dialami oleh Stefanus ini terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mula-mula hambatan itu sering berupa pertanyaan yang memojokkan. Bila cara bersoal jawab gagal, mereka yang hendak menghambat pemberitaan Injil mulai menyebarkan hoaks, mencari dukungan massa dan dukungan para pemimpin agama, lalu melakukan kekerasan. Tanpa pertolongan dan kekuatan dari Roh Kudus, pelayanan akan mati. Oleh karena itu, bila gereja masih berdiri tegak sampai hari ini, hal itu menunjukkan bahwa Roh Kudus terus bekerja mulai dari hari Pentakosta sampai hari ini. Apakah gereja tempat Anda beribadah tetap setia melaksanakan pekerjaan pelayanan pada masa pandemi ini? Apakah Anda sendiri juga tetap setia melayani? [P]

Pelayanan yang Seimbang

Kisah Para Rasul 6:1-7

Pelayanan sosial dan pemberitaan Injil adalah dua tugas pelayanan yang harus dilaksanakan secara seimbang. Gereja akan pincang bila salah satu dari kedua tugas pelayanan di atas diabaikan. Dalam hal gereja di Yerusalem, latar belakang orang Yahudi yang menjadi anggota gereja beraneka ragam. Ada orang Yahudi yang merupakan penduduk lokal, ada orang Yahudi yang berasal dari tempat jauh yang datang untuk mengikuti ibadah di hari Pentakosta, dan ada orang Yahudi pendatang yang sudah lama pindah ke Yerusalem. Orang Yahudi yang merupakan pendatang dari jauh ini umumnya berbahasa Yunani dan terbiasa membaca Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta. Hal ini berbeda dengan penduduk lokal yang masih bisa memahami Alkitab berbahasa Ibrani. Perbedaan bahasa membuat orang Yahudi di Yerusalem seperti terbagi menjadi dua kelompok. Karena sumber santunan bagi para janda terutama berasal dari penduduk lokal, tidak mengherankan bila pembagian santunan bisa menjadi tidak merata, sehingga muncul sungut-sungut dari orang-orang Yahudi berbahasa Yunani. Keadaan semacam ini tidak dikehendaki oleh para rasul. Supaya para rasul tetap dapat berkonsentrasi dalam tugas utama mereka, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan doa dan pelayanan firman Allah, mereka memutuskan untuk memilih tujuh orang untuk menjadi diaken, yaitu pejabat gereja yang bertanggung jawab untuk mengatur pelayanan sosial.

Pemilihan diaken ini bukan disebabkan karena doa dan pelayanan firman lebih penting daripada pelayanan sosial, tetapi karena keduanya merupakan kehendak Allah yang sama-sama penting. Perhatikan bahwa orang yang dipilih menjadi diaken bukan ahli manajemen, tetapi orang yang penuh iman dan Roh Kudus (6:2-3). Kemampuan manajerial bukan kurang penting, tetapi kita meyakini bahwa orang yang penuh iman, penuh Roh Kudus, dan penuh hikmat akan bisa melaksanakan tanggung jawab apa pun secara teliti, adil, dan jujur.

Hari ini GKY merayakan ulang tahun yang ketujuh puluh enam. Selama tujuh puluh enam tahun ini, GKY bukan hanya melaksanakan pelayanan firman, melainkan juga melaksanakan berbagai macam pelayanan sosial. Bisa dikatakan bahwa pelayanan sosial sudah melekat dalam misi GKY. Apakah gereja Anda sudah melaksanakan pelayanan firman dan pelayanan sosial secara seimbang? [P]

Jalan Tuhan Tak Terduga

Kisah Para Rasul 5:26-42

Saat mendengar sebutan “Farisi”, biasanya pikiran kita langsung men-jadi negatif karena kita selalu mengaitkan sebutan “Farisi” dengan keagamaan yang bersifat munafik. Akan tetapi, sebenarnya, dalam Alkitab terdapat beberapa orang Farisi yang tergolong baik. Kita perlu menyadari bahwa Nikodemus yang menemui Tuhan Yesus di malam hari adalah seorang Farisi. Mudah diduga bahwa dia datang di waktu malam karena dia merasa malu bila banyak orang melihat tindakannya mencari Tuhan Yesus. Sekalipun mungkin ada orang yang menganggap sikap Nikodemus itu sebagai sikap pengecut, perlu diingat bahwa hanya Nikodemus bersama dengan Yusuf dari Arimatea—keduanya anggota Mahkamah Agama Yahudi—yang berani meminta mayat Tuhan Yesus untuk dikuburkan (Yohanes 19:38-40).

