Kasih sebagai Dasar Komitmen

Hosea 5:1-6:6

Perjanjian Lama berulang kali mencatat ikrar iman bahwa TUHAN itu penyayang dan pengasih, panjang sabar, serta berlimpah kasih dan setia-Nya (Keluaran 34:6; Bilangan 14:18; Nehemia 9:17; Mazmur 86:15; 103:8; Yoel 2:13, Yunus 4:2, dan sebagainya). TUHAN memang pernah membiarkan dan menarik diri dari bangsa Israel yang SANGAT BEBAL itu (Hosea 5:6), tetapi Ia tidak selama-lamanya bersikap seperti itu. Kasih dan keadilan-Nya adalah komitmen yang Ia nyatakan terhadap umat pilihan-Nya. Tuhan tahu waktu yang terbaik. Ada waktu untuk membiar-kan, ada waktu untuk bertindak. Ada waktu untuk menahan diri, ada waktu untuk mengekspresikan diri (Pengkhotbah 3:1-8).

Tindakan penghukuman Tuhan yang dicatat dalam Hosea 5:8-14 dapat dinilai secara berbeda: Allah bisa dianggap tega atau kejam, tetapi Allah juga bisa dipandang sebagai penuh kasih. Di bagian ini, hukuman adalah tindakan kasih Allah—walaupun menyakitkan—yang memaksa bangsa Israel/Efraim mencari wajah Allah (5:15)? Kesesakan dan keter-pojokan yang disebabkan tindakan Tuhan akhirnya PASTI mendatang-kan kebaikan. Keadaan terpojok—atau tidak ada jalan keluar lagi—biasanya akan membuat kita berbalik kepada Tuhan. Mengapa? Karena manusia umumnya cenderung berpikir pragmatis, artinya melakukan apa saja yang membuat berhasil atau menguntungkan atau mendatangkan kenyamanan. Namun, pola pikir pragmatis bisa berbahaya karena sering berakar pada kesementaraan dan kepura-puraan (6:4). “Asal saya bebas dari situasi sulit, saya bersedia melakukan apa saja”. Pola pikir “Asal saya ...” ini berbahaya. Saat situasi berubah, segala yang perlu untuk disesuaikan agar bebas dari masalah juga berubah. Bila ada kelegaan yang lebih besar, pasti akan ada penyesuaian. Apakah pola pikir tersebut sepenuhnya salah? Tentu tidak, sepanjang pola pikir itu didasarkan pada komitmen yang teguh dan kasih kepada Tuhan, bukan untuk meman-faatkan atau memanipulasi. Anehnya, meskipun Tuhan tahu bahwa diri-Nya kerap kali dimanfaatkan dan dimanipulasi, namun Dia tetap penya-yang, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia-Nya. Tidakkah lumrah jika Ia pertama-tama ingin agar kita mengasihi Dia dan HANYA setia kepada-Nya? Tidakkah lumrah jika Ia ingin kita mengenal Dia semakin dalam (6:6)? Tuhan tahu bahwa kasih dan pengenalan akan Allah akan menjaga agar jalan kita tetap benar di hadapan-Nya! [MN]