Gema

Keselamatan Bagi Bangsa-bangsa

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 11:11-36

Bayangkan bila suatu saat kita berdiri di hadapan takhta Allah, di tengah kumpulan besar orang banyak yang tak terhitung jumlahnya dari segala suku dan bangsa seperti yang digambarkan Rasul Yohanes dalam Wahyu 7:9. Saat itu, kita adalah salah seorang dari lautan manusia yang memuji dan memuliakan Allah di sorga. Bayangkan suka cita yang akan kita rasakan saat kita menyembah Allah bersama-sama dengan orang-orang kudusnya!

Senada dengan penglihatan Yohanes di Pulau Patmos bahwa keselamatan itu dikaruniakan kepada bangsa-bangsa (Wahyu 7:9-10), Rasul Paulus pun melihat bahwa dimungkinkan terjadinya penyelamatan sejumlah besar orang di luar Israel. Bayangkan bahwa ada berjuta-juta orang dari berbagai suku dan daerah di Indonesia (Jawa, Sunda, Batak, Manado, Papua, Padang, Aceh, Madura) dan juga orang-orang Eropa, Tionghoa, Arab, Amerika dan orang–orang dari berbagai suku dan daerah lainnya yang tidak terhitung banyaknya akhirnya menyembah Allah yang sejati. Kita termasuk salah satu di antaranya karena kita mengenal Allah yang sejati. Sadarkah Anda bahwa keselamatan yang kita terima bermula dari kekerasan hati bangsa Israel yang menolak Sang Mesias, yaitu Yesus Kristus? Pelanggaran mereka membuat keselamatan tersebar kepada bangsa-bangsa lain (11:11). Penolakan mereka, menjadi perdamaian bagi dunia (11:15). Bangsa-bangsa lain seperti tunas liar yang dicangkokkan ke akar pohon zaitun (11:16-24). Ketidakpercayaan Israel dipakai Allah untuk menjangkau bangsa-bangsa lain. Akan tetapi, Allah tidak melupakan bangsa pilihannya, Israel. Kasih karunia yang diberikan kepada bangsa-bangsa lain dimaksudkan untuk menimbulkan cemburu dalam hati mereka. sehingga mereka menyesal dan pada akhirnya berbalik kepada Yesus Kristus serta memperoleh keselamatan (11:11, 14, 26). Bagaikan cabang pohon yang telah dipatahkan, kemudian dicangkokkan kembali agar menemukan kehidupan, mereka menjadi bagian dari bangsa-bangsa yang berdiri di hadapan Allah untuk memuji dan menyembah-Nya (11:23-24).

Marilah kita merespons kemurahan Allah itu dengan hati yang bersyukur dan rendah hati. Mulai sekarang, marilah kita berusaha untuk menjalani hidup sesuai dengan rencana Allah. Marilah kita hidup memuliakan Dia dalam setiap langkah kehidupan kita. [Souw]

Sisa Israel

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 10:16-11:10

Siapa yang dimaksud dengan sisa Israel yang akan diselamatkan (11:1-10)? Ada orang yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah mereka yang mempunyai hak istimewa dalam hal keselamatan tanpa harus percaya kepada Kristus. Ikatan perjanjian Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, serta keturunannya—untuk menjadi umat pilihan—tetap melekat berdasarkan jalur keturunan yang mereka warisi. Jadi, mereka diselamatkan melalui jalur keturunan. Sekalipun bangsa Israel menolak berita Injil, keselamatan mereka dijamin Allah berdasarkan hak istimewa itu. Benarkah pendapat tersebut?

Roma 11:1-10 merupakan ajang perdebatan teologis: Siapa yang dimaksud dengan sisa Israel yang akan diselamatkan itu. Benarkah keselamatan itu memiliki dua jalur, yaitu melalui garis keturunan bapa leluhur dan melalui Yesus Kristus? Keselamatan hanya tersedia di dalam Kristus, tidak tersedia melalui cara lain! Ada banyak ayat yang secara ekslusif menyatakan bahwa jalan keselamatan itu hanya ada di dalam Yesus Kristus (Yohanes 14:6; Kisah Para Rasul 4:12). Roma 11 juga menunjukkan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus. Allah tidak mungkin menolak Israel, sebagai umat-Nya (11:1-2), bagi mereka yang ada di dalam Kristus. Sama seperti Allah menyisakan tujuh ribu orang yang tetap percaya kepada Allah pada jaman Elia, demikian juga Allah akan menyelamatkan orang-orang Israel yang percaya kepada Kristus dari mayoritas yang menolak-Nya (11:3-4). Paulus menyimpulkan, “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia” (11:5-6). Perhatikan pengulangan “menurut kasih karunia” yang ditekankan Paulus, yaitu bahwa Israel diselamatkan karena kasih karunia, bukan karena perbuatan atau karena hak istimewa yang melekat. Sisa Israel berbicara mengenai minoritas Israel yang percaya kepada Kristus di antara mayoritas yang menolak-Nya.