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita bisa membaca tentang seorang Farisi yang dihormati oleh banyak orang, yaitu Gamaliel. Walaupun Gamaliel seorang Farisi, pandangannya berbeda dengan orang Farisi yang lain. Orang-orang Farisi pada umumnya membenci Tuhan Yesus karena merasa bahwa popularitas mereka tersaingi, sedangkan Gamaliel adalah seorang ahli Taurat yang berpandangan luas dan berjiwa besar. Saat para peserta sidang Mahkamah Agama Yahudi hendak membunuh para murid, Gamaliel mengajak sidang itu untuk berpikir panjang dan tidak bertindak tergesa-gesa agar tidak salah bertindak. Perhatikan pan-dangannya yang amat bijaksana, “Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyap-kan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." Nasihat itu diterima. Para rasul dipukul dan diancam, lalu dilepas-kan. Mereka meninggalkan ruang sidang dengan gembira. Bagi mereka, menderita karena Yesus Kristus merupakan suatu kehormatan (5:38-41; bandingkan dengan Matius 5:11; 1 Petrus 4:11).

Saat Tuhan Yesus bersama-sama dengan para murid-Nya di bumi, Beliau dengan terus terang mengatakan bahwa para murid diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala (Matius 10:16). Akan tetapi, para murid tidak perlu takut karena Roh Kudus selalu menyertai mereka, dan Allah bisa menolong dengan berbagai cara yang tak terduga. [P]

Rencana Allah Tak Bisa Dihalangi

Kisah Para Rasul 5:17-25

Kita tidak selalu bisa memahami cara kerja Allah. Akan tetapi, bila Allah sudah membuat ketetapan, rencana-Nya tak bisa dihalangi. Allah sudah menetapkan bahwa murid-murid-Nya adalah saksi tentang kehidupan, karya, dan ajaran Yesus Kristus. Larangan, ancaman, dan penjara tidak bisa menghalangi pelaksanaan ketetapan Allah itu! Saat para pemimpin agama memerintahkan penangkapan terhadap para rasul, Allah mengutus seorang malaikat Tuhan untuk melepaskan mere-ka dari penjara. Pintu penjara tetap terkunci rapat dan para pengawal tetap berada pada posisi di depan pintu penjara, tetapi penjara itu telah kosong. Seharusnya para pemimpin agama itu sadar bahwa mereka ber-hadapan dengan kekuatan yang tak terlawan. Para murid itu kembali ke Bait Allah dan mengajar orang banyak. Sayangnya, para pemimpin aga-ma itu tetap berkeras kepala.

Sepanjang sejarah gereja, para pengikut Kristus tidak selalu bisa menghindar dari larangan, ancaman, dan penjara. Sebelum terjadi peng-aniayaan, Tuhan Yesus telah berkata bahwa para murid itu seperti dom-ba yang diutus untuk pergi ke tengah-tengah serigala! Secara manusiawi, kondisi para murid hampir selalu tidak aman. Sebenarnya, para murid bukan hanya berhadapan dengan orang yang tidak suka terhadap berita Injil, tetapi para murid berhadapan dengan kuasa gelap yang mempe-ngaruhi orang berdosa untuk melawan kehendak Allah. Bagi para murid, sebenarnya tantangan yang mereka hadapi itu terlalu berat. Akan tetapi, Allah masih bekerja! Allah bisa mengutus para malaikatnya untuk mem-bantu, menjaga, dan menolong para murid. Allah sanggup menjaga agar berita Injil tetap terus tersebar.

