Penghiburan Ekstra

Mazmur 41

Bacaan Alkitab hari ini menceritakan kondisi Daud yang sedang lemah, sakit, dan tertekan karena perlawanan dari musuh-musuhnya. Namun, ia tetap bertahan. Pertanyaannya, bagaimana cara Tuhan memberi penghiburan ekstra kepada Daud? Apa yang dapat kita pelajari dari mazmur Daud tersebut?

Pertama, Daud mendapat penghiburan dari Tuhan melalui teman-temannya. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah bahwa ketika teman-temannya datang untuk menunjukkan simpati dan perhatian, Daud menganggap teman-temannya sebagai alat yang dipakai Tuhan. Oleh karena itu, Daud mengucapkan kalimat berkat, “Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah” (41:2). Kata dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan menjadi “berbahagialah” lebih tepat bila diterjemahkan menjadi “diberkatilah”. Daud memohon agar Tuhan membalas perhatian teman-temannya dengan menghindarkan mereka dari kecelakaan (41:2), melindungi mereka dari musuh (41:3), serta menyembuhkan mereka saat mereka sakit (41:4).

Kedua, Daud mendapatkan penghiburan dari Tuhan melalui perkenan-Nya. Saat itu, Daud mendapat perhatian dan penerimaan dari teman-temannya. Namun, ia tetap mengharapkan pertolongan Tuhan. Dengan kerendahan hati, Daud berkata, “Tuhan, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!” (41:5b). Daud tetap menyerahkan perkaranya kepada Tuhan tanpa meragukan bahwa Tuhan akan membenarkannya dan berkenan kepadanya (41:11-13). Perkenan Tuhan ini yang menjadi penghiburan ekstra bagi Daud, meskipun ia menerima perlakuan yang buruk dari musuh-musuhnya (41:6-9). Bahkan Daud menyebut ada sahabat karibnya yang dipercaya tetapi justru berkhianat terhadap dirinya (41:10).

Melalui doa permohonan Daud, kita dapat menarik pelajaran bahwa perkenan Tuhan harus menjadi lebih utama daripada hal yang lain. Jikalau tidak, kita akan mudah sekali merasa kecewa. Perhatian dari sahabat, teman, bahkan keluarga merupakan salah satu cara Tuhan menyatakan kasih dan berkat-Nya. Mazmur ini ditutup oleh Daud dengan puji-pujian kepada Tuhan (41:14). Hal ini menunjukkan bahwa dari awal hingga akhir perikop ini, fokus Daud bukan kepada manusia ataupun pergumulannya, namun kepada Tuhan. [JP]

Kuasa Pengampunan

Mazmur 40

Dalam Mazmur 40, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya yang pernah jatuh dalam dosa. Pemazmur menggambarkan dirinya sebagai terjerumus ke dalam lumpur rawa, sehingga ia tidak bisa menolong dirinya sendiri dan memerlukan bantuan orang yang berada di tanah yang stabil. Dalam kehancurannya, pemazmur sungguh-sungguh menanti pengampunan Tuhan. Pertolongan Tuhan membuat pemazmur bisa bangkit dan memiliki pengharapan yang kuat di dalam Tuhan.

Mengapa pemazmur sangat menantikan pengampunan Tuhan? Pertama, pemazmur menyadari dosanya. Bagi dia, kuasa dosa itu sangat mengerikan. Mula-mula, dosa itu terasa nikmat, tetapi ujungnya adalah maut—perhatikan kata “kebinasaan” dalam 40:3. Pemazmur berjuang untuk melepaskan diri dari belenggu dosa dengan mempersembahkan korban sembelihan dan korban sajian (40:7), namun ia justru makin tenggelam dalam dosa. Kedua, pemazmur menyadari bahwa ada anugerah Tuhan yang besar bagi dirinya. Ia sadar bahwa hanya dengan pertolongan Tuhan saja, ia dapat diselamatkan. Perbuatan-Nya ajaib, tidak tertandingi, bahkan terlalu besar untuk dihitung (40:6).

Setelah menerima anugerah pengampunan dari Tuhan, pemazmur tidak dapat menahan bibirnya untuk memberitakan keadilan, kesetiaan, keselamatan, kasih, dan kebenaran Tuhan kepada mereka yang belum mengenal Dia (40:10-11). Selain itu, pemazmur semakin berpengharapan dalam Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan mengasihi dirinya, setia menjaga hidupnya, dan melindungi dia dari musuh-musuhnya (40:12-16). Jika kita menyadari besarnya pengampunan yang Allah berikan kepada kita, seharusnya kita terdorong untuk memberitakan kabar baik kepada sesama dan kita memegang pengharapan di dalam Tuhan.

