Jangan Terlalu Cepat Berbicara!

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 8

Perkataan Bildad mewakili pendapat banyak orang (8:8, 10). Secara umum, pemahaman Bildad tentang Allah adalah baik (benar), tetapi dia keliru saat menafsirkan keadaan Ayub. Dia tidak benar-benar memahami apa yang terjadi dengan Ayub dan dia terlalu tergesa-gesa memberikan nasihat. Adalah benar bahwa Allah tidak mungkin membengkokkan keadilan dan kebenaran (8:3). Akan tetapi, apakah orang yang mencari Allah serta hidup bersih dan jujur pasti bebas dari masalah dan bencana (8:4-6)? Sebaliknya, apakah orang yang mengalami bencana pasti merupakan orang yang melupakan atau tidak memedulikan Allah (8:11-19)? Bukankah perkataan yang serupa dengan perkataan Bildad ini sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari?

Perkataan Bildad dalam pasal ini benar dalam berbagai situasi, tetapi tidak benar dalam konteks Ayub! Masalah yang dihadapi Ayub bukan disebabkan oleh hubungan Ayub dengan Allah, melainkan disebabkan karena inisiatif Iblis yang hendak menggoncangkan iman Ayub. Seharusnya Bildad tidak menyamaratakan masalah. Bildad harus membuka diri terhadap kemungkinan yang berbeda dengan apa yang dia duga! Analisa yang cocok untuk suatu situasi tertentu belum tentu cocok untuk situasi yang berbeda, apalagi bila situasi itu menyangkut diri anak-anak Allah. Ingatlah bahwa walaupun pengalaman seseorang bisa sama dengan pengalaman orang lain, pada umumnya, pengalaman setiap orang bersifat unik (berbeda dengan pengalaman orang lain). Kita harus lebih banyak mendengar, memperhatikan, menyelidiki dengan teliti, sebelum kita siap mengambil kesimpulan.

Perjanjian Baru memberikan kepada kita suatu nasihat yang amat penting, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, ….” (Yakobus 1:19). Kita harus cepat (dan serius) mendengarkan perkataan orang lain agar kita tidak salah tafsir. Akan tetapi, kita harus berpikir masak-masak lebih dulu sebelum mengemukakan pendapat. Kita harus selalu ingat bahwa pemahaman kita bisa saja salah. Pengetahuan kita tentang situasi di sekitar kita (apalagi menyangkut manusia) bisa saja belum lengkap atau kurang tepat. Apakah Anda telah membiasakan diri untuk selalu berusaha berpikir masak-masak dan tidak terlalu cepat mengemukakan pendapat? [P]

Mengeluh itu Manusiawi!

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 6-7

Jawaban Ayub terhadap perkataan Elifas dalam pasal 6-7 ini harus dipandang sebagai keluhan yang terlontar karena penderitaan yang Ayub alami amat berat. Keluhan berbeda dengan sikap memberontak kepada Allah. Perhatikan bahwa di tengah keluhannya, Ayub mengatakan, “sebab aku tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus” (6:10). Ingatlah bahwa saat pergumulan Ayub diceritakan dalam pasal 1-2, narator kitab Ayub mengatakan, “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” (2:10b). Keluhan bukan dosa. Keluhan merupakan respons manusiawi yang wajar. Keluhan harus dibedakan dengan pemberontakan atau perlawanan kepada kehendak Allah! Ayub tidak menyalahkan Allah, tetapi dia mengeluh karena beratnya penderitaan yang dia alami. Ingatlah pula bahwa saat Tuhan Yesus disalibkan, Dia mengatakan, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27;46b). Perkataan Tuhan Yesus ini pun merupakan keluhan, bukan protes kepada Allah Bapa.

Penderitaan merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Orang Kristen pun tidak bebas dari penderitaan. Sebagian orang mengalami penderitaan yang amat hebat dalam berbagai bentuk, termasuk penderitaan karena meninggalnya tulang punggung keluarga, kehilangan pekerjaan, tertimpa bencana alam, dan sebagainya. Saat seseorang mengeluh karena beratnya penderitaan yang harus ia tanggung, sering kali yang dibutuhkan bukan nasihat, melainkan adanya orang yang bersedia mendengar keluhannya dengan sabar. Daripada menasihati, sering kali lebih bijak bila kita mendoakan orang itu tanpa menghakimi. Kita bisa mendoakan secara langsung saat bertemu maupun mendoakan setelah tidak bersama-sama dengan orang yang sedang menderita itu. Saat mendoakan, janganlah isi doa kita itu berupa nasihat. Saat mendoakan, kita menempatkan diri bersama dengan orang yang sedang menderita untuk bersama-sama bergumul dan memohon kekuatan dari Tuhan.

