Ngerinya Hari Tuhan itu

Yoel 1

Pasal pertama kitab Yoel menggambarkan kengerian penghukuman Allah atas dosa umat Yehuda. Penghukuman itu berwujud tulah belalang. Belalang kelaparan yang jumlahnya tak terhitung dikirim Tuhan untuk menghabiskan semua hasil ladang dan kebun umat-Nya (1:4). Aki-batnya, semua tanaman yang menjadi sumber penghidupan dan pengge-rak ekonomi habis tuntas tanpa sisa (1:7, 10-12, 17-18). Kedahsyatan se-rangan belalang yang tanpa ampun itu dilukiskan seperti serbuan tentara musuh yang kuat dan bengis (1:6). Penghukuman Allah melalui tulah be-lalang merupakan peringatan tentang hari Tuhan yang sudah mendekat, yang Yoel sebut sebagai hari “pemusnahan dari Yang Mahakuasa” (1:15).

Kengerian penghakiman Allah bertujuan untuk menyadarkan umat-Nya agar bertobat dan kembali kepada Allah. Nabi Yoel berseru agar mereka meratap dan berkabung sebagai tanda pertobatan (1:5, 8-9). Secara khusus, para imam dipanggil untuk melakukan perkabungan nasional dan puasa, karena tidak ada lagi persembahan yang bisa dibawa kepada Allah akibat dari tulah belalang itu (1:13-14). Nabi Yoel sendiri secara pribadi dan mewakili umat Allah berseru kepada Allah memohon anugerah-Nya. Allah telah memulai tulah mengerikan ini, dan hanya Dia yang sanggup menghentikannya dan memulihkan orang-orang Yehuda dari bencana dahsyat yang sedang terjadi.

Apa yang terjadi pada bangsa Yehuda ini adalah pembelajaran penting bagi umat Allah sepanjang sejarah. Pertama, Allah kita itu maha kudus dan tidak akan membiarkan dosa tanpa penghakiman. Dosa selalu mempunyai konsekuensi besar. Umat Allah harus menghormati kekudusan Allah dan hidup dalam kebenaran. Kedua, ritual agama tanpa pertobatan adalah tidak berguna. Yehuda terlihat masih aktif mempersembahkan kurban kepada Allah, tetapi hatinya jauh dari pada-Nya. Maka, melalui tulah belalang ini, Allah menghancurkan segala sumber materi persembahan mereka sehingga segala korban sajian dan korban curahan tertahan (1:13). Ketiga, meskipun Allah menghukum umat-Nya karena dosa, selalu ada anugerah Allah yang besar dan kesempatan untuk bertobat. Tulah belalang ini bukan untuk menghancurkan Yehuda sehingga mereka tidak bisa bangkit lagi. Sebaliknya, tulah ini adalah peringatan agar mereka kembali kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya. Jangan pernah menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang besar. [JD]

Kasih Ilahi

Hosea 14:2-10

Setelah semua yang telah dilakukan oleh bangsa Israel—pelanggaran, kejahatan, dan dosa—masih layakkah mereka menerima kebaikan Tuhan—pengampunan, penerimaan, pemulihan, apa lagi cinta-Nya? Akan tetapi, itulah yang dilakukan Tuhan! Tuhan berkata, “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan MENGASIHI mereka DENGAN SUKARELA, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.” (14:5). Bacalah beberapa kali lebih perlahan: “... mengasihi... dengan sukarela, ....” Resapi dan rasakan kasih Tuhan yang luar biasa besar dengan mengingat apa yang telah Israel (dan saya) lakukan dalam 14:1-13. Jelas bahwa sulit bagi manusia untuk mengasihi sebagaimana Allah mengasihi. Lebih mudah sekadar kembali berhubungan baik dan bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, walaupun tindakan seperti itu bagaikan luka yang diperban, tetapi tidak diobati. Mungkin kita masih sanggup bersyukur untuk orang yang telah berbuat jahat ter-hadap diri kita—namun kemudian bertobat—tanpa menuntut orang itu meminta maaf. Hal itu manusiawi. Akan tetapi, hanya Yang Ilahi yang sanggup bukan hanya menerima dan memulihkan hubungan, tetapi juga secara sukarela mengasihi penjahat paling jahat di dunia. Kita cenderung hanya dapat mengasihi dengan cinta yang miskin—bukan sukarela—terhadap mereka yang kita anggap lebih pantas dibinasakan.

