Gema

Konflik Iman vs Kenyataan

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 3

Iman Ayub membuat dia sanggup bertahan saat menghadapi kenyataan pahit berupa penderitaan yang amat dahsyat. Akan tetapi, kenyataan yang dihadapi Ayub terlalu pahit dan dia tidak mengerti mengapa penderitaan semacam itu harus menimpa dirinya. Walaupun iman Ayub tidak tergoyahkan saat berbagai malapetaka mulai menimpa dirinya, hal itu tidak berarti bahwa Ayub tidak mengalami pergumulan. Dia justru harus bergumul keras untuk menerima kenyataan bahwa berbagai malapetaka telah menimpa dirinya. Terlalu sulit bagi Ayub untuk memahami bagaimana Allah yang dikenalnya sebagai Allah yang baik ternyata membiarkan dirinya mengalami berbagai penderitaan yang hebat. Setelah berdiam diri selama tujuh hari tujuh malam (2:3), Ayub menjadi frustrasi (kecewa dan putus asa), sehingga dia mulai mengutuki hari kelahirannya (3:1). Dia menyesal mengapa dia dilahirkan dengan selamat. Dia beranggapan bahwa lebih baik bagi dirinya jika ia tidak dilahirkan di dunia ini atau dia langsung mati saat dilahirkan (3:6-16).

Kisah Ayub ini mengingatkan kita bahwa penderitaan sering kali merupakan kenyataan yang harus kita hadapi. Jangan meremehkan orang yang sedang mengalami penderitaan! Jangan memandang rendah orang yang sedang mengeluh saat menghadapi penderitaan yang berat. Ingatlah bahwa bila kita berada dalam kondisi yang sama—yaitu mengalami berbagai malapetaka seperti yang dialami Ayub—belum tentu kita bisa tetap tegar dan belum tentu iman kita tidak tergoyahkan. Hanya ada satu jalan keluar yang bisa menolong kita dalam menghadapi penderitaan yang amat berat seperti yang dihadapi oleh Ayub, yaitu mengingat bahwa Tuhan Yesus—Sang Mesias yang tidak berdosa itu—telah lebih dulu mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat daripada penderitaan yang kita alami, bukan karena Dia bersalah atau berdosa, tetapi karena kita yang berdosa dan Dia hendak menyelamatkan kita dari hukuman Allah (Ibrani 12:3-4; 1 Petrus 2:19-24; 3:18).

Saat Anda melihat sahabat Anda menderita, apakah Anda telah membiasakan diri untuk bersikap empati (ikut merasakan penderitaan orang lain)? Saat Anda sendiri mengalami penderitaan, apakah Anda telah membiasakan diri untuk memandang kepada Yesus Kristus, guna mengingat kembali bahwa Tuhan Yesus telah lebih dulu menderita untuk menanggung dosa Anda dan saya? [P]

Penderitaan: Mendadak dan Tak Terduga

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 1-2

Bencana bisa datang secara mendadak dan tak terduga. Ayub—orang terkaya di sebelah timur (1:3)—mendadak menjadi miskin karena datangnya perampok dan bencana alam (1:14-17). Keadaan keluarga yang sebelumnya makmur dan bahagia—diungkapkan melalui pesta yang dilakukan secara bergiliran oleh anak-anaknya (1:4)—mendadak diliputi oleh kesedihan mendalam karena datangnya bencana alam yang menyebabkan kematian semua anak Ayub (1:13, 18-19). Tubuh Ayub—yang sebelumnya sehat—mendadak ditimpa barah (sejenis bisul berbau busuk) dari telapak kaki sampai kulit kepala (2:7). Penderitaan Ayub masih ditambah dengan perundungan yang dilakukan oleh istrinya sendiri (2:9). Penderitaan Ayub yang sedemikian hebat itu membuat teman-teman Ayub yang datang untuk menjenguk menjadi sangat berduka dan tidak mampu menghibur (2:12-13).

