Yang Haram Tidak Lagi Haram

Imamat 11

Bacaan Alkitab hari ini menjelaskan berbagai macam kategori bina-tang, yaitu mana yang haram dan mana yang tidak haram. Banyak penafsir berusaha untuk mengamati apa yang menjadi dasar pengelom-pokan tersebut. Seorang imam yang mengajar umat Allah tentang segala ketetapan-Nya harus dapat “membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis” (10:10). Di bagian ini, Allah menyebutkan mana yang haram dan halal, mana yang boleh dimakan dan yang tidak. Tujuannya adalah untuk “menghindarkan orang Israel dari kenajisannya, supaya mereka jangan mati ...” (15:31; bandingkan dengan 11:44-45) dan agar mereka menjadi kudus, sebab TUHAN Allah itu kudus (11:45; 19: 2; 20:26;).

Apa dasar pengelompokan ini? Ada yang meyakini bahwa penge-lompokan ini “tidak beraturan”, dengan maksud untuk menguji umat-Nya tentang ketaatan sejati. Ada yang menghubungkan dengan penyembahan berhala, yang dikonotasikan sebagai “haram”. Hal ini belum tentu benar. Misalnya, “lembu” adalah berhala bagi bangsa-bangsa lain, namun halal bagi umat-Nya. Ada yang mengaitkan dengan dampak terhadap kesehatan. Namun, pengamatan para sarjana menyatakan bahwa kategori ini belum dapat menjelaskan kaitan kesehatan dengan berbagai keunikan binatang tersebut.

Penjelasan terbaik adalah berdasarkan struktur tubuh yang me-nunjang gerakan makhluk hidup di alam mereka masing-masing, yaitu di darat (11:2-3), di dalam air (11:9), dan di udara (burung-burung). Khusus untuk kategori burung, meskipun struktur dan gerakan burung-burung adalah sama, daftar burung di 11:13-19 termasuk jenis burung pemangsa atau pemakan bangkai. Disebutkan “kejijikan” adalah karena mereka memakan bangkai (11:39) dan karena darah yang ada di binatang yang dimakannya (7:26-27). Bagi Allah, segala yang “utuh” (tak bercacat), normal, sesuai dengan natur yang ditetapkan oleh Allah adalah standar yang tidak haram. Tuhan Allah telah memilih umat Israel menjadi umat-Nya dan juga memilih binatang-binatang yang tidak haram bagi umat-Nya untuk mengingatkan bahwa umat Israel adalah umat pilihan Allah, yang kudus di antara bangsa-bangsa lain. Namun, sejak “penglihatan Petrus” (Kisah Para Rasul 10), ketetapan binatang haram ini tidak lagi berlaku. Ini berarti bahwa Tuhan Allah berkenan menyelamatkan bangsa-bangsa lain juga (Kisah Para Rasul 10:15,28; 10:34). [GI Abadi]

Hati yang Takut kepada Allah

Imamat 10:8-20

Bacaan Alkitab hari ini menjelaskan tentang bahaya mengonsumsi minuman keras di dalam pelayanan. Larangan Tuhan Allah begitu keras karena bila imam yang melayani di Kemah Pertemuan meminum anggur atau minuman keras, imam itu akan dihukum mati. Mengapa Tuhan Allah begitu perhatian terhadap larangan ini? Firman Tuhan da-lam Yesaya 28:7-9 dan Hosea 4:11 mengatakan bahwa minuman keras atau minuman anggur (yang sudah difermentasi sehingga mengandung alkohol) dapat membuat orang yang meminumnya menjadi pening/pusing, dan menghilangkan daya pikir yang jernih. Tugas seorang imam adalah mengajarkan segala ketetapan dan perintah Tuhan Allah kepada umat-Nya. Jika seorang imam kehilangan daya pikir yang jernih, dia tidak akan mampu lagi membedakan mana yang kudus dan yang tidak kudus dan dapat menyesatkan (mengajarkan hal yang salah kepada) umat-Nya. Seorang imam tidak hanya harus melayani ritual persembahan korban, tetapi juga harus mengajarkan kebenaran firman Tuhan dengan baik dan benar.

Pelayanan seorang imam (yang harus benar dan tidak menyim-pang) dihargai dan merupakan hak istimewa yang diberikan oleh Tuhan Allah. Bagaimana jika terjadi penyimpangan? Kisah Nadab dan Abihu (Imamat 10:1-7) menunjukkan bahwa Tuhan Allah tetap setia kepada janji dan ketetapan-Nya. Meskipun Nadab dan Abihu mendapat hukum-an, hak-hak dari imam-imam yang melayani tidaklah dibatalkan. Mereka tetap mendapat bagian dari korban persembahan (10:12-14).