Saat Anda mengetahui bahwa ada teman, keluarga, atau kenalan Anda yang sedang bergumul menghadapi penderitaan, apakah Anda selalu berusaha menempatkan diri di pihak orang yang sedang menderita itu? Apakah Anda menganggap penderitaan sahabat atau keluarga Anda sebagai penderitaan Anda sendiri? Sikap Anda menentukan apakah Anda menjadi berkat atau menambah beban penderitaan orang itu! [P]

Nasihat Elifas yang Salah Sasaran

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 4-5

Saat melihat kondisi Ayub yang sangat menderita, teman-temannya menangis, lalu terdiam, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kehadiran mereka dalam kesunyian merupakan penghiburan yang amat berarti bagi Ayub. Akan tetapi, setelah Ayub mulai menyesali kelahirannya, Elifas kehilangan keabaran dan ia mulai menasihati dengan meminta Ayub melakukan introspeksi diri, bukan mengeluh. Yang menarik, nasihat Elifas bersifat kontradiktif (saling bertentangan). Di satu sisi, dia mengakui bahwa Ayub mengajar (hal yang baik) dan menolong banyak orang (4:3-4). Di sisi lain, Elifas meyakini bahwa penderitaan Ayub pasti disebabkan karena Ayub telah melakukan kesalahan (4:7-8). Bila Ayub merasa bahwa dirinya benar, Elifas beranggapan bahwa Ayub kurang melakukan introspeksi karena tak ada seorang pun manusia yang benar di hadapan Allah (4:17). Nasihat Elifas kelihatannya saja baik (pasal 5), tetapi nasihat itu salah sasaran. Elifas tidak benar-benar mengenal Ayub dan dia belum benar-benar berusaha memahami situasi yang dihadapi Ayub.

Pendapat Elifas di atas mewakili pendapat banyak orang di sepanjang zaman tentang penyebab penderitaan. Prinsip tabur-tuai, “orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga (4:8),” adalah prinsip umum yang cocok untuk kondisi banyak orang, tetapi tidak cocok untuk keadaan yang dihadapi Ayub. Ayub menderita bukan karena dihukum Tuhan! Ayub menderita karena inisiatif Iblis, bukan karena inisiatif Tuhan! Ingatlah bahwa bagi seorang yang memiliki kualitas hidup sebagai “hamba TUHAN” seperti Ayub (perhatikan sebutan “hamba-Ku” dalam 2:3), prinsip hidup yang berlaku secara umum tidak selalu cocok. Ingatlah pula bahwa menasihati orang lain adalah tindakan yang baik, tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Nasihat yang salah bukan menjadi berkat, melainkan malah bisa menyakitkan hati.

Apakah Anda senang menasihati orang lain? Menasihati adalah tindakan yang baik, tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan! Ingatlah bahwa prinsip kehidupan yang berlaku umum kadang-kadang tidak cocok untuk kondisi tertentu. Sebelum menasihati orang lain, usahakan agar kita benar-benar memahami kondisi orang yang hendak kita nasihati. Selain itu, sebelum menasihati orang lain, berdoalah sungguh-sungguh meminta hikmat Tuhan, agar kita tidak salah dalam memberi nasihat. [P]

Konflik Iman vs Kenyataan

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 3

Iman Ayub membuat dia sanggup bertahan saat menghadapi kenyataan pahit berupa penderitaan yang amat dahsyat. Akan tetapi, kenyataan yang dihadapi Ayub terlalu pahit dan dia tidak mengerti mengapa penderitaan semacam itu harus menimpa dirinya. Walaupun iman Ayub tidak tergoyahkan saat berbagai malapetaka mulai menimpa dirinya, hal itu tidak berarti bahwa Ayub tidak mengalami pergumulan. Dia justru harus bergumul keras untuk menerima kenyataan bahwa berbagai malapetaka telah menimpa dirinya. Terlalu sulit bagi Ayub untuk memahami bagaimana Allah yang dikenalnya sebagai Allah yang baik ternyata membiarkan dirinya mengalami berbagai penderitaan yang hebat. Setelah berdiam diri selama tujuh hari tujuh malam (2:3), Ayub menjadi frustrasi (kecewa dan putus asa), sehingga dia mulai mengutuki hari kelahirannya (3:1). Dia menyesal mengapa dia dilahirkan dengan selamat. Dia beranggapan bahwa lebih baik bagi dirinya jika ia tidak dilahirkan di dunia ini atau dia langsung mati saat dilahirkan (3:6-16).