Ayub 1-2 ini mengajarkan beberapa hal: Pertama,penderitaan bisa menimpa siapa saja, termasuk menimpa Ayub yang hidupnya saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (1:1). Kehidupan saleh, baik, dan beriman yang kita jalani tidak bisa menjadi alat bagi kita untuk memaksa Allah menghindarkan kita dari bencana. Kedua, kekayaan dan kesehatan bisa lenyap sewaktu-waktu, baik karena bencana alam atau karena penyebab lain. Walaupun kita perlu bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dan kita harus menjaga kesehatan agar kita tidak gampang sakit, kita harus menyadari bahwa bencana tetap bisa menimpa kita dan kekayaan kita tidak bisa memberikan jaminan apa pun. Hanya Tuhan saja yang bisa menjaga kesejahteraan hidup kita. Ketiga, apa yang terjadi di dunia yang nyata (kelihatan) berkaitan dengan apa yang terjadi di dunia yang tidak kelihatan: Ada Iblis yang selalu berusaha membuat manusia menderita dan ada Allah yang selalu membatasi apa yang bisa dilakukan oleh Iblis. Penderitaan belum tentu disebabkan oleh dosa atau kesalahan yang kita lakukan, tetapi bisa disebabkan karena Iblis hendak meruntuhkan iman kita dan karena Allah mengizinkan hal itu terjadi dalam hidup kita.

Saat Anda gagal, sakit, rugi, kehilangan, atau mengalami hal-hal lain yang membuat Anda merasa menderita, bisakah Anda mempertahankan iman, tetap berusaha melakukan yang terbaik yang dapat Anda lakukan, dan Anda tidak menyalahkan Allah (bandingkan dengan sikap Ayub dalam 2:10b)? [P]

Apa yang Anda Sombongkan?

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 11

Manusia tidak berubah. Begitu ada kesempatan untuk menjadi “ciptaan yang baru”, Nuh justru bertindak tidak baik: mabuk dan menelanjangi diri sendiri (9:21). Meskipun orang-orang jahat telah dibinasakan semua, kemungkinan untuk berbuat jahat tetap ada di dalam hati keturunan Nuh, seperti yang dilakukan oleh Ham kepada ayahnya. Salah satu keturunan Ham adalah Nimrod. Ia memiliki kerajaan di Babel, Erekh, dan Akad, semuanya di tanah Sinear (10:10). Menara Babel dibangun di tanah Sinear juga (11:2). Nimrod adalah seorang “pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN” (10:9), artinya: Nimrod adalah pemburu terhebat di dunia. Dia memiliki kelebihan dibandingkan orang lain, sehingga ia menjadi pemimpin. Kita tidak mengetahui banyak tentang Nimrod. Ada penafsir Alkitab yang mengatakan bahwa Nimrod adalah sebuah nama gelar, serta menduga bahwa Nimrod adalah Hammurabi, raja pertama Babilonia kuno.

Saat sampai di tanah datar di tanah Sinear, manusia hendak mendirikan kota dan menara yang puncaknya sampai ke langit. Tujuan mereka adalah untuk mencari nama dan agar mereka tidak terserak. Pada zaman Babilonia kuno, sebuah kota menyatakan identitas bangsa, peradaban, dan sebuah kebanggaan. Menara Babel adalah pencapaian terbesar manusia zaman Babilonia kuno dulu. Pembangunan kota dan menara ditujukan bagi kepentingan diri mereka sendiri (ditunjukkan oleh kata “kita” yang muncul sebanyak 4 kali dalam 11:4). Kemungkinan, tujuan mereka adalah mencari nama. Para arkeolog berhasil menemukan puluhan menara yang tinggi dan besar yang dinamakan ziggurat di Mesopotamia (Bandingkan: Ayah Abraham berasal dari Mesopotamia dan Yosua 24:2 menyebut bahwa Terah adalah penyembah allah lain). Ziggurat dipakai sebagai tempat menyembah dewa dan menjadi ikon kebanggaan sebuah kota. Ada kemungkinan juga bahwa menara yang mereka bangun adalah sebuah kuil. Tujuan kuil yang puncaknya sampai ke langit adalah agar dewa dapat turun ke kuil itu, menerima pemujaan, dan memberkati manusia. Akhirnya, Allah turun untuk menghukum mereka dan tidak ada dewa yang turun untuk memberkati mereka. Dosa merusak konsep manusia tentang Allah, sehingga Allah mengacaukan bahasa dan menyerakkan manusia agar pembangunan kota dan menara terhenti. Apakah pengenalan Anda kepada Allah selama ini sudah benar? Apakah tujuan hidup Anda adalah memuliakan Allah atau memuliakan diri sendiri? [Sung]

