Bukan Sekadar Penggemar

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 8:18-34

Popularitas Tuhan Yesus sebagai Sang Pembuat mujizat meningkat drastis. Banyak penggemar yang tiba-tiba muncul dan mengikuti Dia. Saat menghadapi kondisi seperti itu, Tuhan Yesus menghendaki agar para pengikut-Nya tidak hanya sekadar ikut atau ikut dengan motif yang salah. Matius mencatat bahwa seorang ahli Taurat dan seorang murid yang tidak disebut namanya mendatangi Tuhan Yesus. Keduanya ingin mengikuti Tuhan Yesus. Kemungkinan, sang ahli Taurat ingin mengikuti Tuhan Yesus agar mendapat kenyamanan dan popularitas yang terlihat dimiliki oleh Tuhan Yesus saat itu. Murid yang tak disebut namanya ingin mengikuti Tuhan Yesus setelah menguburkan ayahnya (Hampir bisa dipastikan bahwa saat itu, ayah si murid belum meninggal. Bila ayahnya sudah meninggal, ia pasti tidak di sana. Si murid beranggapan bahwa mengikut Yesus Kristus adalah hal yang bisa ditunda).

Kedua orang itu ingin mengikuti Tuhan Yesus, tetapi keinginan mereka tidak sesuai dengan harapan Tuhan. Mengikuti Yesus Kristus tidak boleh sekadar untuk mendapat kenyamanan hidup di dunia. Mengikuti Tuhan Yesus harus menjadi prioritas karena yang hendak kita ikuti adalah Tuhan, Pencipta segala sesuatu, Penguasa alam semesta ini. Pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan muncul dari mulut manusia yang telah melihat Yesus Kristus menghardik angin ribut, dan danau menjadi tenang (8:23-27). Setan-setan pun mengaku bahwa Dialah Anak Allah (8:28-34).

Dari data Joshua Project, saat ini, bila ada tiga orang Kristen, hanya satu yang sungguh-sungguh merupakan murid Tuhan Yesus. Dua orang sisanya hanya sekadar suka ikut Yesus Kristus dan menjadikan Dia sebagai pembantu pribadi untuk memenuhi segala keinginannya. Di luar kekristenan, manusia memilih ilah mereka untuk kenyamanan mereka. Akan tetapi, orang Kristen tidak memilih Allah, melainkan dipilih oleh Allah untuk mengalami relasi dengan Dia, sumber hidup sejati, Pencipta dan Penyelamat dunia. Yesus Kristus tidak ingin diikuti oleh banyak penggemar yang hanya ikut berdasarkan harapan pribadi. Murid sejati akan mengikut Tuhan Yesus sesuai dengan harapan Tuhan. Apakah Anda murid sejati atau hanya sekadar penggemar Yesus Kristus? Apakah Anda berusaha mencari dan mengejar kerinduan Tuhan dalam hidup Anda atau Anda mencari Tuhan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda sendiri? [FL]

Sudahkah Anda Terlibat dalam Misi?

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 8:1-17

Setelah Tuhan Yesus selesai mengajar, orang banyak tetap mengikuti Dia. Selanjutnya, penulis Injil Matius menuliskan tentang empat mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus, yaitu menyembuhkan seorang yang sakit kusta (8:1-4), menyembuhkan hamba seorang perwira yang sakit lumpuh (8:5-13), menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit demam (8:14-15), serta mengusir roh-roh dari orang-orang yang kerasukan setan dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit (8:16). Matius memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan, yang memikul kelemahan dan menanggung penyakit manusia (8:17).