Bagaimana jika mereka tidak mengambil bagian tersebut? Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun yang masih ada, tidak mengambil bagian mereka. Mereka mempersembahkan kambing jantan penghapus dosa itu seluruhnya untuk dibakar. Musa marah tentang kejadian ini, tetapi alasan yang diberikan Harun dapat diterima, yaitu bahwa mereka masih berduka dan “trauma” atas kejadian yang menimpa Nadab dan Abihu. Allah itu bermurah hati kepada mereka yang berbuat kesalahan karena takut akan Dia, tetapi Dia murka terhadap Nadab dan Abihu yang lalai dan tidak menghargai kekudusan-Nya saat masuk ke hadapan hadirat-Nya. Sebagai pelayan dan umat-Nya, prinsip ini harus kita ingat baik-baik bila kita masuk ke hadapan hadirat-Nya. Adakah Anda selalu memiliki “hati yang takut dan hormat” kepada Allah? [GI Abadi]

Api Kemuliaan, Api Menghanguskan

Imamat 10:1-7

Kisah dalam bacaan Alkitab hari ini terlihat kontras dengan kisah sebelumnya (Imamat 9), yaitu bahwa Tuhan berkenan kepada umat-Nya dalam kehadiran api kemuliaan Tuhan. Dalam 10:1-7, Tuhan murka, sehingga Ia mendatangkan api yang menghanguskan Nadab dan Abihu, yaitu dua orang imam yang merupakan anak-anak Harun. Kesalahan mereka berdua adalah mempersembahkan “api yang asing”. Yang harus mereka persembahkan seharusnya adalah api yang telah diberikan oleh Tuhan (9:24), yaitu “api dari mezbah” yang harus dijaga agar terus menyala (6:12-13; 16:12), tidak boleh dari sumber lain.

Tuhan Allah menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi: “Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunya-takan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku” (10:3). Dalam bahasa Perjanjian Lama, arti kalimat di atas adalah, “Aku (Allah) harus diperlakukan kudus di muka seluruh bangsa”. Nadab dan Abihu adalah orang-orang yang dipercaya untuk menjalan-kan pelayanan keimaman yang mulia. Mereka menjadi contoh bagi kita—sebagai imamat rajani—agar kita menaruh rasa hormat dan mencintai kekudusan Tuhan. Dalam Alkitab, kita mempelajari prinsip yang berlaku secara umum dan berulang-ulang, yaitu bahwa semakin tinggi posisi dan tanggung-jawab kerohanian seseorang, semakin berat pula disiplin dan hukuman jika melakukan kesalahan.

Perjanjian Lama mengajar kita bahwa sikap Musa yang tidak menghormati kekudusan Allah (Bilangan 20:12) membuat dia tidak diizinkan memasuki Tanah Perjanjian. Dalam Perjanjian Baru, prinsip ini terdapat seperti dalam Lukas 12:48 dan Ibrani 6:4-6. Penulis surat Ibrani mengulang kembali prinsip di atas dengan tegas: “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka … ” (Ibrani 10:26-31). Sebagai orang yang telah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran Allah, kita sebagai imamat rajani diingatkan bahwa Tuhan adalah api yang menghanguskan. Ingatlah bahwa sisi lain dari api kemuliaan adalah “api yang menghanguskan”, karena Tuhan harus diperlakukan kudus di hadapan umat-Nya. [GI Abadi]

Bersyukur, Ada Pelayanan Imam

Imamat 9

Di dalam bacaan Alkitab hari ini (Imamat 9), kita bisa membaca tentang apa yang menjadi keinginan Allah bagi umat-Nya setelah Dia memberikan ketetapan-ketetapan-Nya tentang berbagai korban persembahan kepada-Nya dan setelah penahbisan Harun sebagai imam besar dan penahbisan anak-anak Harun sebagai imam-imam biasa. Bagian firman Tuhan yang kita baca ini mengisahkan pelayanan di Kemah Pertemuan yang diadakan pertama kali. Adanya “persembahan korban penghapus dosa dan korban bakaran bagi imam-imam (Harun dan anak-anaknya)” dan “persembahan korban penghapus dosa, korban bakaran, korban keselamatan, dan korban sajian bagi umat Israel”, menunjukkan bahwa baik imam-imam maupun umat Israel sama-sama berdosa dan membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Tujuan dari semua pelayanan ibadah di Kemah Pertemuan ini adalah agar Tuhan berkenan menyatakan diri-Nya (dan sekaligus kemuliaan-Nya) kepada umat Israel, sehingga umat-Nya dapat mengalami kehadiran Allah dalam kemuliaan-Nya (baca Keluaran 29: 43-46).