Kisah Ayub ini mengingatkan kita bahwa penderitaan sering kali merupakan kenyataan yang harus kita hadapi. Jangan meremehkan orang yang sedang mengalami penderitaan! Jangan memandang rendah orang yang sedang mengeluh saat menghadapi penderitaan yang berat. Ingatlah bahwa bila kita berada dalam kondisi yang sama—yaitu mengalami berbagai malapetaka seperti yang dialami Ayub—belum tentu kita bisa tetap tegar dan belum tentu iman kita tidak tergoyahkan. Hanya ada satu jalan keluar yang bisa menolong kita dalam menghadapi penderitaan yang amat berat seperti yang dihadapi oleh Ayub, yaitu mengingat bahwa Tuhan Yesus—Sang Mesias yang tidak berdosa itu—telah lebih dulu mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat daripada penderitaan yang kita alami, bukan karena Dia bersalah atau berdosa, tetapi karena kita yang berdosa dan Dia hendak menyelamatkan kita dari hukuman Allah (Ibrani 12:3-4; 1 Petrus 2:19-24; 3:18).

Saat Anda melihat sahabat Anda menderita, apakah Anda telah membiasakan diri untuk bersikap empati (ikut merasakan penderitaan orang lain)? Saat Anda sendiri mengalami penderitaan, apakah Anda telah membiasakan diri untuk memandang kepada Yesus Kristus, guna mengingat kembali bahwa Tuhan Yesus telah lebih dulu menderita untuk menanggung dosa Anda dan saya? [P]

Penderitaan: Mendadak dan Tak Terduga

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 1-2

Bencana bisa datang secara mendadak dan tak terduga. Ayub—orang terkaya di sebelah timur (1:3)—mendadak menjadi miskin karena datangnya perampok dan bencana alam (1:14-17). Keadaan keluarga yang sebelumnya makmur dan bahagia—diungkapkan melalui pesta yang dilakukan secara bergiliran oleh anak-anaknya (1:4)—mendadak diliputi oleh kesedihan mendalam karena datangnya bencana alam yang menyebabkan kematian semua anak Ayub (1:13, 18-19). Tubuh Ayub—yang sebelumnya sehat—mendadak ditimpa barah (sejenis bisul berbau busuk) dari telapak kaki sampai kulit kepala (2:7). Penderitaan Ayub masih ditambah dengan perundungan yang dilakukan oleh istrinya sendiri (2:9). Penderitaan Ayub yang sedemikian hebat itu membuat teman-teman Ayub yang datang untuk menjenguk menjadi sangat berduka dan tidak mampu menghibur (2:12-13).

Ayub 1-2 ini mengajarkan beberapa hal: Pertama,penderitaan bisa menimpa siapa saja, termasuk menimpa Ayub yang hidupnya saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (1:1). Kehidupan saleh, baik, dan beriman yang kita jalani tidak bisa menjadi alat bagi kita untuk memaksa Allah menghindarkan kita dari bencana. Kedua, kekayaan dan kesehatan bisa lenyap sewaktu-waktu, baik karena bencana alam atau karena penyebab lain. Walaupun kita perlu bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dan kita harus menjaga kesehatan agar kita tidak gampang sakit, kita harus menyadari bahwa bencana tetap bisa menimpa kita dan kekayaan kita tidak bisa memberikan jaminan apa pun. Hanya Tuhan saja yang bisa menjaga kesejahteraan hidup kita. Ketiga, apa yang terjadi di dunia yang nyata (kelihatan) berkaitan dengan apa yang terjadi di dunia yang tidak kelihatan: Ada Iblis yang selalu berusaha membuat manusia menderita dan ada Allah yang selalu membatasi apa yang bisa dilakukan oleh Iblis. Penderitaan belum tentu disebabkan oleh dosa atau kesalahan yang kita lakukan, tetapi bisa disebabkan karena Iblis hendak meruntuhkan iman kita dan karena Allah mengizinkan hal itu terjadi dalam hidup kita.

Saat Anda gagal, sakit, rugi, kehilangan, atau mengalami hal-hal lain yang membuat Anda merasa menderita, bisakah Anda mempertahankan iman, tetap berusaha melakukan yang terbaik yang dapat Anda lakukan, dan Anda tidak menyalahkan Allah (bandingkan dengan sikap Ayub dalam 2:10b)? [P]

Apa yang Anda Sombongkan?