Karena latar belakang orang yang dilayani Tuhan Yesus amat bervariasi—orang kusta yang tidak diketahui apakah dia orang Yahudi atau non Yahudi, hamba seorang perwira yang pasti bukan orang Yahudi, ibu mertua Petrus yang adalah orang Yahudi, dan banyak orang yang tidak diketahui kebangsaannya—hal ini membuat kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias bagi semua bangsa. Ia melayani dan menyelamatkan semua orang, tidak terbatasi oleh ras, suku, dan bahasa. Sudahkah Anda melayani seperti Tuhan Yesus yang tidak membeda-bedakan suku, ras, dan bahasa? Apakah komunitas di gereja Anda sudah membuka diri terhadap berbagai suku yang ada? Apakah saat ini Anda terlibat dalam usaha menjangkau orang yang berbeda suku, ras, atau bahasa dengan kita, baik melalui doa, dana, maupun daya?

Saat ini, dari 17,016 suku yang ada di dunia, masih terdapat 7,082 (41.6%) suku yang belum pernah mendengar Injil (joshuaproject.net, Oktober 2018). Perbandingan jumlah gereja Injili yang ada saat ini dibandingkan dengan suku yang masih belum mendengar Injil adalah 1000:1. Artinya, saat ini terdapat 1000 gereja Injili berbanding dengan 1 suku terabaikan. Pekerjaan ini seharusnya tidak berat, bukan? Satu suku terabaikan dapat dilayani bersama oleh 1000 gereja Injili! Akan tetapi, dengan perbandingan seperti itu, mengapa masih banyak suku yang terabaikan, padahal banyak gereja Injili yang memiliki gedung megah? Adakah anak-anak Allah yang rela menyerahkan diri dan masa depannya untuk menjangkau suku-suku yang terabaikan? Apakah Anda dan gereja Anda telah membuka mata dan mengulurkan tangan agar setiap suku bangsa bisa menjadi murid Tuhan Yesus? [FL]

Petualangan Sang Putra Kesayangan (1)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 39-40

Penulis kitab Kejadian kini mengalihkan perhatiannya pada kisah Yusuf, sang putra kesayangan yang tiba-tiba harus menjalani kehidupannya yang bertolak belakang (sebagai budak) akibat kebrutalan saudara-saudaranya sendiri. Alkitab menyatakan bahwa ia dijual kepada Potifar—kepala pasukan pengawal Firaun—sebagai budak belian. Namun, Tuhan yang Mahaadil tidak membiarkan orang benar menderita.

Di awal pasal 39, penulis kitab Kejadian menyampaikan bahwa Tuhan Allah sendiri yang menyertai Yusuf dan membuat apa pun yang dikerjakannya berhasil dengan gemilang, sehingga dalam tempo singkat, karir Yusuf melejit dengan cepat. Hampir seluruh isi rumah sang kepala pasukan pengawal raja berada di bawah wewenangnya, kecuali sang tuan beserta istrinya. Yusuf bebas mengatur seisi rumah sekehendak hatinya. Penampilan Yusuf amat mempesona sehingga sang nyonya rumah jatuh cinta kepadanya dan bahkan dibutakan oleh cinta tersebut. Ketika sadar bahwa sang budak menolak untuk menerima cinta yang terlarang itu, sang nyonya menjadi marah dan memfitnah Yusuf. Sungguh, karakter Yusuf amat berbeda dengan Esau! Dia lebih memilih masuk penjara ketimbang mengkhianati tuannya.

Turunnya Yusuf dari jabatan kepala rumah tangga menuju penjara bukanlah akhir dari karirnya, bahkan sebaliknyalah yang terjadi. Tuhan Allah menyertai Yusuf, sehingga ia segera menjadi tangan kanan kepala penjara (39:21-23). Keadaan “terpuruk” di dalam penjara itulah yang membuka jalan bagi lompatan karir sang terpidana. Saat berada di dalam penjara, Yusuf bertemu dengan kepala juru minuman dan kepala juru roti Firaun. Mereka berdua mendapat mimpi, tetapi mereka tidak mengerti artinya sehingga mereka menjadi sedih. Setelah mimpi mereka diceritakan kepada Yusuf, ternyata bahwa Yusuf bisa menjelaskan arti mimpi mereka berdua, dan mimpi mereka terwujud tepat seperti yang dijelaskan oleh Yusuf.