Kemuliaan Tuhan dinyatakan melalui api yang secara ajaib keluar dari hadapan Tuhan, kemudian menghanguskan korban bakaran dan segala lemak yang diletakkan di atas mezbah (Imamat 9:24). Adanya pelayanan imam-imam menurut kehendak Tuhan Allah bagi umat Israel adalah untuk menjadi sarana yang dipakai oleh Tuhan untuk menyata-kan kemuliaan-Nya di tengah-tengah umat-Nya. Selanjutnya, umat Israel dipanggil untuk menjadi imam-Nya bagi bangsa-bangsa di sekitar Israel, agar kemuliaan-Nya juga dinyatakan bagi bangsa-bangsa lain.

Rasul Petrus menuliskan bahwa kita adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Kita diberi privilege (hak istimewa) oleh Tuhan Allah untuk menjadi imam-imam (lihat juga Wahyu 1:6). Betapa indahnya bahwa kita yang telah dipilih oleh Allah juga dipercaya untuk men-jalankan pelayanan sebagai imamat yang rajani (imam yang diutus oleh Raja yang Agung bagi dunia ini), supaya “seluruh bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Allah” (Habakuk 2:14). [GI Abadi]

Lembu Jantan Hapus Lembu Emas

Imamat 8

Di dalam bacaan Alkitab hari ini, Tuhan Allah memerintahkan Musa untuk menahbiskan Harun dan anak-anaknya. Gambaran prosesi penahbisan ini dijelaskan secara amat terperinci, termasuk masalah pakaian, minyak urapan, dan (terutama) adanya lembu jantan korban penghapus dosa serta dua domba jantan dan bakul berisi roti yang tidak beragi (8:2). Gambaran lebih lengkap tentang penahbisan Harun dan anak-anaknya dapat dibaca dalam Keluaran 28-29. Penahbisan Harun sebagai imam besar dan anak-anak Harun sebagai para imam yang melayani dalam Kemah Pertemuan dan melayani mezbah adalah agar umat Allah mengetahui bahwa “[Dia-lah] TUHAN Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, supaya [Dia] diam di tengah-tengah mereka, [menjadi] Allah mereka” (Kel. 29: 44-46).

Dalam Imamat pasal 8, frase “yang diperintahkan Tuhan” tertulis sebanyak 7 (tujuh) kali (8:4; 9; 13; 17; 21; 29; 36). Pengulangan sampai tujuh kali—angka kesempurnaan dalam perspektif Alkitab—menunjuk-kan bahwa penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam telah dilakukan “secara utuh”. Pengulangan ini juga memperlihatkan ketaatan Musa dan Harun “sepenuhnya” terhadap firman Tuhan Allah. Umat Allah yang berkumpul (8:4) dalam upacara penahbisan menunjukkan bahwa upacara itu adalah “tonggak sejarah” dalam sejarah umat Allah (bandingkan dengan 8:9 tentang “penahbisan orang Lewi” dan Bilangan 20:8 tentang narasi “air dari bukit batu”).

Ada satu hal yang mengingatkan akan kasih karunia Allah dalam prosesi ritual ini, yaitu adanya “lembu jantan” sebagai korban penghapus dosa. Harun dan anak-anaknya menerima pengampunan melalui penyembelihan korban lembu dan melalui darahnya yang menyucikan. Pembuatan “Lembu” (“anak lembu emas”, Keluaran 32) adalah kesalahan fatal Harun yang membuat Allah murka terhadap umat-Nya. Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih karunia-Nya kepada Harun dan anak-anaknya melalui seekor “lembu” lain sebagai korban penghapus dosa. Jelaslah bahwa Tuhan masih mau mengampuni Harun dan memakai dia sebagai imam-Nya, sekalipun dia telah melakukan kesalahan besar. Apakah Anda sudah bersyukur karena kita mempunyai seorang Imam Besar Agung yang jauh melebihi Harun (Ibrani 4: 14 dan seterusnya.)? [GI Abadi]