Tuhan tidak pernah putus asa dan berhenti berusaha, bahkan terhadap bangsa Israel yang telah berulang kali Ia sebut sebagai bangsa yang tegar tengkuk atau keras kepala. Tuhan menghormati perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Dia tidak dapat memungkiri kesetiaan-Nya. Namun, seperti bangsa Israel, kitalah yang sering menyepelekan kebaikan Tuhan. Kita meremehkan perjanjian Tuhan. Kita menyerah terhadap dosa dan berhenti berusaha menaati Tuhan. Seberapa besar kasih kita kepada Tuhan? Seberapa kecil kasih Tuhan kepada kita? Kasih kita dengan kasih Tuhan tetap tidak sebanding! Sekali lagi: Bertobatlah kepada Tuhan (14:3). Akuilah bahwa kita tidak memiliki kesanggupan apa pun (14:4). Buktikanlah kasih setia Tuhan (14:5). Alamilah berkat Tuhan (14:6-9). Jangan salah tafsir: Bukan berkat materi yang Tuhan bicarakan, tetapi berkat rohani (14:10) yang jauh lebih mahal dan berharga, yaitu kesembuhan jiwa dan keselamatan. Tuhan sungguh amat baik! [MN]

Jangan Sampai Tuhan Menjadi Kapok!

Hosea 12:1-14:1

Dapatkah Allah dibohongi, apalagi ditipu (12:1)? Bukankah Ia adalah Allah yang Mahatahu? Apakah Allah sengaja membiarkan diri-Nya ditipu? Apakah Allah sebenarnya sedang menunjukkan kejahatan Israel yang menyalahgunakan kepercayaan yang Ia berikan kepada mereka? Sepanjang sejarah, bangsa Israel berulang-ulang mengkhianati Tuhan. Misalnya, kita bisa melihat pola pengkhianatan yang terus berulang dalam kitab Hakim-hakim: Israel mengkhianati Tuhan, lalu Tuhan meng-hukum dengan membiarkan mereka ditindas oleh bangsa asing di sekitar mereka, kemudian Israel bertobat. Akan tetapi, Israel adalah bangsa yang To-Mat (Tobat-Kumat). Setelah dilepaskan dari hukuman, Israel berdosa lagi dengan dosa yang semakin keji. Itu adalah pola penipuan periode pertama yang tidak membuat Tuhan menjadi kapok.

Sayangnya, air susu dibalas dengan air tuba! Kasih setia Tuhan dikhianati dan dipermainkan! Setelah Kerajaan Israel terpecah menjadi Kerajaan Israel Utara atau Kerajaan Israel—kadang-kadang disebut Efraim—dan Kerajaan Israel Selatan atau Kerajaan Yehuda, kondisi mereka tidak lebih baik dibandingkan pada zaman Hakim-hakim. Raja demi raja silih berganti, tetapi kualitas batiniah tidak meningkat, bahkan terjadi kemerosotan rohani, baik di Kerajaan Israel maupun Kerajaan Yehuda periode akhir. Kemakmuran dianggap tidak berkaitan dengan Tuhan, melainkan dianggap sebagai hasil kerja keras (12:9; 13:6). Mereka bukan hanya lupa bahwa Tuhan telah memberi kestabilan keamanan dan politik yang membuat roda perekonomian berjalan lancar, tetapi juga mengabaikan pemeliharaan Tuhan yang membuat bencana alam—misalnya kekeringan—tidak terjadi. Mereka menghalalkan segala cara demi meraup keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa Israel makin terjerumus ke dalam lumpur hisap dosa yang semakin dalam (13:1-2).