Memuliakan Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 7-8

Dalam mitologi Timur Dekat Kuno (Babilonia), terdapat juga kisah tentang air bah yang meliputi bumi. Adanya catatan tentang peristiwa ini dalam dunia kuno dari bangsa lain selain bangsa Israel menjadi salah satu konfirmasi bahwa peristiwa air bah benar-benar terjadi dalam sejarah. Namun, yang membedakan catatan Alkitab dengan mitologi Timur Dekat Kuno adalah alasan di balik terjadinya air bah di bumi. Alasan terjadinya air bah di bumi menurut catatan literatur dunia kuno adalah karena para dewa/i merasa terganggu oleh suasana ribut yang muncul saat populasi manusia semakin bertambah banyak, sehingga para dewa/i tidak bisa beristirahat (tidak bisa menikmati ketenangan). Namun, dalam Kitab Kejadian, Alkitab mencatat bahwa Tuhan Allah menghukum manusia dan segala yang hidup di bumi dengan air bah karena bertambahnya dosa dan kejahatan di bumi serta karena kecenderungan hati manusia adalah jahat. Bertambahnya dosa membuat manusia yang diciptakan menurut gambar Allah mencemarkan dan menodai kemuliaan Allah. Hidup manusia tidak lagi sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu agar manusia memuliakan Allah. Inilah yang membuat Allah marah!

Peristiwa air bah mengajarkan sebuah kebenaran teologis, yaitu bahwa dosa adalah sesuatu yang serius di mata Allah. Para pelaku dosa dan kejahatan harus dihukum. Bagi Allah, konsekuensi dosa adalah pasti dan manusia berdosa tidak dapat lepas dari penghakiman Allah. Penghakiman Allah menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Namun, Allah sungguh luar biasa! Di balik murka dan penghakiman-Nya yang begitu dahsyat, Allah menunjukkan kasih dan anugerah-Nya yang besar kepada manusia. Ketika masa penghakiman melalui air bah telah selesai dan tiba waktunya bagi Nuh dan keluarganya—beserta semua hewan yang bersama mereka—keluar dari bahtera, Allah memberi perintah yang merupakan pengulangan mandat yang pernah diberikan sebelumnya kepada Adam dan Hawa, yaitu: “... supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.” (8:17; 1:21-22); “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. ...Beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya.” (9:1, 7; 1:28). Apakah hidup Anda di dunia ini telah memuliakan Allah? Allah sedih jika pertambahan yang banyak itu tidak memuliakan Dia. [Sung]

