Menghadapi Ancaman

Kisah Para Rasul 4:23-31

Apakah ancaman yang dihadapi oleh Rasul Petrus dan Rasul Yohanes memudarkan semangat mereka dalam memberitakan Injil? Tidak! Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta membuat semangat mereka dalam memberitakan Injil tidak pernah menjadi pudar! Selain itu, ada dua hal yang membuat mereka tidak kehilangan semangat:

Pertama, mereka menghadapi ancaman dengan mempertahankan kebersamaan. Sesudah dilepaskan dari persidangan di Yerusalem, mere-ka tidak langsung pulang ke rumah untuk bersembunyi, melainkan menemui teman-teman mereka dan menceritakan apa yang telah mere-ka alami. Kebersamaan membuat mereka bisa saling mendorong, saling menolong, dan saling menguatkan. Kebersamaan membuat mereka tidak menanggung beban sendirian. Beban yang ditanggung bersama akan terasa lebih ringan. Diskusi akan membuat pemikiran menjadi lebih luas, sehingga tekanan terasa lebih ringan.

Kedua, mereka menghadapi ancaman dengan berdoa bersama memohon keberanian yang berasal dari Roh Kudus (2 Timotius 1:7). Perhatikan bahwa doa bersama yang dilakukan oleh Rasul Petrus, Rasul Yohanes, dan teman-teman mereka itu merupakan respons terhadap pengalaman yang diceritakan oleh Rasul Petrus dan Rasul Yohanes. Doa membuat pikiran dan perasaan mereka terarah kepada Tuhan, bukan terarah kepada masalah yang mereka hadapi. Pikiran dan perasaan yang terarah kepada Tuhan membuat mereka tidak dikuasai oleh rasa takut karena mereka bisa meyakini bahwa Allah itu lebih besar daripada masalah yang mereka hadapi. Mereka meyakini bahwa usaha orang-orang yang hendak melawan Allah itu merupakan usaha yang sia-sia. Oleh karena itu, doa yang mereka panjatkan itu bukan meminta agar masalah disingkirkan oleh Tuhan, melainkan agar mereka tetap berani memberitakan firman Allah (Kisah Para Rasul 4:29), dan Tuhan memberikan kuasa yang diperlukan dalam pelayanan (4:30).

Doa membuat mereka semua yang sedang berkumpul itu menjadi penuh dengan Roh Kudus, sehingga mereka terdorong untuk terus memberitakan firman Allah dengan berani (4:31). Apakah Anda memiliki teman-teman yang biasa berdoa bersama dengan Anda serta saling mendorong, saling menasihati, dan saling menguatkan antara yang seorang dengan yang lain? [P]

Semakin Dihambat, Semakin Merambat

Kisah Para Rasul 4:1-22

Hambatan terhadap pemberitaan Injil terjadi di sepanjang sejarah gereja. Akan tetapi, hambatan tak bisa menghentikan pemberitaan Injil, melainkan justru memperluas pemberitaan Injil. Ironinya, yang paling menghambat pemberitaan Injil adalah para pemimpin agama yang merasa tersaing. Dalam bacaan Alkitab hari ini, pemberitaan Injil Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dihentikan oleh para imam, kepala pengawal Bait Allah, dan orang-orang Saduki yang tidak memercayai adanya kebangkitan orang mati. Mereka marah karena Rasul Petrus dan Rasul Yohanes mengajarkan tentang adanya kebangkitan orang mati di dalam Kristus. Sekalipun demikian, pemberitaan mereka telah membuat banyak orang menjadi percaya sehingga jumlah para pengikut Kristus telah bertambah dan menjadi sekitar lima ribu orang (4:1-4).