Melalui perenungan di atas, kita bisa meyakini bahwa bagaimanapun gelap dan jahatnya dunia, pasti akan selalu ada orang yang dipanggil Tuhan untuk datang dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Oleh karena itu, kerjakan terus pemberitaan Injil dan jangan putus asa! [Souw]

Keseimbangan Rohani!

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 9:30-10:15

Sikap ekstrem adalah sikap yang diungkapkan melalui tindakan yang melebihi batas kewajaran. Apakah sikap seperti itu sehat? Tentu saja tidak! Segala sesuatu yang melebihi batas kewajaran—walaupun nampak baik—akan menjadi tidak baik, bahkan merugikan. Contohnya, memakan makanan bergizi sangat baik untuk kesehatan, jika kita makan dalam porsi yang wajar dan seimbang. Sebaliknya, jika porsi makan kita melebihi batas kewajaran, akan muncul obesitas yang memunculkan gangguan kesehatan.

Paulus menyinggung sikap ekstrem bangsa Israel serta bangsa-bangsa lain dalam hal hubungan mereka dengan Allah (9:30-33). Bangsa Israel sungguh-sungguh giat bagi Allah, tetapi mereka tidak memiliki pengertian yang benar (10:2). Sikap ekstrem bangsa Israel adalah mengejar hukum yang mendatangkan kebenaran, namun mereka tidak sampai kepada hukum itu karena mereka mengejar hukum bukan berdasarkan iman, tetapi berdasarkan perbuatan. Akibatnya, mereka tersandung pada batu sandungan yang mereka buat sendiri (9:31-32). Mereka terlalu bersungguh-sungguh melakukan syariat Taurat, tetapi mereka mengabaikan berita Injil. Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah juga berlaku ekstrem. Mereka sungguh-sungguh giat untuk “Allah” (10:2). Mereka beribadah kepada ilah mereka (patung, pohon, gunung, dan sebagainya) serta mempersembahkan korban untuk menyenangkan hati “Allah” mereka, tetapi mereka melakukan semuanya itu tanpa pengertian yang benar (dalam hal menyembah Allah). Baik terhadap orang Israel maupun terhadap orang non-Israel, Rasul Paulus memberi komentar yang sama, yaitu “Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.” (10:4). Melalui iman kepada Kristus, mereka akan dibenarkan oleh pengorbanan-Nya.

Perlu keseimbangan antara pelayanan di gereja dan keluarga. Di satu pihak kita harus melayani karena kita mengasihi Tuhan dan jemaat-Nya. Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan karunia-karunia yang Dia berikan agar kita dapat melayani-Nya. Di pihak lain, kita harus memperhatikan keluarga, agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi anggota keluarga yang belum percaya. Sudahkah kita mempunyai keseimbangan dalam hal ini? [Souw]

Kerinduan Yang Mendalam

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 9:1-29

Rasul Paulus dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil di kalangan bangsa non-Yahudi. Sekalipun demikian, ia memiliki kerinduan agar bangsanya dapat percaya kepada Kristus, sehingga mereka beroleh keselamatan. Oleh karena itu, ke mana pun ia pergi memberitakan Injil, ia selalu mencari tempat ibadah orang Yahudi agar dapat melayani di sana. Ia sadar bahwa bangsa Yahudi telah ditetapkan Allah untuk menjadi bangsa pilihan yang mewarisi perjanjian Allah. Mereka diberi hak istimewa untuk menjadi saksi Allah agar bangsa-bangsa lain memperoleh berkat dan percaya kepada Allah. Sayangnya, meskipun mendapat banyak keistimewaan, mereka tidak menghargai anugerah Allah yang terbesar: Mereka menolak, bahkan menyalibkan Tuhan Yesus.