Kisah Yusuf akan berlanjut di pasal-pasal berikutnya, namun prinsipnya tetap sama, yaitu bahwa Tuhan adalah Allah yang adil, sehingga Ia akan membela orang yang benar. Bila Anda sedang berada dalam keadaan terpuruk seperti tanpa harapan, ingatlah bahwa Tuhan adalah sumber pengharapan dan kelegaan bagi setiap orang yang mencari-Nya. Soli Deo Gloria! [Sung]

Dosa Keluarga Yakub (2)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 38

Suatu hari, sebuah surat kabar memberitakan tentang pembunuhan sadis yang dilakukan seorang suami terhadap istrinya sendiri. Seperti tanpa rasa penyesalan sedikit pun, sang suami dengan tenang meninggalkan lokasi pembunuhan, lalu pulang ke rumah istri simpanannya, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Kebengisan seperti itulah kira-kira yang dilakukan oleh Yehuda. Seperti tanpa merasa berdosa setelah menjual Yusuf—adiknya sendiri— untuk dibawa ke Mesir sebagai budak, Yehuda dengan tenang meninggalkan saudara-saudaranya dan menikahi seorang perempuan Kanaan. Setelah sekian lamanya hidup memisahkan diri dari ayah dan saudara-saudaranya serta memiliki beberapa anak, tampak jelas bahwa Yehuda menikmati kebebasan dan kemakmuran dirinya sendiri tanpa peduli bahwa keberadaannya—sebagai keturunan langsung dari Yakub—dengan sendirinya mengharuskannya untuk ikut memikul tanggung jawab membentuk bangsa pilihan Tuhan. Malahan, tampak jelas bahwa Yehuda menikmati kegoisan dirinya dan tidak mempedulikan tanggung jawabnya. Akan tetapi, tidak ada dosa yang tidak menerima ganjaran!

Anak laki-laki Yehuda yang pertama (Er) dan yang kedua (Onan)adalah orang-orang yang jahat sehingga mereka dibunuh oleh Tuhan (38:7-10). Kematian kedua orang ini bisa kita pandang sebagai azab (siksaan atau hukuman Tuhan) yang teramat pedih pada keluarga Yehuda. Sang menantu (Tamar) yang sudah menjadi janda dan seharusnya dinikahkan dengan Syela (putra ketiga Yehuda) dipulangkan ke rumah ayahnya. Tamar merasa kesal sehingga dia membuat siasat untuk berzinah dengan Yehuda, mertuanya sendiri, dan mengandung serta melahirkan dua anak kembar: Zerah dan Peres. Kisah keluarga Yehuda ini suram, tetapi Tuhan justru memberikan anugerah dengan memasukkan Tamar dalam silsilah Yesus Kristus, Sang Mesias.

Tidak ada dosa yang tidak mendapat hukuman. Demikianlah pesan yang disampaikan Alkitab. Dosa yang tidak diselesaikan selalu menghasilkan dosa baru, demikianlah seterusnya. Sekalipun demikian, selain memberi hukuman, Allah juga menyediakan anugerah. Saat membaca kisah menyedihkan dalam keluarga Yakub, marilah kita bertobat dari dosa-dosa kita sambil mengingat bahwa anugerah Tuhan selalu tersedia bagi setiap orang yang mau datang kepada-Nya! [Sung]

Dosa Keluarga Yakub (1)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 37

Setelah Ishak wafat, tanggung jawab menjalankan tugas pembentukan umat pilihan jatuh ke tangan Yakub atau Israel. Sang penipu yang tadinya lebih banyak bergerak di belakang layar dengan kebengalan dan kelicikannya, kini mewarisi tanggung jawab teramat berat dan mulai tampak kedodoran. Pasal 37 dengan jelas dan gamblang menuturkan hal tersebut. Pada ayat 2 sudah dikabarkan mengenai kebengalan anak-anak Yakub yang juga merupakan abang dari Yusuf. Tampak jelas bahwa penyebab kebengalan tersebut adalah sikap Yakub yang amat diskriminatif terhadap anak-anaknya, yaitu bahwa Yakub amat mengistimewakan Yusuf (37:3). Ternyata bahwa Yakub mewarisi kesalahan orang tuanya dalam hal sikap pilih kasih terhadap anak-anak mereka.