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 11

Manusia tidak berubah. Begitu ada kesempatan untuk menjadi “ciptaan yang baru”, Nuh justru bertindak tidak baik: mabuk dan menelanjangi diri sendiri (9:21). Meskipun orang-orang jahat telah dibinasakan semua, kemungkinan untuk berbuat jahat tetap ada di dalam hati keturunan Nuh, seperti yang dilakukan oleh Ham kepada ayahnya. Salah satu keturunan Ham adalah Nimrod. Ia memiliki kerajaan di Babel, Erekh, dan Akad, semuanya di tanah Sinear (10:10). Menara Babel dibangun di tanah Sinear juga (11:2). Nimrod adalah seorang “pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN” (10:9), artinya: Nimrod adalah pemburu terhebat di dunia. Dia memiliki kelebihan dibandingkan orang lain, sehingga ia menjadi pemimpin. Kita tidak mengetahui banyak tentang Nimrod. Ada penafsir Alkitab yang mengatakan bahwa Nimrod adalah sebuah nama gelar, serta menduga bahwa Nimrod adalah Hammurabi, raja pertama Babilonia kuno.

Saat sampai di tanah datar di tanah Sinear, manusia hendak mendirikan kota dan menara yang puncaknya sampai ke langit. Tujuan mereka adalah untuk mencari nama dan agar mereka tidak terserak. Pada zaman Babilonia kuno, sebuah kota menyatakan identitas bangsa, peradaban, dan sebuah kebanggaan. Menara Babel adalah pencapaian terbesar manusia zaman Babilonia kuno dulu. Pembangunan kota dan menara ditujukan bagi kepentingan diri mereka sendiri (ditunjukkan oleh kata “kita” yang muncul sebanyak 4 kali dalam 11:4). Kemungkinan, tujuan mereka adalah mencari nama. Para arkeolog berhasil menemukan puluhan menara yang tinggi dan besar yang dinamakan ziggurat di Mesopotamia (Bandingkan: Ayah Abraham berasal dari Mesopotamia dan Yosua 24:2 menyebut bahwa Terah adalah penyembah allah lain). Ziggurat dipakai sebagai tempat menyembah dewa dan menjadi ikon kebanggaan sebuah kota. Ada kemungkinan juga bahwa menara yang mereka bangun adalah sebuah kuil. Tujuan kuil yang puncaknya sampai ke langit adalah agar dewa dapat turun ke kuil itu, menerima pemujaan, dan memberkati manusia. Akhirnya, Allah turun untuk menghukum mereka dan tidak ada dewa yang turun untuk memberkati mereka. Dosa merusak konsep manusia tentang Allah, sehingga Allah mengacaukan bahasa dan menyerakkan manusia agar pembangunan kota dan menara terhenti. Apakah pengenalan Anda kepada Allah selama ini sudah benar? Apakah tujuan hidup Anda adalah memuliakan Allah atau memuliakan diri sendiri? [Sung]

Memuliakan Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 7-8

Dalam mitologi Timur Dekat Kuno (Babilonia), terdapat juga kisah tentang air bah yang meliputi bumi. Adanya catatan tentang peristiwa ini dalam dunia kuno dari bangsa lain selain bangsa Israel menjadi salah satu konfirmasi bahwa peristiwa air bah benar-benar terjadi dalam sejarah. Namun, yang membedakan catatan Alkitab dengan mitologi Timur Dekat Kuno adalah alasan di balik terjadinya air bah di bumi. Alasan terjadinya air bah di bumi menurut catatan literatur dunia kuno adalah karena para dewa/i merasa terganggu oleh suasana ribut yang muncul saat populasi manusia semakin bertambah banyak, sehingga para dewa/i tidak bisa beristirahat (tidak bisa menikmati ketenangan). Namun, dalam Kitab Kejadian, Alkitab mencatat bahwa Tuhan Allah menghukum manusia dan segala yang hidup di bumi dengan air bah karena bertambahnya dosa dan kejahatan di bumi serta karena kecenderungan hati manusia adalah jahat. Bertambahnya dosa membuat manusia yang diciptakan menurut gambar Allah mencemarkan dan menodai kemuliaan Allah. Hidup manusia tidak lagi sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu agar manusia memuliakan Allah. Inilah yang membuat Allah marah!