Ingatlah Bagian untuk Para Imam

Bacaan Alkitab hari ini:
Imamat 7:22-38

Di dalam bacaan Alkitab hari ini, umat pilihan Allah kembali diingatkan agar tidak memakan lemak dari hewan yang dipersembahkan sebagai korban api-apian bagi Tuhan dan tidak memakan darah apa pun (baca juga 3:16b-17). Larangan ini dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa lemak dari hewan yang dipersembahkan sebagai korban adalah milik Tuhan dan darah merupakan sarana penebusan/pendamaian (bandingkan dengan 17:10 dan seterusnya). Seriusnya larangan itu diberikan melalui suatu peringatan, yaitu bahwa siapa pun yang melanggar ketetapan ini akan dilenyapkan dari antara bangsa Israel (7:25; 27).

Di dalam ritual (upacara) persembahan korban keselamatan, Tuhan “mengingat” para imam yang melaksanakan ritual tersebut serta menetapkan apa yang menjadi bagian bagi imam yang melaksanakan ritual serta bagi Imam Besar Harun dan anak-anak-Nya. Hal yang menarik di sini adalah bahwa Tuhan menetapkan “dada” dari persembahan unjukan dan “paha kanan” dari persembahan khusus pada korban keselamatan sebagai porsi yang harus disisihkan untuk imam Harun dan anak-anaknya (7:34). Jelaslah bahwa Tuhan Allah menaruh perhatian besar kepada mereka yang melayani persembahan dan yang membawa umat-Nya untuk beribadah kepada Tuhan Allah. Perhatikan bahwa bagian “kanan” adalah bagian terbaik bagi manusia, sedangkan “lemak” adalah bagian terbaik milik Tuhan.

Di dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tuhan (di kota Korintus) agar mereka memperhatikan bagian yang harus dikhususkan bagi mereka yang menjadi pemberita Injil dengan cara membandingkan pelayanan mereka yang memberitakan kabar baik dengan mereka yang melayani mezbah. “Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu” (1 Korintus 9:13-14). Tuhan begitu peduli terhadap umat-Nya dan juga terhadap para pelayan-Nya. Di dalam konteks masa kini, apakah Anda juga memperhatikan dan menaruh hormat kepada pelayan-pelayan Tuhan? [GI Abadi]

Layakkah Aku di Meja Perjamuan?

Bacaan Alkitab hari ini:
Imamat 7:1-21

Dalam bacaan Alkitab hari ini, sekali lagi Tuhan Allah memberi perintah dan petunjuk kepada Harun dan anak-anaknya (para imam) tentang pengaturan persembahan korban penebus salah dan korban keselamatan. Firman Tuhan mengungkapkan bahwa Tuhan Allah memperhatikan mereka yang melayani. Persembahan korban bakaran dari binatang harus dibakar semuanya, kecuali bagian kulit yang menjadi bagian para imam. Demikian pula halnya dengan korban sajian. Korban sajian yang dimasak (7:9, yaitu dibakar, diolah dalam wajan, dipanggang) diberikan kepada imam yang mengerjakan ritual, sedangkan korban sajian yang tidak dimasak diberikan kepada semua imam (anak-anak Harun). Kita tidak mengerti mengapa korban sajian jenis pertama (dimasak) hanya untuk imam yang melakukan ritual dan korban sajian jenis kedua (tidak dimasak) bagi semua anak-anak Harun. Ada kemungkinan bahwa korban sajian yang pertama (dimasak) lebih jarang dan jumlahnya lebih sedikit.

Dalam hukum tentang korban keselamatan, Tuhan Allah memberi kesempatan kepada umat Allah yang mempersembahkan untuk ikut memakan persembahan itu, selain ada bagian khusus untuk imam. Dalam memakan persembahan, Tuhan Allah mengingatkan umat-Nya untuk memakan korban keselamatan berupa daging korban syukur pada hari itu juga dan tidak boleh disisakan untuk keesokan harinya. Untuk korban nazar dan korban sukarela, umat Allah harus makan korban tersebut pada hari itu juga, tetapi masih boleh memakan sisanya pada keesokan harinya. Akan tetapi, pada hari ketiga, bagian yang tersisa harus dibakar. Jika umat masih makan persembahan itu pada hari ketiga, Tuhan tidak lagi berkenan kepada orang itu. Di sini kita melihat keseriusan Allah akan kekudusan-Nya dan kasih setia-Nya terhadap umat-Nya. Secara natural, makanan daging yang dibiarkan begitu saja sudah rusak pada hari ketiga dan tidak layak untuk dimakan. Kekudusan Allah menuntut bahwa korban binatang harus tanpa cacat dan hanya umat yang berkenan kepada Allah yang boleh beribadah kepada Allah. Dalam sakramen perjamuan kudus, kita (yang mengaku percaya kepada Kristus) diundang untuk makan dan minum semeja dengan Tuhan. Namun, apakah sebelum mengikuti perjamuan kudus, kita senantiasa memohon agar Tuhan menguduskan diri kita? [GI Abadi]