Keesokan harinya, Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dihadapkan kepada sidang yang terdiri dari para pemimpin Yahudi, para tua-tua, para ahli Taurat, serta imam besar dan para keturunan imam besar. Dalam sidang itu, Petrus—yang penuh dengan Roh Kudus—dengan berani memberitakan tentang Yesus Kristus yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi dan telah dibangkitkan oleh Allah dari antara orang mati. Dengan tegas, Rasul Petrus menyampaikan keyakinannya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Para peserta sidang heran menyaksikan keberanian Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dalam bersaksi tentang Yesus Kristus. Karena orang lumpuh sejak lahir yang bisa berjalan merupakan saksi nyata bagi kemesiasan Kristus, para peserta sidang tidak bisa memberi bantahan. Akhirnya, Rasul Petrus dan Rasul Yohanes hanya dilarang dan diancam agar berhenti memberitakan Kristus. Akan tetapi, mereka berdua menolak! Dengan terus terang, mereka berdua berkata bahwa mereka harus lebih taat kepada Allah daripada kepada peserta sidang! Karena sidang itu takut terhadap orang banyak yang memercayai pemberitaan Rasul Petrus dan Rasul Yohanes, akhirnya mereka berdua dibebaskan (4:5-22).

Bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan bahwa adanya ancaman dan larangan terhadap pemberitaan Injil itu adalah hal yang lumrah. Ancaman dan larangan itu terjadi karena Iblis tidak suka terhadap pemberitaan Injil. Akan tetapi, rencana Allah tidak akan bisa dihentikan! Apakah Anda pernah memberitakan Injil? [P]

Hadir untuk Menjadi Berkat

Kisah Para Rasul 3:11-26

Terjadinya mujizat orang lumpuh bisa berjalan membuat banyak orang yang melihat peristiwa itu mengerumuni Petrus dan Yohanes. Saat merasakan adanya pancaran rasa kagum dalam pandangan orang banyak terhadap diri mereka, Rasul Petrus menegur dan mengingatkan bahwa peristiwa itu terjadi bukan karena mereka saleh atau memiliki kuasa, tetapi karena Tuhan Yesus memberi kesembuhan (3:11-16). Jadi, Rasul Petrus secara ketat menolak penghargaan terhadap dirinya! Beliau tidak mau menjadi fokus pemberitaan! Sikap seperti itu amat bertolak belakang dengan sikap sebagian pengkhotbah populer yang merasa bangga bila menjadi pusat perhatian dan dianggap sebagai orang yang memiliki kuasa untuk membuat mujizat! Kesembuhan itu seharusnya membuat mereka memuliakan Kristus yang telah bangkit dari kematian!

Pemberitaan Injil yang lengkap selalu terdiri dari tiga bagian penting, yaitu dosa sebagai sumber masalah, solusi oleh karya Kristus, dan respons percaya. Bagi orang Yahudi, masalah mereka yang paling utama adalah bahwa mereka telah meminta Pontius Pilatus untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus Kristus—yang di sini disebut sebagai “Yang Kudus dan Benar”—dan justru membebaskan Barabas yang merupakan seorang pembunuh (3:13-14; Lukas 23:13-25). Akan tetapi, permintaan mereka kepada Pontius Pilatus—yang dilandasi oleh ketidaktahuan—itu justru telah dipakai Allah untuk menggenapi nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama, yaitu bahwa Kristus harus mati untuk menebus dosa manusia, dikuburkan, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga (Kisah Para Rasul 3:17-18; 1 Korintus 15:3-4). Kematian Kristus itu justru membuat mereka bisa memperoleh pengampunan dosa bila mere-ka menyadari dosa mereka dan bersedia untuk bertobat. Dengan demi-kian, kematian Kristus itu mewujudkan janji Allah kepada Abraham, yaitu bahwa oleh keturunan Abraham—yaitu Yesus Kristus—semua bangsa di bumi mendapat berkat (Kisah Para Rasul 3:19, 25).