Bacaan Alkitab hari ini memaparkan kesedihan hati Rasul Paulus atas kedegilan hati bangsa Yahudi. Dia memiliki kerinduan yang amat mendalam untuk memenangkan sebanyak mungkin orang Yahudi, bahkan ia rela terkutuk dan terpisah dari Kristus untuk keselamatan mereka (9:1-3). Ia rela berkorban apa saja bila hal itu dapat menyelamatkan mereka. Dalam Perjanjian Lama, kerinduan seperti ini mirip dengan kerinduan Musa yang rela binasa demi keselamatan bangsa Israel (Keluaran 32:31-32). Mengapa Rasul Paulus rela berkorban sedemikian rupa bagi keselamatan mereka? Ia rela berkorban karena ia menyayangi bangsa Israel yang telah mendapat banyak hak istimewa dari Allah. Melalui merekalah, Sang Mesias dilahirkan (9:4-5). Sangat disayangkan bahwa mereka justru malah menolak Sang Mesias itu. Mereka sombong dan malah menyalibkan Yesus Kristus. Apakah penolakan Israel terhadap Yesus Kristus menunjukkan bahwa Allah telah salah menetapkan mereka sebagai bangsa pilihan? Tentu saja tidak! Sekalipun mereka gagal memenuhi kerinduan hati Allah, Allah tetap mengasihi mereka. Allah memilih bukan berdasarkan pertimbangan baik atau jahatnya mereka, melainkan berdasarkan belas kasihan-Nya.

Apakah Anda memiliki kerinduan yang mendalam—seperti Rasul Paulus—untuk menjangkau mereka yang terhilang? Pernahkah Anda mendoakan seseorang atau sekelompok orang yang ingin Anda jangkau dengan berita Injil? Selain mendoakan, apakah Anda juga rindu untuk memberitakan Injil? Tanamkanlah kerinduan itu dalam hati Anda karena setiap hari banyak orang yang akan binasa dalam dosa mereka! [Souw]

Hidup Berdasarkan Pimpinan Roh Kudus

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 8

Hukum gravitasi adalah hukum yang mengajarkan bahwa semua benda yang dilemparkan ke atas akan turun ke bumi. Hukum itu berlaku secara universal (di mana saja), asal masih di lingkungan bumi. Akan tetapi, ada hukum lain yang melampaui hukum gravitasi, yaitu hukum aerodinamika. Hukum ini membuat benda yang sangat berat—seperti pesawat terbang—mampu mengatasi hukum gravitasi, sehingga pesawat itu tetap terbang, tidak jatuh ke bumi.

Sebagaimana hukum aerodinamika mengalahkan hukum gravitasi, demikian pula hukum Roh mengatasi hukum dosa (Berdasarkan bahasa asli Alkitab, seharusnya kata “Roh” dalam 8:2 lebih tepat bila diterjemahkan menjadi “Hukum Roh”). Orang yang percaya kepada Kristus akan hidup dan tidak akan mati secara rohani oleh karena Roh Kudus. Memberikan hidup. Di sini, Rasul Paulus membahas mengenai keadaan baru dari kehidupan orang-orang percaya yang hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus. Orang percaya yang memberi diri untuk dipimpin Roh Kudus akan memikirkan keinginan Roh, bukan keinginan daging (8:5). Selanjutnya, orang percaya yang hidup menurut pimpinan Roh Kudus akan hidup dalam damai sejahtera (8:6), dan hidupnya akan berkenan kepada Allah (bandingkan dengan 8:8). Saat kita diselamatkan oleh Kristus, kita bukan hanya mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa kita saja, tetapi kita juga mendapatkan kuasa untuk mengatasi dosa. Kita yang berada di dalam Kristus telah dilepaskan dan dibebaskan dari kuasa dosa. Dosa tidak lagi menjadi tuan yang mengontrol kita. Walaupun dosa masih bisa menjatuhkan, menggoda, dan mencengkeram kita bila kita lengah, tetapi dosa bukan lagi menjadi tuan yang harus ditaati.