Tanpa sadar, Yakub seperti sedang membangun pekuburan dalam keluarganya sendiri. Akibat sikap pilih kasih itu sungguh fatal dan sangat mengerikan! Dikisahkan dengan jelas bagaimana Yusuf yang hanya menjalankan tugas yang diberikan bapaknya untuk menengok saudara-saudaranya itu akhirnya hampir saja menjadi korban pembunuhan. Siasat jahat telah disusun dan permufakatan hampir terjadi. Untung bahwa Tuhan menggerakkan Si Sulung—Ruben—untuk mencegah pertumpahan darah dalam keluarga. Meskipun demikian, nasib Yusuf tetaplah buruk karena ia dijual sebagai budak, lalu dibawa ke tanah Mesir. Ironisnya, ia dijual kepada keturunan Ismael. Sungguh, kondisi keturunan Abraham ini merupakan potret sebuah keluarga yang tidak patut menjadi teladan. Untuk menambah bumbu kehancuran keluarga Yakub, penulis kitab Kejadian mencantumkan kelicikan para abang Yusuf yang merekayasa fakta dan menyebarkan berita hoax tentang kematian Yusuf sebagai akibat terkaman binatang buas. Jubah kemegahan Yusuf yang sudah dilumuri darah kambing turut disertakan sebagai bukti penguat berita hoax tersebut. Sungguh, saudara-saudara Yusuf bagaikan “murid-murid” yang telah menguasai ilmu kelicikan “sang guru”—yaitu ayah mereka sendiri—dan sekarang sang guru yang menjadi korban!

Kisah keluarga Yakub ini sesungguhnya merupakan “cetak biru” atau “pola” kehidupan keluarga kita sendiri apabila kita masih belum mau bertobat dari dosa-dosa kita sendiri. Galatia 6:7b mengatakan, “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” [Sung]

Kesetiaan Allah kepada Esau

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 36

Dalam suatu kompetisi, biasanya ada aturan tidak tertulis yang dipahami oleh kedua regu atau tim atau sang competitor, yang mengatakan bahwa pemenang akan mengambil semua hadiah, sedangkan yang kalah tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali hadiah hiburan. Akibatnya, kita sering melihat persaingan sengit yang terjadi karena tidak ada yang mau menjadi pihak yang kalah, yang kehilangan segala-galanya.

Hal ini berbeda dengan perlakuan Tuhan terhadap keluarga besar Ishak; kita sudah membaca sampai pasal 35 yang menjadi titik puncak kisah keluarga Ishak, dengan Yakub atau Israel yang menjadi “pemenang” dari persaingan saudara kembar, sedangkan Esau menjadi pihak yang kalah. Namun, apakah dengan demikian Esau kehilangan segala-galanya? Tidak demikian. Tuhan kita adalah Tuhan yang adil, dan keadilan-Nya Ia tunjukkan dengan tetap setia kepada janji-Nya, bukan saja terhadap Abraham, Ishak, dan Yakub, namun juga kepada Ismael (21:12-13,18; 25:12-18) dan Esau (27:40) yang tidak termasuk pewaris janji kepada Abraham. Bahkan, penulis kitab Kejadian mendedikasikan seluruh pasal 36 ini hanya untuk mencatat silsilah keluarga besar Esau sampai pada kerajaan Edom. Hal ini jelas menunjukkan adanya perhatian Tuhan yang besar terhadap Esau, meskipun ia bukan nenek moyang umat pilihan yang dipilih oleh Tuhan. Bagaimanapun juga, Esau (dan juga Ismael) adalah keturunan Abraham, sehingga mereka menerima janji pemeliharaan Tuhan.