Api Yang Tetap Menyala

Bacaan Alkitab hari ini:
Imamat 6:8-30

Tuhan Allah memberi petunjuk yang sangat terperinci tentang cara mempersembahkan korban kepada-Nya. Berbeda dengan bacaan Alkitab sebelumnya, bacaan Alkitab hari ini berisi instruksi kepada para imam, yaitu Harun dan anak-anaknya.

Untuk pengaturan korban bakaran, para imam diingatkan untuk menjaga supaya “api di atas mezbah tetap menyala”. Api yang menyala mengingatkan umat Israel akan (1) kehadiran Allah yang menjadi penuntun dan pelindung mereka (Keluaran 13:21), serta (2) murka Allah yang membakar dosa dan para pendosa (Imamat 10:1-3). Api yang dijaga agar tetap menyala mengingatkan bahwa kehadiran Allah selamanya ada dan sekaligus mengingatkan tentang kebutuhan penebusan dari dosa dan pengudusan yang terus-menerus.

Dalam pengaturan tentang korban sajian, kita melihat bahwa Tuhan Allah sangat memperhatikan para pelayan-Nya (para imam). Dia memerintahkan bahwa sisa selebihnya dari korban sajian yang telah dikhususkan untuk Tuhan merupakan bagian untuk Harun dan anak-anak-Nya. Namun, jika imam-imam itu sendiri yang mempersembahkan korban sajian kepada Tuhan, seluruh korban sajian itu harus dibakar untuk Tuhan menjadi bau yang menyenangkan bagi Tuhan.

Pengaturan korban penghapus dosa mengajarkan tentang kekudusan Allah. Kekudusan memiliki kualitas “menjalar”. Setiap orang yang tersentuh (terkena) sesuatu yang kudus akan terpengaruhi sehingga menjadi kudus (6:18b). Darah yang menguduskan mezbah dan barang-barang suci lain-nya tidak boleh menyentuh barang-barang lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan segera, apakah barang-barang terebut dibersihkan atau dicuci (6:27) atau dihancurkan (6:28).

Melalui pengaturan persembahan korban, kita melihat bahwa Tuhan Allah sangat mempedulikan umat-Nya. Dia ingin agar umat-Nya mengenal Dia sebagai Allah yang berinisiatif untuk membawa mereka kepada hubungan yang benar, baik itu berupa pendamaian melalui persembahan korban-korban tersebut maupun berupa peringatan akan kekudusan Allah. Syukur kepada Tuhan Yesus! Melalui karya Tuhan Yesus di atas kayu salib, seluruh maksud upacara persembahan korban sudah digenapi. Tuhan Yesus sekali saja menjadi korban di kayu salib, dan dampaknya untuk selama-lamanya (Ibrani 7:27). [GI Abadi]

Korban Penebus Salah Sudah Tersedia

Bacaan Alkitab hari ini:
Imamat 5:14-6:7

Dalam bacaan Alkitab hari ini, dijelaskan tentang jenis persembahan korban yang terakhir, yaitu “korban penebus salah”. Semua jenis persembahan—termasuk korban bakaran, korban keselamatan, dan korban penyucian—mencakup penumpahan darah yang berhubungan dengan “mengampuni kesalahan”. Akan tetapi, persembahan “korban penebus salah” memiliki ciri khas, yaitu memberi ganti rugi terhadap orang yang telah dirugikan secara materi karena kesalahan dan pelanggaran pemberi persembahan, sekaligus memohon pengampunan kepada Tuhan Allah sendiri. Pelanggaran yang disebutkan di sini adalah pelanggaran kepercayaan (“berubah setia’).