Peristiwa air bah mengajarkan sebuah kebenaran teologis, yaitu bahwa dosa adalah sesuatu yang serius di mata Allah. Para pelaku dosa dan kejahatan harus dihukum. Bagi Allah, konsekuensi dosa adalah pasti dan manusia berdosa tidak dapat lepas dari penghakiman Allah. Penghakiman Allah menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Namun, Allah sungguh luar biasa! Di balik murka dan penghakiman-Nya yang begitu dahsyat, Allah menunjukkan kasih dan anugerah-Nya yang besar kepada manusia. Ketika masa penghakiman melalui air bah telah selesai dan tiba waktunya bagi Nuh dan keluarganya—beserta semua hewan yang bersama mereka—keluar dari bahtera, Allah memberi perintah yang merupakan pengulangan mandat yang pernah diberikan sebelumnya kepada Adam dan Hawa, yaitu: “... supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.” (8:17; 1:21-22); “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. ...Beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya.” (9:1, 7; 1:28). Apakah hidup Anda di dunia ini telah memuliakan Allah? Allah sedih jika pertambahan yang banyak itu tidak memuliakan Dia. [Sung]

Anugerah Allah di tengah Kejahatan

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 6

Daftar keturunan Kain, Set, dan Enos menginformasikan bahwa waktu telah berlalu dan keadaan manusia di muka bumi bertambah buruk. Keburukan manusia yang disuguhkan di sini adalah bahwa “anak-anak Allah” melihat anak-anak perempuan manusia, lalu mereka mengambil siapa saja yang mereka sukai untuk menjadi istri. Ada beberapa pandangan tentang siapa yang dimaksud dengan “anak-anak Allah”. Ada yang berpandangan bahwa mereka adalah para malaikat, tetapi ada yang meyakini bahwa mereka adalah para pemimpin, serta ada yang beranggapan bahwa mereka adalah keturunan Set. Meskipun pandangan yang tepat sulit dipastikan, kisah ini jelas dipenuhi ketamakan, dan mungkin disertai kekerasan. Pola yang terjadi di sini: melihat–cantik–mengambil, adalah serupa dengan yang dialami Hawa: melihat–baik–mengambil (3:6). Mengingat bahwa pasal 3 mewakili kejatuhan umat manusia, pasal 4 mewakili kejatuhan sebuah keluarga, pasal 6:1-4 mewakili kejatuhan masyarakat, jelas bahwa manusia telah melangkah semakin jauh dari Allah. Kejahatan manusia besar di bumi. Kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan (6:5). Sebagai respons terhadap perkembangan dosa, Allah sengaja memperpendek umur manusia (6:3) untuk membatasi kekerasan dan penindasan yang dilakukan manusia.

Pasal 6 ini merupakan latar belakang alasan yang membuat Allah mendatangkan air bah guna menghapus manusia dari muka bumi. Akan tetapi, Nuh mendapat kasih karunia Allah karena ia seorang yang benar dan tak bercela. Menurut Roma 3:10, tidak ada seorang pun yang benar. Bagaimana kita bisa memahami kebenaran dan ketidakbercelaan diri Nuh? Kebenaran dan ketidakbercelaan diri Nuh adalah dilihat dari perbandingan diri Nuh dengan orang-orang sezamannya. Nuh hidup lebih benar dibandingkan dengan orang lain pada zamannya.

Alkitab tidak memberitahu kita bagaimana kondisi rohani istri, anak-anak, dan para menantu Nuh. Mungkin saja mereka meneladani Nuh atau keselamatan mereka adalah upah yang diperhitungkan Allah untuk mereka karena kesalehan Nuh. Mereka berdelapan telah menikmati perlindungan Allah. Tahukah Anda bahwa Allah sangat mengasihi Anda sehingga Allah melindungi Anda dari kejahatan dengan cara mengekang dosa melalui berbagai peraturan dan hukum yang berlaku di negara ini? [Sung]

Allah Telah Menebus Anda

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 5

Daftar keturunan dari Adam sampai Nuh (pasal 5) memiliki pola yang sama: “Setelah A hidup sekian tahun, A memperanakkan B. A masih hidup sekian tahun lagi setelah ia memperanakkan B dan memiliki anak-anak lelaki dan perempuan. A mencapai umur sekian, lalu mati.” Karena istilah “memperanakkan” bisa berarti “nenek moyang dari”, maka ada kemungkinan bahwa daftar keturunan ini melompati banyak generasi. Daftar keturunan memperlihatkan adanya keberlangsungan hidup dan hubungan. Dari satu sisi, daftar keturunan menjelaskan asal-usul seseorang yang diturunkan dari satu pasang manusia. Dari sisi lain, daftar keturunan menjelaskan tentang berkat Allah bagi sebuah keluarga dengan menjadi subur dan bertambah banyak.