Pada zaman ini, banyak orang beranggapan bahwa kondisi sosial dan politik saat ini sedang tidak kondusif bagi pemberitaan Injil. Akan tetapi, sebenarnya situasi tidak pernah benar-benar kondusif karena Iblis selalu mencari kesempatan untuk menghentikan pemberitaan Injil! Di sepanjang masa, larangan, ancaman, dan penjara bagi para pemberita Injil selalu ada! Bahaya tidak pernah benar-benar menghilang. Situasi yang benar-benar kondusif hanya impian. Misi pemberitaan Injil harus tetap dilakukan bukan karena situasi sudah kondusif, tetapi karena Allah tetap bekerja! Apakah Anda sudah terlibat dalam usaha pemberitaan Injil? Apakah Anda percaya bahwa Allah masih tetap bekerja? [P]

Kekudusan Allah Harus Dihargai

Kisah Para Rasul 5:1-16

Tindakan menjual tanah atau menjual rumah—dan hasil penjualannya digunakan untuk kepentingan bersama—adalah tindakan terpuji. Tindakan tersebut mempersatukan jemaat. Sayangnya, dalam bacaan Alkitab hari ini, tindakan terpuji itu dirusak oleh sepasang suami istri yang tidak memiliki integritas. Secara sederhana, integritas berarti kesamaan atau kesatuan antara apa yang dilihat oleh orang lain tentang diri kita dan fakta yang sebenarnya. Integritas ini sangat penting karena tuntutan Allah yang paling dalam bukanlah menyangkut apa yang kelihatan, melainkan apa yang tidak kelihatan, yaitu menyangkut hati. Sejak dalam Perjanjian Lama, Allah telah berterus terang bahwa Ia membenci persembahan korban yang dipersembahkan tanpa ketulusan hati. Tidak adanya ketulusan hati membuat ada orang yang mempersembahkan korban berupa hewan yang cacat. Sudah jelas bahwa harga hewan yang cacat jauh lebih murah daripada hewan yang kondisinya tanpa cacat. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Ananias dan istrinya—yaitu Safira—ingin menjadi orang yang dikagumi dan dianggap sebagai orang saleh yang rela mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanah mereka kepada Allah. Sayangnya, hati mereka tidak tulus. Mereka ingin dianggap mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanah, tetapi mereka hanya rela mempersembahkan sebagian hasil penjualan tanah. Oleh karena itu, mereka memanipulasi atau menipu. Mereka tidak sadar bahwa Allah tidak mungkin bisa tertipu. Penipuan itu membuat Allah murka, sehingga Ananias dan Safira dihukum mati seketika oleh Tuhan. Perhatikan bahwa Allah bukan murka karena jumlah uang yang mereka persembahkan, tetapi karena penipuan yang mereka lakukan (5:3-4)!

Tuntutan agar kita memiliki integritas itu berkaitan dengan kekudusan Allah yang sama sekali tidak boleh dikotori oleh dosa, termasuk oleh dosa memanipulasi. Bila manipulasi yang dilakukan oleh Ananias dan Safira itu dibiarkan, kekudusan umat Allah akan tercemar. Ada yang mengira bahwa tuntutan yang ketat terhadap kehidupan yang kudus akan menghalangi orang datang kepada Kristus. Bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan bahwa dugaan itu salah! Kematian Ananias dan Safira justru menumbuhkan rasa hormat kepada Allah, sehingga jumlah orang percaya justru semakin bertambah! Apakah kehidupan Anda menunjukkan bahwa Anda menghargai kekudusan Allah? [P]

Peranan Uang dalam Misi

Kisah Para Rasul 4:32-37

Uang bisa dipakai untuk berbuat jahat, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Bila uang dipakai untuk menindas atau menjadi alat untuk bertindak sewenang-wenang, uang menjadi sumber kesengsaraan dan permusuhan. Akan tetapi, bila uang dipakai untuk menolong orang lain, uang bersifat mempersatukan. Sebagian orang yang bertobat pada hari Pentakosta berasal dari tempat jauh. Bekal mereka terbatas dan akan habis bila mereka tinggal terlalu lama di Yerusalem. Oleh karena itu, agar mereka yang berasal dari tempat jauh bisa bertahan untuk tetap tinggal di Yerusalem, orang percaya yang merupakan penduduk lokal rela menjual tanah atau rumah mereka, lalu memakai uang hasil penjualan tanah atau rumah untuk mencukupi keperluan mereka yang memerlukan bantuan (2:32-35). Penyebutan nama Barnabas sebagai salah seorang yang menjual ladang miliknya (2:36-37) untuk menolong mereka yang perlu bantuan menunjukkan bahwa Barnabas adalah orang yang terpandang dalam jemaat Yerusalem. Dialah yang memberi rekomendasi, sehingga para murid di Yerusalem bisa menerima Saulus (9:27)—mantan penganiaya orang Kristen yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus—dan selanjutnya, dia pula yang melibatkan Rasul Paulus dalam pelayanan jemaat di Antiokhia (11:25-26).