Dalam kondisi seperti itu, Tuhan tetap tidak kapok, walaupun hati-Nya sakit sampai terasa pahit (12:15). Tuhan selalu berharap agar Israel kembali kepada-Nya. Tuhan sudah memakai cara halus (12:7, 10-11) maupun kasar dan keras (13:7-9. 14-15; 14:1) untuk mendapatkan Israel kembali. Namun, bangsa Israel gagal belajar dari kesalahannya. Bagai-mana dengan hidup Anda? Bila hidup Anda tidak berbeda dengan umat Israel, yaitu menganggap diri hebat, menghalalkan segala cara, menga-baikan Tuhan, jangan sampai Tuhan merasa kapok! Bertobatlah! [MN]

Jerat Kesuksesan

Hosea 10-11

Secara alamiah, manusia menginginkan kesuksesan yang bisa dilihat, dirasakan, dan dinikmati. “The more, the better” adalah ungkapan bahasa Inggris yang artinya, “makin besar atau makin sukses adalah makin baik”. Akan tetapi, sifat alamiah manusia membuat ungkapan ini tak selalu benar dan tak pantas dimutlakkan. Ingatlah bahwa dunia ini sudah jatuh ke dalam dosa. Menginginkan lebih banyak memperlihatkan keserakahan manusia yang tak pernah merasa cukup. Akar keserakahan adalah penyembahan berhala, yaitu AKU menjadi pusat segala sesuatu dan keinginan si AKU harus dipenuhi.

Dalam kasus bangsa Israel, bila mereka semakin makmur dan sejahtera, mereka akan semakin banyak berbuat dosa (10:1). Sebenarnya, praktik membuat dan menyembah berhala adalah untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk kepentingan berhala yang mereka sembah. “Hati mereka licik (10:2),” “Apakah yang dapat dilakukan raja bagi kita? (10:3).” Berhala diri adalah akar dosa yang menghasilkan berbagai ma-cam dosa turunan. Mereka melupakan panggilan sebagai umat Tuhan sama sekali! Mereka seharusnya mencerminkan kekudusan Tuhan (lihat Imamat 11:44). Tuhan bukan sekadar memerintahkan bangsa Israel untuk menjadi bangsa yang kudus. Dari awal, saat bangsa Israel dibebaskan dari Tanah Mesir, Tuhan-lah yang merawat dan mendidik bangsa Israel (11:1-4). Kurang apa lagi?

Keberhasilan, kemakmuran, dan kesejahteraan bisa menjadi jerat. Tuhan sudah memperingatkan bangsa Israel akan hal ini, “... dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supa-ya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu kelu-ar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan (Ulangan 6:11b-12, perhati-kan konteks ayat ini).” Berhati-hatilah terhadap perangkap kesuksesan, atau kita akan meninggalkan Tuhan dan dengan segenap tenaga mengejar kenyamanan, walaupun kita tahu bahwa harganya adalah nyawa kita akan terhilang dalam kekekalan (bandingkan Matius 16:26). Bila hal itu terjadi, ilah yang kita sembah adalah diri sendiri!

Bersyukurlah bahwa meskipun hukuman Tuhan terasa pahit, hukuman itu menunjukkan bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Ia akan menyatakan keadilan-Nya. Setiap dosa dan pelanggaran mengandung konsekuensi. Hukuman adalah wujud kepedulian dan kasih Tuhan, agar kita berbalik kepada-Nya (Hosea 11:10-11). Jangan terlambat! [MN]

Perkataan dan Tindakan Harus Selaras

Hosea 8-9

Kok bisa ya? Kata-kata ini melintas begitu saja dalam pikiran saat saya menyelidiki kata “mengenal” dalam 8:2. Allah sendiri berkata, “Kepada-Ku mereka berseru-seru” (bandingkan dengan Matius 7:21)! TUHAN mendengar pengakuan bangsa Israel bahwa mereka mengenal Dia. TUHAN mengulangi ucapan mereka. TUHAN menganggap serius ucapan mereka. Kata mengenal di sini sama artinya dengan kata “ber-setubuh” dalam Kejadian 4:1. Kata “mengenal” di sini berarti secara intim memiliki relasi yang mendalam, sehingga sungguh-sungguh memahami “luar dalam” seseorang. Isi hati, hasrat, cara berpikir, kebiasaan, segala sesuatu yang tidak terucap/terekspresi keluar dapat terbaca dan dimengerti oleh orang yang sungguh-sungguh mengenal.