Dalam budaya Timur Dekat Kuno, bertambahnya manusia di muka bumi dianggap sebagai sebuah masalah besar karena telah menimbulkan suara yang gaduh, sehingga membuat para dewa mendatangkan air bah untuk melenyapkan mereka. Pemahaman ini berbeda dengan ajaran Alkitab yang mengungkapkan bahwa bertambahnya manusia di muka bumi ini sesuai dengan harapan Allah dan merupakan berkat buat manusia.

Hal lain yang menjadi sorotan adalah umur manusia yang amat panjang saat itu. Ada orang yang memahami umur yang panjang itu secara simbolik, tetapi ada pula yang memahaminya secara hurufiah. Satu hal yang jelas dari daftar keturunan ini adalah manusia lahir, kemudian mati. Perhatikan bahwa “mati” adalah salah satu konsekuensi dosa manusia.

Sama seperti Lamekh mendapat perhatian dari penulis Kitab Kejadian dalam garis keturunan Kain (pasal 4), demikian pula Henokh dalam garis keturunan Set (pasal 5). Semua orang dalam daftar keturunan tersebut mengalami kematian fisik, kecuali Henokh. Dia diangkat oleh Allah sebagai “upah” dari hubungan yang dekat dengan Allah.

Daftar keturunan memperlihatkan adanya berkat dan hukuman. Berkat berwujud pertambahan jumlah, sedangkan hukuman berwujud kematian. Namun, Allah dapat mengubah kematian menjadi berkat bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Saat orang percaya meninggal, rohnya pergi dan tinggal bersama Allah di surga. Saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya nanti, orang yang percaya akan dibangkitkan dan tinggal di bumi dan langit yang baru. Apakah Anda percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Penebus diri Anda? [Sung]

Berusaha Berhubungan dengan Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 4

Setelah Adam dan Hawa berdosa dan diusir dari taman di Eden, penulis Kitab Kejadian menuturkan tentang keturunan Adam dan Hawa, yakni Kain dan Habel. Persembahan Kain tidak diindahkan Allah bukan karena kurban yang ia persembahkan bukan berupa binatang, melainkan karena hatinya jahat. Secara singkat, 1 Yohanes 3:12 menyatakan, “Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”

Pasal 4 ini menekankan bahwa dosa terus berlanjut, dan bahkan bertambah hebat. Kisah tentang Kain membunuh Habel dan tentang Lamekh menunjukkan bahwa dunia yang baik telah berubah menjadi rusak dan penuh kekerasan. Ketika seorang laki-laki memukul Lamekh sampai bengkak, ia membalasnya dengan membunuh orang itu (4:23). Bukannya menyesal, tetapi Lamekh malah berbangga hati atas kejahatannya. Ia berkata bahwa jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat kepada orang yang membunuh Kai, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat (4:24). Ia menyombongkan diri bahwa ia lebih aman dibandingkan Kain. Lamekh tidak sadar bahwa Kain bisa aman karena Allah melindunginya (4:15). Dosa telah menggelapkan jiwa manusia dan Allah bisa melihat jauh ke dalam hati manusia. Allah melihat hati Kain begitu jahat. Renungkanlah: Jika Allah melihat hati Anda, Allah akan melihat bahwa hati Anda jahat atau baik?

Di pasal sebelumnya (3:15), Allah berjanji bahwa melalui keturunan Hawa, ular (Iblis) akan dikalahkan. Lahirnya Kain dan Habel memunculkan harapan untuk menghancurkan si jahat. Saat Kain membunuh saudaranya (Habel) yang lebih benar dari dirinya, kejahatan tampaknya menang. Melalui keturunan Kain, juga diharapkan ada orang yang akan tampil untuk menghancurkan si jahat. Ternyata, keturunan Kain tidak ada yang hidup lebih benar daripada Habel. Penjelasan singkat mengenai kelahiran Set (4:25) memberi harapan baru yang menyegarkan. Setelah Set memiliki anak (Enos), orang-orang mulai memanggil nama Tuhan. Artinya, keturunan Set mulai beribadah kepada Allah. Di tengah penderitaan yang diakibatkan oleh dosa, keturunan Set berusaha berhubungan secara benar denga Allah. Di tengah dunia yang tercemar oleh dosa, apakah Anda juga telah berusaha untuk menjalin hubungan secara benar dengan Allah? [Sung]