Berita Injil adalah berita tentang pengampunan dosa di dalam Kristus. Walaupun kehadiran orang percaya seharusnya menjadi berkat dalam segala aspek—termasuk sosial dan ekonomi—bagi lingkungan tempat ia hadir, aspek paling utama adalah keselamatan. Orang Kristen harus hadir sebagai saksi Kristus yang menyampaikan berita keselamatan di dalam Kristus. Apakah Anda telah menjadi saksi Kristus? [P]

Tanda Kemesiasan

Kisah Para Rasul 3:1-10

Peristiwa orang lumpuh bisa berjalan ini berbeda dengan peristiwa orang sakit disembuhkan. Tidak pernah ada orang yang lumpuh sejak lahir, lalu sembuh, kemudian langsung bisa berjalan. Bila ada orang sakit yang sudah berbaring berminggu-minggu di tempat tidur berhasil disembuhkan, dia tidak akan bisa langsung berdiri, melainkan harus bangun perlahan-lahan, lalu beradaptasi dengan darah yang mengalir lebih cepat, baru akhirnya dia bisa berdiri dan mengatasi rasa pusing. Setelah tidak merasa pusing, barulah dia bisa berjalan. Waktu adaptasi itu tidak bisa terlalu cepat. Dalam bacaan Alkitab hari ini, orang lumpuh sejak lahir itu disuruh berjalan oleh Rasul Petrus. Orang lumpuh itu seumur hidup belum pernah berdiri dan berjalan. Bila lumpuhnya sembuh, dia tidak mungkin bisa langsung bangun dan berjalan, apa lagi melompat-lompat. Oleh karena itu, peristiwa orang lumpuh bisa berdiri, berjalan, bahkan melompat-lompat (3:7-8) merupakan suatu pemulihan, bukan sekadar penyembuhan biasa. Peristiwa orang lumpuh bisa berjalan ini mengingatkan kita kepada jawaban Tuhan Yesus saat Yohanes Pembaptis bertanya melalui dua orang muridnya, apakah Yesus Kristus itu adalah Sang Mesias atau bukan. Saat itu, Tuhan Yesus mengutip Yesaya 35:5-6—yang merupakan nubuat tentang Sang Mesias—sebagai jawaban (Lukas 7:22). Jadi, hal orang lumpuh yang diperintahkan untuk berjalan demi nama Tuhan Yesus itu merupakan suatu deklarasi tidak langsung bahwa Yesus Kristus adalah Sang Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel.

Dalam sejarah kekristenan, peristiwa orang lumpuh berjalan ini pernah berulang saat Injil diberitakan di tempat yang belum pernah men-dengar berita Injil. Orang lumpuh bisa berjalan karena nama Yesus Kris-tus merupakan tanda kehadiran Sang Mesias. Munculnya tanda kehadir-an Sang Mesias seperti yang terjadi dalam bacaan Alkitab hari ini sangat jarang terjadi dalam keadaan biasa! Pada umumnya, Allah memberikan tanda khusus hanya saat Injil diberitakan di tempat yang sama sekali belum pernah mendengar berita Injil. Sebagai orang Kristen yang sudah mengenal Kristus, seharusnya kita memiliki iman, walaupun kita tidak melihat tanda (Yohanes 20:29). Apakah sampai saat ini, Anda tetap mempertahankan iman, walaupun Anda belum pernah melihat tanda kemesiasan apa pun? [P]

Tindak Lanjut bagi Para Petobat Baru

Kisah Para Rasul 2:41-47

Perlu diingat bahwa pencurahan Roh Kudus dimaksudkan bagi tujuan penyelamatan manusia berdosa, bukan supaya para murid terlihat hebat atau berkuasa! Roh Kudus dicurahkan dengan maksud untuk menyadarkan manusia bahwa dirinya berdosa, menyadarkan bahwa kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan Kristus adalah bagian dari rencana penyelamatan Allah, serta mendorong manusia berdosa untuk merespons keselamatan yang tersedia di dalam Kristus (2:21-41). Dalam bacaan Alkitab hari ini, jelas bahwa pemberitaan Injil bukanlah akhir dari pelayanan para murid. Setelah tiga ribu orang bertobat dan dibaptis pada hari Pentakosta, para petobat itu untuk sementara tetap tinggal di Yerusalem agar dapat mengikuti pengajaran para rasul, bersekutu, serta memecahkan roti dan berdoa. Perlu disadari bahwa para petobat baru itu adalah hasil pelayanan seratus dua puluh murid—terutama dua belas rasul—bukan hanya hasil pelayanan Rasul Petrus seorang diri, sekalipun Rasul Petrus adalah pemimpin atau juru bicara para murid.