Mengapa kelakuan orang Israel begitu bertolak belakang dengan pengakuan mereka? Masalah itu tercatat di sepanjang kitab Hosea. Perhatikan 8:1,3,4,12,14; 9:1,9,10. Bagaimana mungkin ada orang mengaku mengenal Allah, tetapi kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan bahwa ia benar-benar mengenal Allah? Sungguhkah mereka mengenal Allah seperti yang mereka katakan? Apakah perkataan itu hanya kalimat kosong yang diucapkan secara asal-asalan tanpa peduli terhadap konsekuensinya? Dari dulu, semua orang bisa mengaku bahwa dirinya religius tanpa memedulikan bobot atau keseriusan makna dari kalimat yang diucapkannya. Perkataan yang tampak rohani itu diucapkan sekadar untuk “menjual” dirinya atau sekadar untuk menaikkan nilai/harga dirinya. Berhati-hatilah!

Ingatlah bahwa TUHAN bersikap serius terhadap tiap pengakuan yang membawa-bawa nama-Nya. Bagi TUHAN, setiap kalimat bersifat mengikat (bandingkan dengan Keluaran 20:7). Jangan sampai kita mengaku mengenal Tuhan, tetapi kelakuan kita jauh dari pengakuan kita. Berhati-hatilah! Jangan mempermainkan Tuhan dengan pengakuan yang palsu. TUHAN tidak mungkin tertipu. Walaupun semua orang bisa kita tipu, TUHAN tidak mungkin tertipu! Dia akan bertindak! Pikirkanlah kengerian hukuman-Nya yang akan menimpa diri kita (lihat 8:7-10, 13-14; 9:2-6, 15-17), meskipun sebenarnya takut terhadap hukuman merupakan suatu kemunduran. Ketaatan kepada Tuhan seharusnya dilandasi oleh kasih, bukan ketakutan! Kenallah Tuhan sedalam-dalamnya dan hiduplah sesuai dengan pengenalan itu! [MN]

Ngerinya Hari Tuhan itu

Yoel 1

Pasal pertama kitab Yoel menggambarkan kengerian penghukuman Allah atas dosa umat Yehuda. Penghukuman itu berwujud tulah belalang. Belalang kelaparan yang jumlahnya tak terhitung dikirim Tuhan untuk menghabiskan semua hasil ladang dan kebun umat-Nya (1:4). Aki-batnya, semua tanaman yang menjadi sumber penghidupan dan pengge-rak ekonomi habis tuntas tanpa sisa (1:7, 10-12, 17-18). Kedahsyatan se-rangan belalang yang tanpa ampun itu dilukiskan seperti serbuan tentara musuh yang kuat dan bengis (1:6). Penghukuman Allah melalui tulah be-lalang merupakan peringatan tentang hari Tuhan yang sudah mendekat, yang Yoel sebut sebagai hari “pemusnahan dari Yang Mahakuasa” (1:15).

Kengerian penghakiman Allah bertujuan untuk menyadarkan umat-Nya agar bertobat dan kembali kepada Allah. Nabi Yoel berseru agar mereka meratap dan berkabung sebagai tanda pertobatan (1:5, 8-9). Secara khusus, para imam dipanggil untuk melakukan perkabungan nasional dan puasa, karena tidak ada lagi persembahan yang bisa dibawa kepada Allah akibat dari tulah belalang itu (1:13-14). Nabi Yoel sendiri secara pribadi dan mewakili umat Allah berseru kepada Allah memohon anugerah-Nya. Allah telah memulai tulah mengerikan ini, dan hanya Dia yang sanggup menghentikannya dan memulihkan orang-orang Yehuda dari bencana dahsyat yang sedang terjadi.

