Bacaan Alkitab hari ini:
Ayub 1-2
Bencana bisa datang secara mendadak dan tak terduga. Ayub—orang terkaya di sebelah timur (1:3)—mendadak menjadi miskin karena datangnya perampok dan bencana alam (1:14-17). Keadaan keluarga yang sebelumnya makmur dan bahagia—diungkapkan melalui pesta yang dilakukan secara bergiliran oleh anak-anaknya (1:4)—mendadak diliputi oleh kesedihan mendalam karena datangnya bencana alam yang menyebabkan kematian semua anak Ayub (1:13, 18-19). Tubuh Ayub—yang sebelumnya sehat—mendadak ditimpa barah (sejenis bisul berbau busuk) dari telapak kaki sampai kulit kepala (2:7). Penderitaan Ayub masih ditambah dengan perundungan yang dilakukan oleh istrinya sendiri (2:9). Penderitaan Ayub yang sedemikian hebat itu membuat teman-teman Ayub yang datang untuk menjenguk menjadi sangat berduka dan tidak mampu menghibur (2:12-13).
Ayub 1-2 ini mengajarkan beberapa hal: Pertama,penderitaan bisa menimpa siapa saja, termasuk menimpa Ayub yang hidupnya saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (1:1). Kehidupan saleh, baik, dan beriman yang kita jalani tidak bisa menjadi alat bagi kita untuk memaksa Allah menghindarkan kita dari bencana. Kedua, kekayaan dan kesehatan bisa lenyap sewaktu-waktu, baik karena bencana alam atau karena penyebab lain. Walaupun kita perlu bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dan kita harus menjaga kesehatan agar kita tidak gampang sakit, kita harus menyadari bahwa bencana tetap bisa menimpa kita dan kekayaan kita tidak bisa memberikan jaminan apa pun. Hanya Tuhan saja yang bisa menjaga kesejahteraan hidup kita. Ketiga, apa yang terjadi di dunia yang nyata (kelihatan) berkaitan dengan apa yang terjadi di dunia yang tidak kelihatan: Ada Iblis yang selalu berusaha membuat manusia menderita dan ada Allah yang selalu membatasi apa yang bisa dilakukan oleh Iblis. Penderitaan belum tentu disebabkan oleh dosa atau kesalahan yang kita lakukan, tetapi bisa disebabkan karena Iblis hendak meruntuhkan iman kita dan karena Allah mengizinkan hal itu terjadi dalam hidup kita.
Saat Anda gagal, sakit, rugi, kehilangan, atau mengalami hal-hal lain yang membuat Anda merasa menderita, bisakah Anda mempertahankan iman, tetap berusaha melakukan yang terbaik yang dapat Anda lakukan, dan Anda tidak menyalahkan Allah (bandingkan dengan sikap Ayub dalam 2:10b)? [P]