Roh Kudus diberikan kepada kita karena kita lemah dan terbatas. Saat kita merasa kesepian, merasa paling terhina, merasa paling susah, atau merasa paling terbuang, kehadiran Roh Kudus akan menguatkan, menolong, mendampingi, dan menghibur kita. Anugerah semacam ini sangat luar biasa! Ingatlah selalu bahwa manusia yang hina, terbatas, dan lemah ini didampingi oleh Roh Allah yang Mahadahsyat. Renungkanlah betapa dahsyatnya kuasa yang tersedia bagi kita agar kita bisa mengatasi dosa. Kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita menjamin dan memungkinkan kita untuk bisa mengalahkan dosa. Bersyukurlah untuk pendampingan Roh Kudus ini! [Souw]

Pertempuran dalam Batin

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 7

Roma pasal 7:13-26 merupakan sumber perdebatan teologis. Ada orang yang berpendapat bahwa yang dibicarakan menyangkut kondisi penulis sebelum percaya kepada Kristus, tetapi ada pula orang yang berkeyakinan bahwa yang dibicarakan adalah menyangkut kondisi penulis sesudah percaya kepada Kristus. Menurut Anda, pendapat manakah yang benar?

Ada tiga alasan yang menunjukkan bahwa pendapat kedua—yaitu bahwa penulis sudah percaya kepada Kristus—merupakan pendapat yang benar: Pertama, secara terbuka dan jujur, penulis menceritakan pergumulan imannya. Dia tidak membicarakan kesalehan hidupnya dengan gambaran yang muluk-muluk. Hati dan kehendak penulis seperti terbagi dua, sehingga dia seperti manusia dengan dua natur (sifat bawaan), yaitu natur yang menyukai hukum-hukum Allah dan natur yang melawan hukum-hukum Allah. Apakah penyebab pergumulan seperti itu? Jelas bahwa penyebab pergumulan itu adalah dosa yang diam di dalam dirinya (7:20). Pengalaman seperti ini amat berbeda dengan pengalaman orang yang bisa berbuat dosa dengan tenang (menikmati dosa). Kedua, saat menulis surat Roma, sang penulis—yaitu Rasul Paulus—sudah mengikut Tuhan Yesus selama kurang lebih 22 tahun. Ia bukan orang Kristen baru dan ia telah dipakai Tuhan dalam pemberitaan Injil. Ketika ia berkata: “Aku, manusia celaka” (7:24), dia membicarakan tentang pergumulan yang dialami umat Tuhan. Dalam dirinya ada musuh yang tidak mau takluk kepada kebenaran. Musuh dalam jiwanya selalu siap melawan segala usaha yang dia lakukan untuk berbuat kebajikan. Ketiga, Rasul Paulus menyadari bahwa pergumulan yang dialami umat Tuhan itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan melakukan perbuatan tertentu, sehingga dia bertanya, Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (7:24). Dia sendiri lalu menjawab, “Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (7:25). Jawaban ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan Yesuslah yang bisa menolong dirinya.

Kita semua juga menghadapi peperangan batin yang sama dengan yang dihadapi oleh Rasul Paulus. Apakah kita ingin menang dalam peperangan batin ini? Bersandarlah kepada Tuhan Yesus,! Dia pasti akan menolong kita, sehingga kita akan bisa menang dalam konflik batin yang kita hadapi ini. [Souw]

Tindakan Kasih Terbesar

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 5

Kasih Allah diberikan kepada kita bukan karena kita layak untuk menerima kasih itu. Kita dikasihi bukan karena kita telah berbuat baik, hidup saleh dan mengasihi Allah. Tidak ada sesuatu dalam diri kita yang dapat menggerakkan hati Allah untuk mengasihi kita. Allah mengasihi kita hanya karena inisiatif, kemauan, dan kehendak-Nya sendiri. Oleh karena itu, kasih Allah merupakan anugerah atau kasih karunia.

Ajaran tentang kasih karunia di atas didasari oleh tiga perkataan dalam Roma pasal 5, yaitu “ketika kita masih lemah” (5:6), “ketika kita masih berdosa” (5:8) dan “ketika kita masih seteru” (5:10). Tiga ayat tersebut menunjukkan bahwa kasih Allah diberikan kepada kita bukan karena kita layak untuk dikasihi. Tindakan kasih Allah yang terbesar itu ditunjukkan melalui beberapa bukti: Pertama, kasih Allah membuat Allah memberi segala-galanya bagi kita. Kasih Allah diwujudkan melalui kematian Kristus. Kematian Kristus menunjukkan bahwa kasih Allah adalah kasih yang memberi tanpa menyisakan apa pun bagi diri-Nya sendiri. Kedua, kasih Allah melepaskan kita dari murka Allah. Kematian Kristus merupakan keharusan untuk bisa mendatangkan pembenaran, keselamatan, dan pendamaian antara manusia dengan Allah (5:9, 10). Dosa manusia membangkitkan murka Allah, sehingga kita seharusnya dihukum mati. Akan tetapi, pengorbanan Kristus membalikkan keadaan. Ketika kita beriman kepada Allah, murka Allah yang menyala-nyala itu ditimpakan kepada Kristus. Kematian Kristus meredakan murka Allah. Kristus menjadi korban pengganti yang membuat kita bisa berdamai dengan Allah. Ketiga, kasih Allah membuat kita menjadi milik Allah dan Allah menjadi milik kita. Hubungan antara kita dengan Allah bukan lagi hubungan antara orang berdosa dengan Allah yang murka, tetapi hubungan antara anak-anak Allah dengan Bapa Sorgawi.