Anugerah Allah di tengah Kejahatan

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 6

Daftar keturunan Kain, Set, dan Enos menginformasikan bahwa waktu telah berlalu dan keadaan manusia di muka bumi bertambah buruk. Keburukan manusia yang disuguhkan di sini adalah bahwa “anak-anak Allah” melihat anak-anak perempuan manusia, lalu mereka mengambil siapa saja yang mereka sukai untuk menjadi istri. Ada beberapa pandangan tentang siapa yang dimaksud dengan “anak-anak Allah”. Ada yang berpandangan bahwa mereka adalah para malaikat, tetapi ada yang meyakini bahwa mereka adalah para pemimpin, serta ada yang beranggapan bahwa mereka adalah keturunan Set. Meskipun pandangan yang tepat sulit dipastikan, kisah ini jelas dipenuhi ketamakan, dan mungkin disertai kekerasan. Pola yang terjadi di sini: melihat–cantik–mengambil, adalah serupa dengan yang dialami Hawa: melihat–baik–mengambil (3:6). Mengingat bahwa pasal 3 mewakili kejatuhan umat manusia, pasal 4 mewakili kejatuhan sebuah keluarga, pasal 6:1-4 mewakili kejatuhan masyarakat, jelas bahwa manusia telah melangkah semakin jauh dari Allah. Kejahatan manusia besar di bumi. Kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan (6:5). Sebagai respons terhadap perkembangan dosa, Allah sengaja memperpendek umur manusia (6:3) untuk membatasi kekerasan dan penindasan yang dilakukan manusia.

Pasal 6 ini merupakan latar belakang alasan yang membuat Allah mendatangkan air bah guna menghapus manusia dari muka bumi. Akan tetapi, Nuh mendapat kasih karunia Allah karena ia seorang yang benar dan tak bercela. Menurut Roma 3:10, tidak ada seorang pun yang benar. Bagaimana kita bisa memahami kebenaran dan ketidakbercelaan diri Nuh? Kebenaran dan ketidakbercelaan diri Nuh adalah dilihat dari perbandingan diri Nuh dengan orang-orang sezamannya. Nuh hidup lebih benar dibandingkan dengan orang lain pada zamannya.

Alkitab tidak memberitahu kita bagaimana kondisi rohani istri, anak-anak, dan para menantu Nuh. Mungkin saja mereka meneladani Nuh atau keselamatan mereka adalah upah yang diperhitungkan Allah untuk mereka karena kesalehan Nuh. Mereka berdelapan telah menikmati perlindungan Allah. Tahukah Anda bahwa Allah sangat mengasihi Anda sehingga Allah melindungi Anda dari kejahatan dengan cara mengekang dosa melalui berbagai peraturan dan hukum yang berlaku di negara ini? [Sung]

Allah Telah Menebus Anda

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 5

Daftar keturunan dari Adam sampai Nuh (pasal 5) memiliki pola yang sama: “Setelah A hidup sekian tahun, A memperanakkan B. A masih hidup sekian tahun lagi setelah ia memperanakkan B dan memiliki anak-anak lelaki dan perempuan. A mencapai umur sekian, lalu mati.” Karena istilah “memperanakkan” bisa berarti “nenek moyang dari”, maka ada kemungkinan bahwa daftar keturunan ini melompati banyak generasi. Daftar keturunan memperlihatkan adanya keberlangsungan hidup dan hubungan. Dari satu sisi, daftar keturunan menjelaskan asal-usul seseorang yang diturunkan dari satu pasang manusia. Dari sisi lain, daftar keturunan menjelaskan tentang berkat Allah bagi sebuah keluarga dengan menjadi subur dan bertambah banyak.

Dalam budaya Timur Dekat Kuno, bertambahnya manusia di muka bumi dianggap sebagai sebuah masalah besar karena telah menimbulkan suara yang gaduh, sehingga membuat para dewa mendatangkan air bah untuk melenyapkan mereka. Pemahaman ini berbeda dengan ajaran Alkitab yang mengungkapkan bahwa bertambahnya manusia di muka bumi ini sesuai dengan harapan Allah dan merupakan berkat buat manusia.

Hal lain yang menjadi sorotan adalah umur manusia yang amat panjang saat itu. Ada orang yang memahami umur yang panjang itu secara simbolik, tetapi ada pula yang memahaminya secara hurufiah. Satu hal yang jelas dari daftar keturunan ini adalah manusia lahir, kemudian mati. Perhatikan bahwa “mati” adalah salah satu konsekuensi dosa manusia.