Di pasal yang hanya berisikan silsilah keluarga yang bukan termasuk umat pilihan ini, kita bukan hanya dapat melihat soal keadilan Tuhan dan kesetiaan Tuhan saja, namun kita juga bisa melihat betapa besarnya kebaikan hati Tuhan yang tetap mengasihi dan memberikan kesempatan bagi Esau untuk berkembang—meskipun di kemudian hari, bangsa Edom akan menjadi duri dalam daging dalam sejarah Israel. Jikalau Tuhan sedemikian luar biasa mempertahankan kesetiaan-Nya pada kaum yang sebenarnya berada di luar janji-Nya tersebut, apalagi bagi umat pilihan-Nya: Sungguh luar biasa kasih, kesetiaan, dan keadilan Tuhan terhadap diri kita. Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus mengemukakan janji Tuhan kepada umat-Nya, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32). [Sung]

Dimulainya Era Baru

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 35

Setelah membahas mengenai ketidaksetiaan keluarga Yakub di pasal sebelumnya, dalam pasal 35 ini, penulis kitab Kejadian kembali berkonsentrasi pada kisah perjalanan pulang Yakub untuk menjumpai Ishak, ayahnya. Secara tidak langsung, sang penulis menunjukkan bahwa Allah tidak menuntut kelayakan seseorang sebagai persyaratan untuk melakukan kehendak-Nya. Jika hendak dipandang dari sudut kelayakan, jelas bahwa Yakub sangat tidak layak untuk dipilih menjadi pewaris janji-janji Allah.

Namun, tentu saja, sebelum bisa menjadi benar-benar siap untuk menerima tugas panggilan Tuhan sebagai nenek moyang bangsa pilihan, keluarga Yakub harus menguduskan diri mereka lebih dulu. Oleh karena itu, 35:1-4 menceritakan bahwa seluruh rombongan Yakub harus rela melepaskan bukan hanya patung dewa asing mereka, namun mereka juga harus melepaskan anting-anting—penanda kepercayaan pada nenek moyang mereka—untuk dimusnahkan. Dengan kata lain, terlihat bahwa untuk bisa menguduskan diri, segala kepercayaan yang berasal dari tradisi nenek moyang—yang bertentangan dengan kebenaran Tuhan—harus dilepaskan, sekaligus umat Tuhan harus memulai komitmen untuk setia penuh kepada Tuhan.

Setelah proses pengudusan dijalankan, Tuhan kembali mengutarakan janji berkat-Nya kepada Israel—tidak disebut Yakub lagi—bahwa Ia akan mengaruniakan bukan hanya anak cucu atau keturunan, namun juga Tanah Perjanjian, yaitu Tanah Kanaan (35:10-12). Di Tanah Kanaan itulah era baru yang penuh kesetiaan dan janji berkat bagi Israel akan dimulai, yaitu apabila mereka sungguh-sungguh menjalankan kehendak Tuhan—suatu anugerah besar yang sesungguhnya tidak layak diterima oleh keluarga Yakub. Tidaklah mengherankan bila kemudian Yakub menamakan tempat itu sebagai Betel atau “Rumah Tuhan”.

Era baru bagi umat Tuhan selalu diawali dengan pengudusan diri dan diikuti oleh kesetiaan yang teguh pada janji Tuhan. Semua orang yang sudah berkomitmen untuk memasuki era baru ini—termasuk saya dan Anda—diwajibkan untuk senantiasa berpegang teguh pada komitmen menguduskan diri dan menjalani hidup taat dalam kesetiaan. Sudah siapkah Anda? [Sung]

Ketidaksetiaan Keluarga Yakub

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 34

Pasal 34 ini sangat unik karena penulisnya menyelipkan suatu kisah aib yang luar biasa di pertengahan kisah kembalinya Yakub kepada Ishak. Kisah aib tersebut terbagi menjadi dua bagian: Pertama, kisah pemerkosaan Dina (satu-satunya putri Yakub yang tercatat di Alkitab) oleh Sikhem, anak Hemor—raja negeri Hewi. Kedua,kisah pembalasan dendam oleh Simeon dan Lewi yang mewakili keluarga Yakub. Penempatan kisah ini di tengah-tengah perjalanan pulang Yakub ke Tanah Kanaan memang sangat menarik, apalagi hal tersebut terjadi setelah situasi terlihat normal pasca rekonsiliasi Yakub dan Esau. Sesungguhnya, apakah yang terjadi?