Uang adalah hamba yang baik, sekaligus tuan yang kejam. Uang yang dipakai untuk kebaikan akan berdampak positif. Akan tetapi, bila uang menjadi “tuan”—artinya pemilik uang menjadi penguasa—uang akan dikejar dan menjadi sangat berbahaya. Sampai masa kini, masih diperlukan orang-orang yang rela memakai uangnya untuk menolong orang lain dan menyokong proyek-proyek kemanusiaan. Misi juga memerlukan sokongan dana. Ada tiga komponen misi yang semuanya penting, yaitu orang yang menjalankan misi, dana untuk menyokong misi, dan orang yang setia mendoakan misi. Tanpa doa, misi menjadi usaha manusia yang tidak mampu melakukan terobosan. Tanpa dana, para pelaku misi tidak bebas bergerak dan perhatian mereka akan terpecah karena mereka harus memikirkan kebutuhan hidup. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyandang dana tidak boleh menjadi majikan karena pemilik dana yang sesungguhnya adalah Allah. Dana untuk misi harus pertama-tama dipersembahkan kepada Allah. Apakah Anda rela menyisihkan uang Anda untuk mendukung misi? [P]

Pembenci yang Sensitif

Kisah Para Rasul 21:27-22:22

Setelah tiba di Yerusalem, Rasul Paulus mengunjungi Yakobus yang merupakan pimpinan jemaat di Yerusalem, lalu menceritakan pengalamannya dalam melayani bangsa-bangsa non-Yahudi. Di satu sisi, pengalaman itu membuat orang-orang Kristen di Yerusalem memuliakan Allah. Di sisi lain, telah berkembang hoaks bahwa Rasul Paulus mengajar orang Yahudi di perantauan untuk meninggalkan hukum Musa, termasuk melarang sunat. Oleh karena itu, Rasul Paulus mengikuti saran jemaat Yerusalem agar menjalankan tradisi pentahiran guna mengakhiri nazar, sehingga hoaks tersebut bisa ditangkal (21:17-26). Akan tetapi, ternyata bahwa orang-orang Yahudi dari Asia yang melihat kehadiran Rasul Paulus langsung menghasut massa dan membuat keributan, sehingga kepala pasukan Romawi di Yerusalem memerintahkan para prajuritnya untuk “mengamankan” Rasul Paulus (21:27-33). Sikap Rasul Paulus yang berbicara bahasa Yunani dengan kepala pasukan (21:37) dan berbicara bahasa Ibrani (21: 40) dengan orang banyak memperlihatkan bahwa Rasul Paulus selalu berusaha menyesuaikan diri dengan orang lain.

Dalam pidato yang disampaikannya kepada orang banyak, Rasul Paulus memakai pola yang sudah umum beliau lakukan: Pertama, Rasul Paulus memulai pidatonya dengan mengemukakan kesamaan antara dirinya dengan pendengarnya, yaitu bahwa dia adalah orang Yahudi yang mendapat pendidikan tentang hukum Taurat di bawah bimbingan Gamaliel, seorang ulama yang dihormati oleh masyarakat Yahudi saat itu. Dia juga mantan seorang yang sangat bersemangat menganiaya orang-orang Kristen (22:1-5). Kedua, Rasul Paulus menceritakan tentang pertobatannya saat bertemu dengan Tuhan Yesus di jalan menuju ke Damsyik (22:6-16). Ketiga, Rasul Paulus menceritakan panggilannya untuk melayani bangsa-bangsa lain (22:17-21). Sayangnya, kesaksian panggilan ini membuat kemarahan massa kembali meledak (22:22).

Rasul Yohanes berkata, “Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu.” (1 Yohanes 3:13). Perkataan ini senada dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:19. Sepanjang sejarah, gereja tidak pernah bisa menghindar dari adanya pembenci kekristenan. Percayakah Anda bahwa walaupun selalu ada pembenci kekristenan, Allah selalu melindungi umat-Nya? Gereja tetap ada bukan karena tidak ada yang membenci, tetapi karena Allah melindungi gereja! [P]