Sama seperti Lamekh mendapat perhatian dari penulis Kitab Kejadian dalam garis keturunan Kain (pasal 4), demikian pula Henokh dalam garis keturunan Set (pasal 5). Semua orang dalam daftar keturunan tersebut mengalami kematian fisik, kecuali Henokh. Dia diangkat oleh Allah sebagai “upah” dari hubungan yang dekat dengan Allah.

Daftar keturunan memperlihatkan adanya berkat dan hukuman. Berkat berwujud pertambahan jumlah, sedangkan hukuman berwujud kematian. Namun, Allah dapat mengubah kematian menjadi berkat bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Saat orang percaya meninggal, rohnya pergi dan tinggal bersama Allah di surga. Saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya nanti, orang yang percaya akan dibangkitkan dan tinggal di bumi dan langit yang baru. Apakah Anda percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Penebus diri Anda? [Sung]

Berusaha Berhubungan dengan Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 4

Setelah Adam dan Hawa berdosa dan diusir dari taman di Eden, penulis Kitab Kejadian menuturkan tentang keturunan Adam dan Hawa, yakni Kain dan Habel. Persembahan Kain tidak diindahkan Allah bukan karena kurban yang ia persembahkan bukan berupa binatang, melainkan karena hatinya jahat. Secara singkat, 1 Yohanes 3:12 menyatakan, “Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”

Pasal 4 ini menekankan bahwa dosa terus berlanjut, dan bahkan bertambah hebat. Kisah tentang Kain membunuh Habel dan tentang Lamekh menunjukkan bahwa dunia yang baik telah berubah menjadi rusak dan penuh kekerasan. Ketika seorang laki-laki memukul Lamekh sampai bengkak, ia membalasnya dengan membunuh orang itu (4:23). Bukannya menyesal, tetapi Lamekh malah berbangga hati atas kejahatannya. Ia berkata bahwa jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat kepada orang yang membunuh Kai, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat (4:24). Ia menyombongkan diri bahwa ia lebih aman dibandingkan Kain. Lamekh tidak sadar bahwa Kain bisa aman karena Allah melindunginya (4:15). Dosa telah menggelapkan jiwa manusia dan Allah bisa melihat jauh ke dalam hati manusia. Allah melihat hati Kain begitu jahat. Renungkanlah: Jika Allah melihat hati Anda, Allah akan melihat bahwa hati Anda jahat atau baik?

Di pasal sebelumnya (3:15), Allah berjanji bahwa melalui keturunan Hawa, ular (Iblis) akan dikalahkan. Lahirnya Kain dan Habel memunculkan harapan untuk menghancurkan si jahat. Saat Kain membunuh saudaranya (Habel) yang lebih benar dari dirinya, kejahatan tampaknya menang. Melalui keturunan Kain, juga diharapkan ada orang yang akan tampil untuk menghancurkan si jahat. Ternyata, keturunan Kain tidak ada yang hidup lebih benar daripada Habel. Penjelasan singkat mengenai kelahiran Set (4:25) memberi harapan baru yang menyegarkan. Setelah Set memiliki anak (Enos), orang-orang mulai memanggil nama Tuhan. Artinya, keturunan Set mulai beribadah kepada Allah. Di tengah penderitaan yang diakibatkan oleh dosa, keturunan Set berusaha berhubungan secara benar denga Allah. Di tengah dunia yang tercemar oleh dosa, apakah Anda juga telah berusaha untuk menjalin hubungan secara benar dengan Allah? [Sung]