Perhatikanlah konteks yang menyebabkan terjadinya aib pertama, yaitu aib yang menyangkut diri Dina. Ayat 1 jelas menceritakan bahwa Dina mengunjungi perempuan-perempuan negeri itu, namun alasannya tidak disebutkan. Kenekatan Dina yang pergi sendirian ke sana sungguh merupakan suatu kesalahan fatal mengingat kondisi zaman dahulu yang tidak aman bagi seorang perempuan muda untuk pergi sendirian tanpa dikawal keluarganya. Yakub dan keluarganya telah lalai dalam mengawasi anak perempuan tersebut! Kecerobohan Dina (dan keluarganya) menimbulkan akibat yang amat tragis.

Aib tersebut kemudian diperparah oleh aib kedua. Anak-anak Yakub berusaha melakukan pembalasan dendam dengan siasat licik: Mereka meminta seluruh penduduk negeri Hewi untuk bersunat. Permintaan itu disetujui oleh Hemor dan Sikhem. Saat mereka dalam keadaan lemah (kesakitan), Simeon dan Lewi melakukan penumpasan massal dan menjarah harta kota itu. Aib kedua ini lebih mengerikan dari aib pertama, karena mereka melakukan kekejian dengan berkedok perintah Tuhan (17:10-14)! Sungguh luar biasa dosa yang mereka perbuat! Rupanya semua kebaikan yang telah Tuhan lakukan untuk keluarga Yakub tidak membuat mereka bersyukur dan waspada, namun mereka menjalani kehidupan yang sama dengan orang-orang yang tidak beriman.

Sesungguhnya, ketidaksetiaan pada Tuhan bisa terlihat dari hal-hal kecil di dalam kehidupan kita. Barangsiapa setia dalam hal-hal kecil, ia akan dapat dipercaya dalam hal-hal besar (bandingkan dengan Matius 25:23). Sudahkah Anda mempraktikkan kesetiaan kepada Tuhan dalam kehidupan Anda hari ini? [Sung]

Bukti Kesetiaan Tuhan (6)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 33

Tembok Berlin merupakan monumen yang menandai kekejaman Perang Dunia Kedua yang berakhir pada tahun 1945. Perang itu telah menghancurkan sebagian besar Eropa Barat. Tembok tersebut merupakan garis pemisah antara Blok Barat (NATO) dengan Blok Timur. Nyaris tidak ada seorang pun yang bisa mengharapkan perdamaian abadi di antara kedua Blok tersebut, terutama di masa perang dingin. Namun, pada bulan November 1989, dimulailah era baru yang ditandai dengan penghancuran Tembok Berlin yang berlangsung secara berangsur-angsur sampai 13 Januari 1990. Penghancuran Tembok Berlin ini merupakan tanda perdamaian antara kedua Blok yang bertikai. Banyak pihak terperangah melihat sesuatu yang mustahil tersebut dapat terwujud.

Perdamaian antara Yakub dan Esau yang dikisahkan dalam pasal 33 juga merupakan suatu perdamaian yang tidak pernah bisa diperkirakan sebelumnya, mengingat sejarah hubungan Yakub dan Esau di masa lampau yang penuh pertikaian. Yakub sendiri pun menyadari betapa parahnya keretakan hubungan antara dirinya dengan Esau, sehingga ia merasa sangat gentar saat hendak bertemu dengan Esau, seperti yang bisa kita baca dalam pasal 32. Yang menjadi pertanyaan adalah, Apa gerangan yang terjadi, sehingga Esau bisa berubah sikap secara drastis (Esau menyambut Yakub dengan hangat)?