Pelayanan tindak lanjut terhadap para petobat dilakukan secara bersama-sama oleh para rasul, bukan hanya dilakukan secara sendirian oleh Rasul Petrus. Pelayanan tindak lanjut ini terdiri dari empat bagian, yaitu mendengar pengajaran para rasul, bersekutu, memecahkan roti, dan berdoa (2:42). Peran Roh Kudus dalam pelayanan tindak lanjut ini adalah mengingatkan para murid akan apa yang telah diajarkan Tuhan Yesus kepada mereka (Yohanes 14:26) dan menyatukan orang percaya (bandingkan dengan 1 Korintus 12:13). Kesatuan orang percaya ini meru-pakan kesatuan sebagai satu tubuh dengan setiap orang percaya seba-gai anggota tubuh dan Kristus sebagai kepala. Perhatikan bahwa peng-ajaran para rasul dan persekutuan orang percaya itu dilakukan di Bait Allah, sedangkan praktik memecahkan roti dan makan bersama ini dila-kukan secara bergilir di rumah. Berdoa tentu saja dilakukan baik di Bait Allah maupun di rumah. Selain mengikuti pembinaan, bersekutu, makan bersama, dan berdoa bersama, para petobat baru itu memuji Allah setiap hari sebagai gaya hidup yang baru (Kisah Para Rasul 2:46). Pelayanan tindak lanjut ini penting untuk membentuk cara pandang yang baru yang sesuai dengan kehendak Kristus. Apakah gereja tempat Anda beribadah tetap bertekun melaksanakan penginjilan dan pembinaan para petobat baru pada masa pandemi ini? [P]

Tanda Pencurahan Roh Kudus

Kisah Para Rasul 2:14-40

Anggapan bahwa tanda pencurahan Roh Kudus selalu berupa karunia bahasa roh adalah suatu kekeliruan. Tanda-tanda dalam 2:17-20 adalah, “anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi ge-lap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.” (bandingkan dengan Yoel 2:28-31). Yang menarik, tanda-tanda tersebut tidak muncul pada hari raya Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2:1-11. Tidak ada nubuat, penglihatan, dan mimpi pada hari itu. Tidak ada catatan bahwa matahari berubah menjadi gelap gulita atau bulan menjadi darah pada saat itu.

Apakah perbedaan antara peristiwa yang terjadi pada hari raya Pentakosta dengan Yoel 2:28-31 berarti bahwa Rasul Petrus salah kutip atau Lukas—penulis Kisah Para Rasul—salah catat? Tidak! Nubuat Nabi Yoel tidak boleh ditafsir secara harfiah! Tanda pencurahan Roh Kudus yang disebut oleh Nabi Yoel adalah tanda yang berwujud perubahan hidup para murid—yaitu bahwa para murid yang sebelumnya penakut, mendadak berani berbicara kepada banyak orang,—serta tanda yang bersifat supra alamiah atau melampaui akal, yaitu munculnya bunyi seperti tiupan angin keras, munculnya lidah-lidah seperti nyala api, dan perkataan para murid yang didengar oleh para pendengar yang datang dari daerah lain sebagai perkataan dalam bahasa yang mereka pakai di negeri asal mereka (Kisah Para Rasul 2:2-4). Jadi, Roh Kudus membuat para murid sanggup memberitakan Injil secara efektif! Perhatikan bahwa tanda-tanda yang muncul pada hari Pentakosta menandai dimulainya suatu era baru, yaitu era pelaksanaan Amanat Agung Kristus. Tanda-tanda tersebut tidak pernah berulang lagi secara persis dalam sejarah kekristenan. Akan tetapi, sampai saat ini, Roh Kudus masih terus berkar-ya, dan karya Roh Kudus selalu membawa manusia kepada Kristus. Apa-kah Roh Kudus telah mengubah hidup Anda? Perubahan apa yang terjadi dalam hidup Anda yang masih bisa Anda ingat? [P]