Seseorang yang telah mengalami kasih Allah tidak akan bisa menemukan kepuasan dalam diri siapa pun dan dalam hal apa pun selain di dalam Kristus. Kasih Kristus yang sangat luar biasa membuat kita tidak akan berhenti melangkah maju, sampai kita bersama-sama dengan Kristus di sorga kelak. Alamilah terus kepuasan di dalam Kristus! Jagalah relasi dengan Allah melalui disiplin rohani berupa saat teduh pribadi, doa, membaca firman Tuhan, beribadah, memberi persembahan, melayani, dan disiplin rohani yang lain. [Souw]

Abraham & Daud: Contoh Teladan Iman

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 4

Adalah fakta bahwa menasihati dan mengajari orang jauh lebih mudah dibandingkan dengan menjadi teladan. Ketika kita menasihati orang lain, kita hanya membagikan nilai-nilai kebenaran melalui perkataan saja, sedangkan bila kita hendak menjadi teladan, kita secara langsung menjadi sang pelaku. Hal yang sama berlaku juga dalam kehidupan rohani. Lebih mudah mendorong orang lain untuk menjalankan disiplin rohani dibandingkan dengan memberi contoh bahwa kita sedang menjalankan apa yang kita katakan.

Roma pasal 4 menjelaskan bahwa Abraham dan Daud merupakan model bagi iman kita. Rasul Paulus memberikan beberapa argumen untuk menjelaskan bahwa Abraham dan Daud patut untuk diteladani. Pertama, teladan iman Abraham. Abraham adalah bapa leluhur orang Yahudi yang sangat dihormati (4:1). Ia dibenarkan oleh Allah karena imannya, bukan karena perbuatannya (4:2-5, bandingkan dengan Kejadian 15:6). Pembenaran itu diberikan sebelum ia disunat (4:9-10). Responsnya terhadap janji Allah tentang banyaknya keturunan yang berasal dari dirinya, ditanggapi dengan beriman sepenuhnya kepada Allah. Ia percaya terhadap janji bahwa Allah akan mewujudkan janji-Nya untuk memberikan keturunan, sekalipun mereka berdua—Abraham dan Sara—telah lanjut usia, dan Sara mandul (4:20-22). Kedua, teladan iman Daud. Sebagaimana Abraham, Daud pun dibenarkan karena imannya, bukan karena perbuatannya. Daud menyebut orang yang dibenarkan oleh Allah bukan berdasarkan perbuatannya sebagai orang yang berbahagia. Daud pernah jatuh dalam dosa, namun dia bersedia mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah. Ia sadar bahwa hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa-dosanya (4:6-8).

Kedua tokoh Alkitab di atas telah mewariskan teladan bagi hidup bagi kita, yang mengajarkan bahwa kita bisa memperoleh pembenaran berdasarkan kasih karunia Allah, bukan dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Walaupun memiliki kepercayaan diri itu tidak salah, kita harus menyadari bahwa kepercayaan terhadap diri sendiri bukanlah jaminan bahwa segala sesuatu yang kita inginkan pasti akan terwujud. Tempatkanlah iman Anda pada Allah yang berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan, bukan pada kekuatan diri atau kepercayaan terhadap diri sendiri. [Souw]

Daur Ulang Kehidupan

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 3

Apakah daur ulang itu? Daur ulang adalah pemrosesan kembali bahan yang pernah dipakai—misalnya serat, kertas, dan air—untuk mendapatkan produk baru. Barang-barang yang tadinya sudah menjadi sampah, bahkan limbah, bisa didaur ulang menjadi barang berkualitas dan bernilai tinggi. Mungkin saja kita jarang mendengar istilah daur ulang air. Perkembangan teknologi saat ini telah mampu mendaur ulang air, artinya memproduksi ulang air (yang sebelumnya tidak layak digunakan) menjadi layak dimanfaatkan. Air yang telah didaur ulang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, bahkan bisa untuk air minum.