Manusia Jatuh ke dalam Dosa

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 3

Secara tiba-tiba, kita disuguhi kisah kemunculan seekor ular yang bisa bericara. Tak ada penjelasan lengkap tentang ular ini. Kita tak tahu dari mana asalnya serta kapan dan bagaimana ular ini menjadi jahat. Jika kita telah membaca seluruh Alkitab, kita dapat menyimpulkan bahwa ada kuasa jahat yang sedang memakai ular itu. Ular ini disebut “paling cerdik”. Dalam bahasa Ibrani, kata “cerdik” bisa memiliki konotasi negatif maupun positif. Jika dikenakan pada manusia jahat, kata “cerdik” memiliki konotasi negatif (bisa disebut “licik”), sehingga sangat berbahaya. Kata “paling cerdik” kemungkinan memiliki makna bahwa ular ini memiliki potensi membayakan pihak lain. Pertanyaan ular kepada Hawa terdengar polos. Ia tidak menghindari pemakaian kata “Allah” supaya dapat menipu manusia: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Dia sengaja membalik perintah Allah karena punya tujuan untuk menjatuhkan manusia. Pada akhirnya, manusia jatuh ke dalam dosa karena tidak menaati Allah.

Di pasal 1, Allah mendeklarasikan bahwa dunia ini sungguh amat baik. Namun, tatanan dunia menjadi rusak gara-gara manusia telah berdosa. Dosa membuat manusia menderita: hubungan dengan Allah putus, hubungan dengan sesama dan alam rusak, dan manusia harus mengalami kematian. Pengusiran manusia dari taman di Eden mencerminkan bahwa Allah tidak menyukai dosa. Awalnya, Adam dan Hawa adalah penjaga taman di Eden. Sekarang, tugas mereka digantikan oleh beberapa kerub.

Ketika Allah memanggil manusia, “Di manakah engkau?” Adam dan Hawa bersembunyi karena takut. Dosa membuat kita tidak berani berhadapan dengan Allah yang kudus dan benar. Namun, syukur karena Allah tetap mencari manusia yang diselimuti dosa. Dalam anugerah-Nya, Ia menyediakan pengampunan sehingga manusia berdosa dapat melanjutkan langkah hidupnya, bukan berdasarkan kebenaran diri, melainkan hanya oleh anugerah. Yesus Kristus, Sang Anak Allah, telah membuka jalan bagi kita agar kita bisa berhubungan dengan Allah Bapa. Allah secara aktif mengasihi kita dengan kasih yang tanpa syarat. Respons kita yang alamiah adalah takut karena kita merasa tidak bisa hidup menurut standar Allah. Namun, jika kita sungguh-sungguh menyadari bahwa Ia mengasihi kita, kesadaran itu dapat mengenyahkan ketakutan kita. Apakah Anda mengasihi Allah? [Sung]

Manusia Jatuh ke dalam Dosa

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 3

Secara tiba-tiba, kita disuguhi kisah kemunculan seekor ular yang bisa bericara. Tak ada penjelasan lengkap tentang ular ini. Kita tak tahu dari mana asalnya serta kapan dan bagaimana ular ini menjadi jahat. Jika kita telah membaca seluruh Alkitab, kita dapat menyimpulkan bahwa ada kuasa jahat yang sedang memakai ular itu. Ular ini disebut “paling cerdik”. Dalam bahasa Ibrani, kata “cerdik” bisa memiliki konotasi negatif maupun positif. Jika dikenakan pada manusia jahat, kata “cerdik” memiliki konotasi negatif (bisa disebut “licik”), sehingga sangat berbahaya. Kata “paling cerdik” kemungkinan memiliki makna bahwa ular ini memiliki potensi membayakan pihak lain. Pertanyaan ular kepada Hawa terdengar polos. Ia tidak menghindari pemakaian kata “Allah” supaya dapat menipu manusia: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Dia sengaja membalik perintah Allah karena punya tujuan untuk menjatuhkan manusia. Pada akhirnya, manusia jatuh ke dalam dosa karena tidak menaati Allah.

Di pasal 1, Allah mendeklarasikan bahwa dunia ini sungguh amat baik. Namun, tatanan dunia menjadi rusak gara-gara manusia telah berdosa. Dosa membuat manusia menderita: hubungan dengan Allah putus, hubungan dengan sesama dan alam rusak, dan manusia harus mengalami kematian. Pengusiran manusia dari taman di Eden mencerminkan bahwa Allah tidak menyukai dosa. Awalnya, Adam dan Hawa adalah penjaga taman di Eden. Sekarang, tugas mereka digantikan oleh beberapa kerub.