Pencurahan Roh Kudus

Kisah Para Rasul 2:1-13

Sebutan “hari Pentakosta” dalam bacaan Alkitab hari ini bisa dilihat dari dua perspektif—atau sudut pandang—yang berbeda. Bagi orang-orang pada masa itu, “hari Pentakosta” adalah hari raya peng-ucapan syukur atas datangnya musim panen gandum. Akan tetapi, ber-dasarkan peristiwa yang dituliskan pada bacaan Alkitab hari ini, hari raya ini diadopsi oleh gereja dan diberi pengertian baru, yaitu sebagai hari peringatan pencurahan Roh Kudus. Pengadopsian nama hari raya de-ngan pengertian baru ini terjadi pula untuk hari raya Paskah. Pada masa kehidupan Tuhan Yesus di bumi, Paskah adalah hari raya untuk memper-ingati keluarnya bangsa Israel dari Tanah Mesir. Akan tetapi, gereja telah mengadopsi hari raya itu sebagai hari untuk memperingati kebangkitan Kristus dari kematian. Sebenarnya, para ahli Perjanjian Lama meyakini bahwa hari raya yang dirayakan pada masa Perjanjian Lama itu adalah adopsi terhadap hari raya bangsa Kanaan yang berkaitan dengan masalah pertanian, khususnya menyangkut kesuburan tanah. Akan teta-pi, hari-hari raya itu diperingati oleh bangsa Israel dengan makna dan cara memperingati yang sangat berbeda. Oleh karena itu, cara gereja mengadopsi hari raya Paskah dan hari raya Pentakosta dengan makna baru bisa dikatakan sebagai meniru cara Allah mengadopsi hari raya bangsa Kanaan.

Pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari raya Pentakosta telah mengubah total kehidupan para murid. Sebelumnya, saat Tuhan Yesus ditangkap di Taman Getsemani, tampak jelas bahwa para murid merasa ketakutan sehingga mereka melarikan diri (Matius 26:56). Simon Petrus, yang sebelumnya berani memotong telinga hamba Imam Besar, berubah menjadi pengecut dan tidak berani mengaku terus terang bahwa ia adalah salah seorang murid Kristus setelah ia melihat bahwa Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap (Yohanes 18:10-27). Akan tetapi, setelah Roh Kudus dicurahkan, para murid yang penuh dengan Roh Kudus itu berubah menjadi pemberani. Mereka berani berkata-kata kepada orang banyak dengan mengikuti kata-kata yang diberikan Roh Kudus untuk mereka ucapkan. Pada masa kini pun, bila umat Tuhan bersedia mengikuti pimpinan Roh Kudus, kita akan dengan berani menjadi saksi Kristus yang setia memberitakan Injil. Apakah Anda pernah bertindak sebagai saksi Kristus yang dengan berani menceritakan keyakinan Anda tentang Kristus kepada orang lain? [P]