Sebagaimana sampah dan air dapat didaur ulang dari limbah industri dan rumah tangga, sehingga menjadi barang yang bermanfaat dan air yang layak untuk diminum, demikian juga dengan hidup kita. Ada tiga kebenaran yang diungkapkan dalam Roma 3: Pertama,Semua manusia berdosa di hadapan Allah dan selayaknya dihukum (3:1-19). Tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Allah. Bahkan, ketika berada dalam kandungan ibu pun, manusia telah berdosa. Siapa pun yang hidup dalam dosa akan dihakimi oleh Allah. Kedua,manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri (3:20). Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (3:23). Usaha manusia mencari jalan keselamatan berakhir dengan kesia-siaan. Tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan syariat agama atau karena melakukan amal kebaikan. Manusia membutuhkan Juruselamat yang bisa melepaskannya dari kuasa dosa. Ketiga, hanya Kristus yang sanggup melepaskan manusia dari kuasa dosa (3:26). Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, Allah memperhitungkan kita sebagai orang yang benar. Manusia dibenarkan karena imannya kepada Yesus Kristus, bukan karena melakukan hukum Taurat dan melakukan amal kebaikan. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat bermegah.

Allah mendaur ulang kehidupan kita. Secara rohani, kita adalah sampah dan limbah yang menjijikkan, penuh dosa dan terbelenggu oleh kuasa dosa. Tidak ada apa pun yang dapat kita gunakan sebagai upaya pembenaran agar kita berkenan di hadapan Allah. Hanya karena kasih karunia-Nya, Dia mendaur ulang hidup kita dari seorang pendosa menjadi seorang yang dibenarkan oleh Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. [Souw]

Allah Tidak Memandang Bulu

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 2

Kita sering mendengar ucapan seseorang yang mengatakan: “Hakim itu manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Dalam kelemahannya, akhirnya ia menerima suap”. Hakim yang seharusnya berbuat adil akhirnya membalikkan fakta keadilan. Yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar karena hakim menerima suap. Tentu tidak semua hakim menyimpang seperti itu. Namun, jangan menyamakan Allah dengan manusia. Dalam menghakimi, Allah mempunyai standar penghakiman yang adil.

Standar apa yang dipakai Allah untuk menghakimi manusia berdosa? Sebenarnya, standar penghakiman Allah itu hanya satu dan bersifat universal. Akan tetapi, dalam uraian di Roma 2, Rasul Paulus sengaja membuat pembedaan antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Orang non-Yahudi yang berdosa tanpa mengenal hukum Taurat akan dihakimi tanpa hukum Taurat. Standar penghakiman Allah bagi mereka adalah pertimbangan hati nurani dan respons melalui agama atau kepercayaan. Penghakiman Allah kepada mereka berdasarkan penyataan Ilahi yang mereka ketahui dan pahami. Suara hati dan perbuatan mereka menunjukkan iman mereka. Atas dasar itulah mereka dihakimi (2:5-10). Wahyu umum menjadi standar penghakiman Allah bagi mereka yang berada di luar hukum Taurat. Bagi orang Yahudi yang mengenal hukum Taurat, ketika mereka berdosa, mereka akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat. Hukum Taurat merupakan wahyu khusus karena hokum Taurat diwahyukan Allah secara langsung kepada umat pilihan-Nya, Israel. Oleh karena itu, ketika mereka berdosa sehingga melanggar kekudusan Allah, mereka dihukum dengan standar yang telah mereka ketahui. Dengan demikian, tiap-tiap orang akan dihakimi secara adil. Dalam menghakimi, Allah tidak pandang bulu atau pilih kasih (2:11).

Sebagai orang percaya, suara hati kita akan memberontak saat kita berbuat dosa. Selain memiliki hati nurani sebagai pertimbangan baik dan buruk, kita juga memiliki firman Tuhan yang mengoreksi segala dosa dan kesalahan kita. Kita harus mempunyai kepekaan yang dalam saat ditegur oleh firman-Nya, dan kita harus segera bertobat. Jangan menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, dan kelapangan hati-Nya (2:4). Jangan berbuat dosa lagi supaya kita tidak dihukum, sebab Allah tidak memandang bulu (Ulangan 10:17). [Souw]