Ada tiga jenis pelanggaran di sini: Pertama, pelanggaran yang berhubungan dengan “sesuatu hal kudus”, artinya segala sesuatu yang sudah dipersembahkan kepada Tuhan Allah, untuk para imam dan kemah Allah. Apa yang diperlukan untuk menebus kesalahan ini adalah pengorbanan seekor domba jantan yang tidak bercela dan pembayaran ganti-rugi yang ditambah 20% dari nilai itu. Kedua, pelanggaran yang tidak jelas tetapi sang penyembah “merasa bersalah” sekalipun dia tidak tahu pelanggarannya. Pemberi persembahan hanya mempersembahkan korban untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan Allah, tetapi tidak perlu membayar ganti-rugi 120 % tersebut. Ketiga, pelanggaran yang merugikan orang lain karena merusak kepercayaan menyangkut materi, termasuk barang yang dipercayakan, rampasan, pemerasan, atau penyangkalan terhadap barang yang ditemukan. Pelanggaran ini ditebus dengan mempersembahkan seekor domba jantan ditambah dengan ganti-rugi sebesar 120%. Untuk kasus serupa, jika yang melanggar tidak mau mengaku, namun terbukti bersalah, pembayaran ganti-rugi mencapai 200% (Keluaran 22:7-15). Pemberian ganti rugi kepada sesama harus dilakukan sebelum mempersembahkan korban kepada Tuhan. Pelanggaran secara aspek horizontal harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum aspek vertikal (hubungan dengan Tuhan) diselesaikan.

Dalam Yesaya 53, yang dipercayai sebagai nubuatan tentang Kristus Yesus, disebutkan tentang korban penebus salah (Yesaya 53:10). Jadi, kematian Kristus merupakan korban penebus salah—karena dosa-dosa horizontal kita juga—yang telah memuaskan Allah. Oh, betapa indahnya karya pengorbanan Yesus! [GI Abadi]

Disucikan oleh Darah

Bacaan Alkitab hari ini:
Imamat 4:1-5:13

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita membaca tentang satu jenis persembahan lagi. Alkitab versi Terjemahan Baru memberikan judul untuk perikop ini sebagai “korban penghapus dosa.” Sebenarnya, jenis persembahan ini lebih tepat bila diterjemahan sebagai “korban penyucian” (purification offering). Bacaan Alkitab hari ini membahas tentang mengapa dan bagaimana seseorang harus mempersembahkan korban penyucian. Jika ada orang yang berbuat dosa (melanggar kehendak Tuhan) dengan tidak sengaja, dia perlu mempersembahkan korban penyucian. Jika seseorang lalai dan melakukan kesalahan, lalu menyadarinya (5:1-4), dia juga perlu mempersembahkan korban penyucian. Saat seorang perempuan melahirkan, dia menjadi tidak tahir, sehingga dia harus mempersembahkan “korban penyucian” (12:6). Hal yang sama juga berlaku bagi orang berpenyakit kusta yang telah sembuh dan menjadi tahir (14:19) serta pria yang mengeluarkan lelehan (15:15). Jadi, korban penyucian bukan hanya perlu dipersembahkan karena dosa yang diperbuat secara tidak sengaja, tetapi juga karena kenajisan.

Salah satu fitur paling penting dalam korban penyucian adalah “pemercikan” darah binatang. Lokasi pemercikan darah dan jenis binatang yang dikorbankan tergantung kepada level tanggung-jawab, keseriusan, dan kemampuan orang tersebut. Jika yang berbuat dosa dengan tak sengaja adalah rakyat jelata, darah korban tersebut hanya perlu dibubuhkan di tanduk-tanduk mezbah korban bakaran. Jika seluruh umat atau imam besar berbuat dosa, darah korban harus dipercikkan ke bagian dalam kemah Allah. Dosa dan pencemaran individu dapat mencemarkan kemah Allah, tempat Allah memilih untuk tinggal bersama umat-Nya. Ingatlah prinsip berikut: “Bukan Tuhan Allah, tetapi manusia, yang mengalami celaka karena pencemaran dosa”. Kesucian Allah dapat diungkapkan dalam murka-Nya jika dosa dan kecemaran tidak segera disucikan. Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan bahwa “segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah” (Ibrani 9:22).

Dalam Perjanjian Baru, kita mendapat penjelasan bahwa Tuhan Yesus—sebagai Imam Besar Perjanjian Baru—telah mempersembahkan darah-Nya sendiri untuk “menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia” (Ibrani 9:11-14). Apakah hati Anda telah dipenuhi rasa syukur atas karya pengorbanan-Nya bagi orang berdosa? [GI Abadi]