Pembentukan Tim Pelayanan

Kisah Para Rasul 1:12-26

Pengikut Kristus banyak jumlahnya, tetapi kedekatan terhadap Tuhan Yesus berbeda-beda. Kelompok yang berinteraksi paling erat dengan Kristus adalah kelompok dua belas murid yang dipilih sendiri oleh Tuhan Yesus (Matius 10:1-4; Markus 3:13-19; Lukas 6:12-16). Dari antara kedua belas murid itu, ada tiga murid yang sering dikhususkan untuk menemani Tuhan Yesus dalam beberapa peristiwa khusus, yaitu saat Tuhan Yesus dimuliakan di atas gunung (Matius 17:1-8), saat Tuhan Yesus mem-bangkitkan anak perempuan kepala rumah Ibadat yang bernama Yairus (Lukas 8:41-42,49-55), dan saat Tuhan Yesus berdoa di Taman Getse-mani (Markus 14:32-33). Di antara mereka bertiga, beberapa kali Petrus mendapat perhatian istimewa. Nama “Petrus” pun merupakan nama yang diberikan secara khusus oleh Tuhan Yesus. Sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, nama Petrus adalah “Simon”. Sebutan “Petrus” berarti “batu karang”. Petrus-lah yang diberi wewenang untuk membuka jalan bagi penginjilan di Yerusalem (Kisah Para Rasul pasal 2), penginjilan kepada orang Samaria (pasal 8), dan penginjilan kepada bangsa non-Yahudi (pasal 10). Di luar kelompok dua belas murid, ada pula kelompok tujuh puluh murid yang diutus untuk melayani berdua-dua. Karena Yudas Iskariot sudah mati, di luar kelompok dua belas murid dan kelompok tujuh puluh murid masih ada tiga puluh sembilan orang lain yang ikut berkumpul di Yerusalem (Kisah Para Rasul 1:15).

Uraian di atas memperlihatkan bahwa pelayanan yang dirancang oleh Tuhan Yesus adalah pelayanan tim. Pemilihan pengganti Yudas untuk menggenapi kelompok dua belas murid memperlihatkan bahwa kepemimpinan para murid Tuhan Yesus merupakan kepemimpinan tim. Adanya sistem kepemimpinan tim ini penting agar para pemimpin bisa saling bekerja sama, saling membantu, dan saling mengingatkan. Dalam Kisah Para Rasul 15, bisa kita baca bahwa para rasul dan para penatua berunding untuk menetapkan kebijakan bersama menyangkut kewajiban orang-orang bukan Yahudi yang ingin menjadi pengikut Kristus. Pada masa pelayanan Rasul Paulus, kita bisa melihat bahwa Rasul Paulus selalu membentuk tim pelayanan dalam perjalanan misinya. Tim pelayanan ini penting agar ada orang yang bisa melakukan follow-up atau tindak lanjut, saat tim pelayanan Rasul Paulus hendak melanjutkan perjalanan. Apakah Anda telah terbiasa bekerja dalam tim? Apakah di gereja Anda terdapat kebiasaan membentuk tim untuk melaksanakan pelayanan? [P]

Roh Kudus Menolong Kita Berdoa

Roma 8:26-30

Disiplin rohani yang paling penting bagi seorang Kristen adalah ber-doa. Sayangnya, sering kali kita kurang berdoa atau kita lupa mendoakan hal-hal yang sangat penting. Kita bisa kurang berdoa karena terlalu sibuk mengerjakan hal-hal lain, sedangkan daya tahan tubuh kita terbatas. Saat kegiatan kita melampaui batas kekuatan kita, otomatis kita akan mengurangi apa yang biasanya—atau yang seharusnya—kita kerjakan. Masalahnya, yang paling sering diabaikan oleh orang Kristen adalah berdoa. Di gereja pada umumnya, persekutuan doa—termasuk doa pagi—adalah kegiatan yang bukan hanya sering diabaikan, tetapi kadang-kadang juga ingin ditiadakan. Di satu sisi, pengabaian terhadap pentingnya doa—termasuk pentingnya doa bersama—adalah masalah rohani yang perlu dibereskan. Di sisi lain, kita bersyukur bahwa dalam anugerah-Nya, Roh Kudus mau menolong kita. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26). Bila kita bersikap terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus, kita tentu sering diingatkan untuk berdoa. Akan tetapi, bila kita sering mengabaikan bimbingan Roh Kudus, suara Roh Kudus itu lama-lama akan hilang. Bila di dalam ketaatan kita untuk melakukan kehendak Allah, kita menjadi terlalu lelah, sehingga kita tidak sanggup lagi untuk berdoa, Roh Kudus akan membantu kita, bahkan Roh Kudus akan berdoa untuk kita dengan menyampaikan—kepada Allah Bapa—keluhan-keluhan yang hanya ada dalam hati dan yang belum kita ucapkan.