Jawabannya tentu saja adalah karena berkat campur tangan Tuhan sebagai bentuk kesetiaan-Nya pada janji-Nya sendiri terhadap Yakub (31:3; 32:9, 12). Hal ini menjadi menarik karena sesungguhnya Tuhan tidak memiliki kewajiban sama sekali kepada Yakub untuk mempermudah jalan hidupnya, karena Tuhan sama sekali tidak berutang budi kepada Yakub. Hal ini sangat disadari oleh Yakub, sehingga sesudah berdamai dengan Esau, ia segera mendirikan mezbah bagi Tuhan sebagai ungkapan rasa syukur atas kebaikan Tuhan (33:20).

Hanya Tuhan yang berkuasa untuk mengubah hati Esau yang penuh kebencian terhadap Yakub—adiknya sendiri—menjadi hati yang penuh kasih, seperti yang telah dijanjikan-Nya kepada Yakub. Sungguh, Allah kita adalah Allah yang setia dalam memegang teguh janji-Nya kepada semua anak-Nya—suatu penghiburan sejati bagi kita semua. Soli Deo Gloria! [Sung]

Bukti Kesetiaan Tuhan (5)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 32

Di pasal 32, kita membaca pertemuan antara Yakub dengan abangnya, yaitu Esau. Pertemuan ini menjadi klimaks hubungan antar kedua saudara kembar yang saling bermusuhan sejak lahir itu. Kita masih ingat dengan jelas kesembronoan Esau dalam menjaga hak kesulungannya sendiri yang ia jual hanya demi sepiring makanan (25:29-34, bandingkan dengan Ibrani 12:16), dan betapa culasnya Yakub yang tega membohongi Ishak, ayahnya sendiri, demi memperoleh berkat kesulungan (Kejadian 27). Oleh karena itu, pertemuan antara Esau dan Yakub seperti pertarungan final: Ketika hendak berjumpa dengan pasukan Esau, Yakub membuat strategi dengan membagi rombongannya menjadi dua rombongan keluarga (32:7). Bahkan, Yakub berupaya “menyogok” Esau dengan rombongan pasukan yang membawa persembahan harta benda dan ternak untuk mengambil hati Esau (32:13-21). Nampak jelas bahwa dosa lama Yakub bersemi kembali.

Di pasal 32 ini terlihat pertumbuhan iman Yakub. Dalam 32:9-12, ia berdoa memohon perlindungan Tuhan Allah agar ia diluputkan dari amarah Esau, abangnya sendiri, padahal kita tidak melihat catatan tentang doa semacam itu saat Yakub meninggalkan rumah orang tuanya dan pergi ke rumah Laban. Perkembangan iman seperti ini menyukakan hati Tuhan, sehingga Ia memberi kesempatan kepada Yakub untuk mengalami suatu pengalaman rohani yang langka, yaitu bergulat secara fisik dengan “seorang laki-laki” (32:24). Orang tersebut kemudian memberkati Yakub dan mengubah nama ‘Yakub’ menjadi ‘Israel’ (32:28). Siapakah “laki-laki” itu? Setelah pergulatan selesai, Yakub mengatakan, “Aku telah melihat Allah berhadapan muka” (32:30). Jelaslah bahwa “laki-laki” itu adalah penampakan diri Allah dalam wujud Manusia.

Pasal ini menunjukkan betapa besarnya kesetiaan Tuhan pada janji-Nya terhadap Yakub. Ia menumbuhkan iman percaya Yakub, bahkan menganugerahkan nama “Israel” untuk menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah lupa akan janji-Nya. Tuhan yang kita sembah saat ini adalah Tuhan yang sama dengan Tuhan dalam kisah Yakub ini. Kesetiaan-Nya terhadap Yakub merupakan pegangan bagi kita saat ini, sehingga kita bisa sungguh-sungguh berharap dan mempercayai janji keselamatan dan penyertaan-Nya pada diri kita! Soli Deo Gloria (Segala Kamuliaan Hanya Bagi Allah)! [Sung]