Apa yang terjadi pada bangsa Yehuda ini adalah pembelajaran penting bagi umat Allah sepanjang sejarah. Pertama, Allah kita itu maha kudus dan tidak akan membiarkan dosa tanpa penghakiman. Dosa selalu mempunyai konsekuensi besar. Umat Allah harus menghormati kekudusan Allah dan hidup dalam kebenaran. Kedua, ritual agama tanpa pertobatan adalah tidak berguna. Yehuda terlihat masih aktif mempersembahkan kurban kepada Allah, tetapi hatinya jauh dari pada-Nya. Maka, melalui tulah belalang ini, Allah menghancurkan segala sumber materi persembahan mereka sehingga segala korban sajian dan korban curahan tertahan (1:13). Ketiga, meskipun Allah menghukum umat-Nya karena dosa, selalu ada anugerah Allah yang besar dan kesempatan untuk bertobat. Tulah belalang ini bukan untuk menghancurkan Yehuda sehingga mereka tidak bisa bangkit lagi. Sebaliknya, tulah ini adalah peringatan agar mereka kembali kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya. Jangan pernah menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang besar. [JD]

Ketika Terpaksa Tidak Mempan

Hosea 6:7-7:16

Anak-anak kami berusia 10 tahun dan 8 tahun saat kami pertama kali harus pergi meninggalkan mereka sendirian di rumah karena urusan mendesak. Ada perasaan khawatir terhadap keselamatan mereka, termasuk karena kami tahu bahwa mereka pasti akan mencuri-curi membuka kanal youtube atau main (online) game. Kekhawatiran kami terbukti, padahal kami sudah wanti-wanti menasihati berulang-ulang. Mereka tidak tahu bahwa kami bisa tahu apakah mereka jujur atau tidak. Sebenarnya, kami bisa mengecek apakah mereka taat atau tidak. Berkali-kali kami memberi kesempatan agar mereka mengaku, tetapi hasilnya hanya kebohongan yang memimpin pada tindakan ’kriminal’ domestik yang semakin lihai. Sekali lagi, kami bisa tahu apa yang mereka lakukan, meskipun ada kemungkinan kami kecolongan.

Tidak seperti kami yang berpengetahuan terbatas, Tuhan itu Mahatahu. Dia mengingat setiap detail perbuatan manusia maupun bangsa-bangsa (7:2). Tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan! Rencana yang ditutup serapat-rapatnya pun mudah Dia singkapkan (bandingkan dengan 2 Raja-raja 6:8-12). Seperti video singkat yang kita simpan dalam HP, Tuhan dapat memutar ulang semua rekaman tindakan yang pernah kita lakukan. Saat hal itu terjadi—seperti Israel—kita akan merasa malu karena kita seperti ditelanjangi di depan umum. Tak ada tempat untuk menyembunyikan muka ketika Tuhan melakukan hal itu. Tak ada pakaian yang tersedia untuk menutupi ketelanjangan kita. Kita tak mungkin dapat menuding orang lain sebagai alasan atau kambing hitam mengapa kita melakukan suatu dosa, karena pemutaran video rekaman perbuatan kita akan disertai dengan caption note—atau komentar—dari Tuhan yang mengungkap motivasi dan kondisi hati kita, yaitu bahwa sekalipun kita seperti datang dan berseru kepada Tuhan, sebenarnya hati kita jauh dari-Nya (bandingkan dengan Hosea 7:14).

Tak enak rasanya jika ada orang yang membuka aib lama kita. Pasti malu dan sakit rasanya! Mungkin kita akan merasa kecewa dan marah jika diperhadapkan dengan dosa-dosa kita. Akan tetapi, hal itu dilakukan Allah karena tak ada jalan lain untuk membuat kita kembali ke pangkuan-Nya, sekali pun cara ini tak menjamin bahwa kita akan segera bertobat (Lihat 7:13-16). Saat hal itu terjadi, tampak bahwa kita adalah manusia celaka yang keras hati. Belajarlah dari kesalahan bangsa Israel! jangan biarkan diri kita menjadi pendosa yang makin lihai. [MN]

Kasih sebagai Dasar Komitmen

Hosea 5:1-6:6

Perjanjian Lama berulang kali mencatat ikrar iman bahwa TUHAN itu penyayang dan pengasih, panjang sabar, serta berlimpah kasih dan setia-Nya (Keluaran 34:6; Bilangan 14:18; Nehemia 9:17; Mazmur 86:15; 103:8; Yoel 2:13, Yunus 4:2, dan sebagainya). TUHAN memang pernah membiarkan dan menarik diri dari bangsa Israel yang SANGAT BEBAL itu (Hosea 5:6), tetapi Ia tidak selama-lamanya bersikap seperti itu. Kasih dan keadilan-Nya adalah komitmen yang Ia nyatakan terhadap umat pilihan-Nya. Tuhan tahu waktu yang terbaik. Ada waktu untuk membiar-kan, ada waktu untuk bertindak. Ada waktu untuk menahan diri, ada waktu untuk mengekspresikan diri (Pengkhotbah 3:1-8).