Sangat baik bila orang-orang beriman menyusun rencana untuk berdoa. Kita bisa membagi doa kita menjadi beberapa bagian: Pertama, doa untuk diri sendiri, termasuk kebutuhan kita, pekerjaan kita, keluarga kita. Kedua, doa untuk orang lain, termasuk kawan-kawan dan rekan kerja kita serta hamba Tuhan di gereja kita. Ketiga, doa untuk kegiatan pelayanan, baik pelayanan di atau dari gereja kita serta pelayanan misi dalam arti yang luas. Keempat, doa untuk permasalahan nasional dan internasional seperti bencana alam, terorisme, dan sebagainya. Walau-pun mula-mula doa akan terasa sebagai rutinitas, kita harus membangun kebiasaan berdoa, sehingga doa menjadi bagian dari hubungan kita dengan Tuhan. Apakah Anda telah membangun kebiasaan berdoa dalam kehidupan Anda? [P]

Roh Kudus Menghibur dan Menguatkan

Yohanes 14:26; 15:26; 16:7; 2 Korintus 1:3-4

Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa di akhir masa pelayanan-Nya di bumi, sampai tiga kali, Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Penghibur (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7). Fakta itu menunjukkan bahwa peran Roh Kudus sebagai Penghibur sangat penting. Segera setelah Tuhan Yesus wafat—dan kemudian naik ke sorga—para murid akan menghadapi berbagai macam tekanan yang berat! Kemungkinan, mereka akan merasa malu dan tertekan saat menyadari bahwa ternyata mereka telah berlaku tidak setia! Setelah Tuhan Yesus ditangkap dan mengalami penderitaan yang memuncak di kayu salib, ternyata bahwa para murid adalah orang-orang pengecut yang tidak berani membela Guru mereka. Petrus—murid Tuhan Yesus yang tampak paling berani—pun juga kehilangan keberanian setelah Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap dan diadili. Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, tekanan terhadap orang Kristen semakin meningkat. Orang Kristen dikejar-kejar. Dalam situasi sulit itu, tidak ada alasan lain yang membuat para murid—dan juga orang-orang Kristen lain di abad pertama—bisa tabah menghadapi tekanan selain karena Roh Kudus menghibur dan menguatkan. Dalam 2 Korintus 1:3-4, Rasul Paulus mengakui bahwa penghiburan yang telah ia terima dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus merupakan sumber kekuatan yang membuat ia sanggup meng-hibur jemaat yang ia layani. Perhatikan bahwa penjelasan Rasul Paulus ini memperlihatkan bahwa ketiga Pribadi dari Allah Tritunggal itu merupa-kan sumber penghiburan bagi orang percaya.

Pada masa pandemi ini, banyak orang berada dalam keadaan stres. Bila keadaan stres tidak diatasi, kita akan menjadi orang-orang yang mengasihani diri sendiri dan selanjutnya hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri. Kita memerlukan penghiburan dan kekuatan dari Roh Kudus yang bukan hanya membuat kita bisa bersikap tabah meng-hadapi tekanan apa pun, tetapi juga membuat kita sanggup menghibur orang lain, dan selanjutnya kita juga sanggup untuk tetap menjalankan misi Allah melalui kehidupan kita tanpa terpengaruh oleh situasi yang sedang kita hadapi. Apakah saat ini, Anda masih bisa menghibur orang lain? Bila Anda masih sering mengeluh, Anda harus segera mencari peng-hiburan kepada Roh Kudus yang siap untuk menghibur dan menguatkan diri Anda! [P]