Ketika Allah memanggil manusia, “Di manakah engkau?” Adam dan Hawa bersembunyi karena takut. Dosa membuat kita tidak berani berhadapan dengan Allah yang kudus dan benar. Namun, syukur karena Allah tetap mencari manusia yang diselimuti dosa. Dalam anugerah-Nya, Ia menyediakan pengampunan sehingga manusia berdosa dapat melanjutkan langkah hidupnya, bukan berdasarkan kebenaran diri, melainkan hanya oleh anugerah. Yesus Kristus, Sang Anak Allah, telah membuka jalan bagi kita agar kita bisa berhubungan dengan Allah Bapa. Allah secara aktif mengasihi kita dengan kasih yang tanpa syarat. Respons kita yang alamiah adalah takut karena kita merasa tidak bisa hidup menurut standar Allah. Namun, jika kita sungguh-sungguh menyadari bahwa Ia mengasihi kita, kesadaran itu dapat mengenyahkan ketakutan kita. Apakah Anda mengasihi Allah? [Sung]

Kebahagiaan Manusia di dalam Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Kejadian 2:8-25

Allah membuat sebuah taman di Eden dan menempatkan manusia di sana. Eden bukan nama taman, melainkan sebuah wilayah yang besar, tempat taman itu berada. Di tengah-tengah taman di Eden itu, ada pohon kehidupan serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Eden berarti kemewahan atau kesenangan. Kemewahan atau kesenangan wilayah Eden terlihat dari adanya berbagai-bagai pohon yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya. Keterangan ini menjelaskan bahwa taman ini adalah taman pohon buah-buahan. Ada sungai yang mengalir dari wilayah Eden dan membasahi taman itu. Selanjutnya, sungai itu terbagi menjadi empat cabang: Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat. Di tanah Hawila yang dilewati oleh sungai Pison terdapat emas yang baik, damar bedolah, dan batu krisopras.

Allah sengaja membuat sebuah taman di Eden supaya Adam tinggal di sana. Alkitab tidak menjelaskan bagaimana taman ini terbentuk. Jika diselaraskan dengan pasal 1, taman itu tercipta sebelum Adam diciptakan. Namun, jika mengikuti urutan cerita di pasal 2, taman itu dibuat setelah Adam diciptakan. Ada penafsir yang berpendapat bahwa taman di Eden itu diciptakan bukan untuk manusia, tetapi untuk Allah. Taman itu adalah bagian dari tempat suci Allah. Allah menempatkan manusia di taman itu supaya mereka “mengusahakan” dan “memelihara” taman itu. Hal ini berarti bahwa mereka harus “melayani” dan “menjaga”, seperti para imam dan orang Lewi yang bekerja (melayani dan menjaga) di Kemah Suci pada zaman Musa. Dalam bahasa asli Alkitab, kata “mengusahakan” dan “memelihara” itu menunjuk kepada apa yang harus manusia lakukan untuk Allah, bukan untuk dirinya sendiri. Kehadiran Allah adalah kunci yang membuat taman itu subur, sehingga taman itu bisa terus-menerus menghasilkan makanan untuk manusia.

Allah adalah sumber berkat yang berlimpah. Tujuan hidup manusia yang paling tinggi adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia sampai selama-lamanya. Allah menginginkan manusia hidup bahagia (bagian dari menikmati Dia). Siapa pun Anda, berasal dari mana pun Anda, Anda hanya akan bahagia jika Allah hadir dalam hidup Anda. Apakah Anda sudah mengundang Dia untuk hadir dalam hidup Anda? Apakah Anda sudah memberikan hidup Anda kepada-Nya dan membiarkan Dia mengubah hidup Anda sehingga hidup Anda menjadi berarti? [Sung]