Tindakan penghukuman Tuhan yang dicatat dalam Hosea 5:8-14 dapat dinilai secara berbeda: Allah bisa dianggap tega atau kejam, tetapi Allah juga bisa dipandang sebagai penuh kasih. Di bagian ini, hukuman adalah tindakan kasih Allah—walaupun menyakitkan—yang memaksa bangsa Israel/Efraim mencari wajah Allah (5:15)? Kesesakan dan keter-pojokan yang disebabkan tindakan Tuhan akhirnya PASTI mendatang-kan kebaikan. Keadaan terpojok—atau tidak ada jalan keluar lagi—biasanya akan membuat kita berbalik kepada Tuhan. Mengapa? Karena manusia umumnya cenderung berpikir pragmatis, artinya melakukan apa saja yang membuat berhasil atau menguntungkan atau mendatangkan kenyamanan. Namun, pola pikir pragmatis bisa berbahaya karena sering berakar pada kesementaraan dan kepura-puraan (6:4). “Asal saya bebas dari situasi sulit, saya bersedia melakukan apa saja”. Pola pikir “Asal saya ...” ini berbahaya. Saat situasi berubah, segala yang perlu untuk disesuaikan agar bebas dari masalah juga berubah. Bila ada kelegaan yang lebih besar, pasti akan ada penyesuaian. Apakah pola pikir tersebut sepenuhnya salah? Tentu tidak, sepanjang pola pikir itu didasarkan pada komitmen yang teguh dan kasih kepada Tuhan, bukan untuk meman-faatkan atau memanipulasi. Anehnya, meskipun Tuhan tahu bahwa diri-Nya kerap kali dimanfaatkan dan dimanipulasi, namun Dia tetap penya-yang, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia-Nya. Tidakkah lumrah jika Ia pertama-tama ingin agar kita mengasihi Dia dan HANYA setia kepada-Nya? Tidakkah lumrah jika Ia ingin kita mengenal Dia semakin dalam (6:6)? Tuhan tahu bahwa kasih dan pengenalan akan Allah akan menjaga agar jalan kita tetap benar di hadapan-Nya! [MN]

Pengaruh yang Berbahaya

Hosea 3-4

Jika seorang pemimpin berlaku benar atau baik, pengikutnya atau orang-orang dalam lingkup pengaruhnya akan cenderung berlaku benar atau baik juga. Sebaliknya, bila seorang pemimpin berlaku salah atau jahat, pengikutnya juga akan cenderung berlaku salah atau jahat. Raja-raja Israel pada zaman Nabi Hosea adalah para pemimpin yang konsisten tidak menyembah Tuhan. Keadaan bangsa Israel makin hari makin parah! Secara moral, mereka hanya bisa mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan, dan menumpahkan darah (4:2). Hal itu tidak mengherankan karena secara rohani, tidak ada kesetiaan, kasih, dan pengenalan akan Allah di Israel.

Sebenarnya, Israel mungkin bisa terhindar dari kebobrokan yang parah seandainya para pemimpin agama—yaitu para imam dan para nabi—sungguh-sungguh berusaha mengenal Allah dan mengajarkannya kepada bangsa Israel (4:6). Akan tetapi, bukannya berbuat benar, para nabi dan para imam malah mengikuti budaya sesat yang populer waktu itu. Jangan-jangan, mereka sendirilah yang menyebarkan kesesatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi (4:8). Para imam dan para nabi tidak lagi berperan seperti “turap”—yaitu campuran air, semen, dan pasir untuk melekatkan saat membuat tembok—yang menghalangi banjir dosa yang meluber menimpa bangsa Israel, melainkan mereka sendiri menjadi “banjir” yang menghanyutkan bangsa Israel dalam dosa.

