Mengasihi Sekalipun Terluka

Hosea 1-2

Mana ada suami yang setelah memergoki istrinya tidur dengan pria lain tetap memperlakukan istrinya seolah-olah tidak terjadi apa-apa! Masalahnya bukan sekadar soal selingkuh melalui chatting mesra di WA, bukan pula sekadar CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali), tetapi masalah yang terang-benderang, yaitu kepergok langsung di depan mata, melihat dengan mata kepala sendiri, dan hal ini berulang kali terjadi dengan laki-laki yang berbeda-beda. Suami yang perasaannya sudah mati pun akan sangat bodoh jika menerima istrinya kembali! Bagi suami yang sangat mencintai istrinya, tidak terbayangkan perasaan sakit hati dikhianati bertubi-tubi secara terang-terangan.

Bangsa Israel digambarkan sebagai Gomer—istri yang tidak setia—yang berulang kali mengkhianati pernikahannya dengan Hosea—suami yang kesabaran dan kesetiaan-Nya menggambarkan sifat Allah. Saat Hosea diminta untuk menikah, perintah Allah jelas: Hosea harus mengawini perempuan sundal (1:2). Bukankah Allah sudah tahu bahwa bangsa pilihan-Nya akan bersundal hebat, terus-terusan berzinah dengan menyembah ilah-ilah lain (2:6, 12)? Mengapa Allah memilih bangsa seperti itu? Tidak adakah bangsa lain yang lebih baik? Memang, pada akhirnya, semua bisa menjadi happy ending. Akan tetapi, apakah worth it (sepadan) bagi Tuhan untuk mengabaikan perasaan-Nya sendiri saat melalui proses yang sangat menyakitkan itu?

Siapakah Gomer dalam firman Tuhan yang kita baca hari ini? Jika Anda menunjuk orang lain, Anda gagal mengenali sifat Gomer dalam diri Anda! Tuhan tidak akan mendiamkan kekudusan orang-orang pilihan-Nya dinajiskan! Ia akan bertindak! Pada saat terjadi, hal itu akan sangat menyakitkan (2:2,8-12). Akan tetapi, sekalipun menyakitkan, Tuhan ber-maksud memakai kondisi itu untuk membuat kita berbalik kepada-Nya. Sebenarnya, Tuhan bukan tidak mencegah kita berlaku keji terhadap Dia (2:5), tetapi kita sangat kurang peka, atau mungkin kita pura-pura tidak peka. Bila kita mau jujur, bukan sekali-dua kali kita sengaja mengeraskan hati. Sadarilah betapa Allah sangat mengasihi kita. “Suami” yang terus kita lukai itu tetap membujuk kita dan berusaha memenangkan, bahkan menenangkan hati kita (2:13-14). Berbeda dengan kebiasaan dunia: Allah tetap mengasihi kita (2:13-22). Berbaliklah kepada Dia yang terus kita sakiti hati-Nya! [MN]