Terhadap para pemimpin dan rakyat Israel, Tuhan menjatuhkan hukuman keras (4:9-10). Mulai dari 4:10, tersirat petunjuk bahwa Tuhan membiarkan mereka hidup dalam dosa. Tampaknya, Tuhan HANYA sekadar membuat mereka tidak menjadi kenyang dan tidak menjadi banyak. Akan tetapi, sebenarnya Tuhan MEMBIARKAN mereka menik-mati dosa-dosa mereka tanpa menjatuhkan hukuman (4:14,17). Mereka dibiarkan memberi makan (nafsu) dosanya, dan Tuhan diam! Hukuman seperti Itu amat mengerikan! Mengapa? Saat Tuhan diam, dosa dianggap benar dan lumrah, dosa tidak dianggap sebagai dosa, maka tidak ada penyesalan, tidak ada pertobatan. Kondisi seperti ini pasti memimpin pada kebinasaan! Mungkin, hal ini bisa disebut sebagai dosa yang tidak dapat diampuni (Matius 12:31), yaitu bahwa Roh Kudus tidak bersuara la-gi karena terus-menerus ditolak. Bertobatlah segera, hai para pemimpin! Bila tidak, Anda dan para pengikut Anda akan binasa! [MN]

Mengasihi Sekalipun Terluka

Hosea 1-2

Mana ada suami yang setelah memergoki istrinya tidur dengan pria lain tetap memperlakukan istrinya seolah-olah tidak terjadi apa-apa! Masalahnya bukan sekadar soal selingkuh melalui chatting mesra di WA, bukan pula sekadar CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali), tetapi masalah yang terang-benderang, yaitu kepergok langsung di depan mata, melihat dengan mata kepala sendiri, dan hal ini berulang kali terjadi dengan laki-laki yang berbeda-beda. Suami yang perasaannya sudah mati pun akan sangat bodoh jika menerima istrinya kembali! Bagi suami yang sangat mencintai istrinya, tidak terbayangkan perasaan sakit hati dikhianati bertubi-tubi secara terang-terangan.

Bangsa Israel digambarkan sebagai Gomer—istri yang tidak setia—yang berulang kali mengkhianati pernikahannya dengan Hosea—suami yang kesabaran dan kesetiaan-Nya menggambarkan sifat Allah. Saat Hosea diminta untuk menikah, perintah Allah jelas: Hosea harus mengawini perempuan sundal (1:2). Bukankah Allah sudah tahu bahwa bangsa pilihan-Nya akan bersundal hebat, terus-terusan berzinah dengan menyembah ilah-ilah lain (2:6, 12)? Mengapa Allah memilih bangsa seperti itu? Tidak adakah bangsa lain yang lebih baik? Memang, pada akhirnya, semua bisa menjadi happy ending. Akan tetapi, apakah worth it (sepadan) bagi Tuhan untuk mengabaikan perasaan-Nya sendiri saat melalui proses yang sangat menyakitkan itu?

Siapakah Gomer dalam firman Tuhan yang kita baca hari ini? Jika Anda menunjuk orang lain, Anda gagal mengenali sifat Gomer dalam diri Anda! Tuhan tidak akan mendiamkan kekudusan orang-orang pilihan-Nya dinajiskan! Ia akan bertindak! Pada saat terjadi, hal itu akan sangat menyakitkan (2:2,8-12). Akan tetapi, sekalipun menyakitkan, Tuhan ber-maksud memakai kondisi itu untuk membuat kita berbalik kepada-Nya. Sebenarnya, Tuhan bukan tidak mencegah kita berlaku keji terhadap Dia (2:5), tetapi kita sangat kurang peka, atau mungkin kita pura-pura tidak peka. Bila kita mau jujur, bukan sekali-dua kali kita sengaja mengeraskan hati. Sadarilah betapa Allah sangat mengasihi kita. “Suami” yang terus kita lukai itu tetap membujuk kita dan berusaha memenangkan, bahkan menenangkan hati kita (2:13-14). Berbeda dengan kebiasaan dunia: Allah tetap mengasihi kita (2:13-22). Berbaliklah kepada Dia yang terus kita sakiti hati-Nya! [MN]