Ada kaitan yang sangat erat antara menyadari keberdosaan diri dan mengalami anugerah Allah yang besar serta menceritakan kebaikan Allah kepada sesama. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyadari bahwa dirinya adalah orang yang paling berdosa (1 Timotius 1:15). Ia menyadari kasih Allah yang sangat luas tidak dapat dihitung (Efesus 3:18). Oleh karena itu, ia merasa berhutang injil kepada sesama (Roma 1:14-15). Kesadaran akan keberdosaan diri hendaknya membuat kita—seperti Rasul Paulus dan pemazmur—semakin menyadari anugerah Allah yang besar dan semakin giat memberitakan injil keselamatan. [JP]

Saat Anda Disakiti

Mazmur 39

Sebagian orang percaya bereaksi keras ketika menghadapi tekanan dari pihak orang-orang jahat. Misalnya, ia bisa menjadi mudah marah dan berlaku kasar terhadap sesamanya. Akan tetapi, ia bisa pula memilih untuk diam. Reaksi yang kedua ini juga bisa menimbulkan efek negatif karena orang yang memendam perasaannya bisa menjadi stres, dan stres yang berkepanjangan bisa berkembang menjadi depresi, yaitu gangguan jiwa yang disebabkan oleh perasaan tertekan terus-menerus. Kedua macam reaksi ini merupakan dilema atau pilihan yang serba salah bagi orang percaya.

Dilema seperti itu juga dialami oleh Daud. Tampaknya, Daud adalah tipe orang yang senang menyimpan perasaan. Kondisi ini disebabkan oleh orang-orang jahat yang selalu menekan hidupnya. Semula, Daud ingin tutup mulut sebagai jalan "paling aman". Dengan bersikap diam, Daud mengekang lidahnya sehingga ia tidak melakukan dosa dengan perkataannya. Dengan bersikap diam, Daud tidak memberi kesempatan kepada orang fasik untuk menyerang dia. Di luar dugaan, Daud menjadi sangat tertekan dan frustrasi. Dalam keadaan seperti itu, Daud memilih jalan keluar melalui membicarakan permasalahannya dengan Allah. Pertama, Daud menceritakan kondisinya dan emosinya yang sebenarnya kepada Tuhan (39:2-4). Kedua, Daud menyadari kerapuhan dirinya (39:5-7). Ketiga, Daud menyadari keberdosaannya (39:8-14). Mazmur tersebut seperti tidak memberi jawaban yang melegakan. Namun, dengan melakukan ketiga hal tersebut Daud memperoleh kekuatan yang besar. Itulah sebabnya, Daud bisa berkata, “Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap.” (39:8).

Barangkali pergumulan Daud serupa dengan pergumulan kita saat ini. Tekanan hidup seperti semakin besar. Perlakuan orang lain yang membenci dan menyudutkan kita mungkin terasa semakin berat, seolah-olah tidak ada jalan keluar. Bila kita menghadapi situasi seperti itu, bicarakanlah permasalahan kita dengan Tuhan. Ceritakanlah perasaan dan kondisi kita saat ini. Sadarilah bahwa kita bukan siapa-siapa. Kita hanyalah manusia yang rapuh, bahkan penuh dosa. Akuilah segala dosa dan pelanggaran kita dengan jujur. Pengakuan itu akan membuat kita mendapat penghiburan dan pengharapan yang baru dari Tuhan. [JP]

Saat Anda Sakit

Mazmur 38

Biasanya, saat seseorang sakit, ia akan mencari obat yang mujarab atau dokter yang berpengalaman. Bila tak kunjung sembuh, barulah ia berharap dan memohon kepada Tuhan. Walaupun mencari solusi atas kesembuhan dari sakit yang dialami bukan sesuatu yang salah, anak-anak Allah seharusnya mengutamakan mencari pertolongan Tuhan.

Daud menulis Mazmur 38 saat berada dalam keadaan sakit. DIa tidak mencari kesembuhan dari para tabib yang hebat pada saat itu, namun ia justru mengaitkan sakitnya dengan perbuatan dosanya kepada Tuhan. Ia sadar benar bahwa ia telah menyulut kemarahan Allah terhadap dirinya (38:2-6). Dia menguraikan bagaimana penyakit itu menyerang tubuhnya (38:7-11). Penyakit yang dideritanya itu membuat sahabat-sahabatnya meninggalkan dia dan musuh-musuhnya beria-ria saat melihat dia menderita (38:12-21). Jelas bahwa tidak semua penyakit disebabkan karena dosa. Ada penyakit yang diizinkan muncul oleh Tuhan untuk menguji iman, misalnya Ayub yang mengalami sakit kulit yang membuat seluruh tubuhnya berbau busuk. Ada pula orang yang terlahir buta agar Tuhan bisa menyatakan pekerjaan-Nya (Yohanes 9:3).

Bagaimana cara untuk tetap mengutamakan Tuhan saat kita sakit? Pertama, bertanyalah dengan tulus kepada Tuhan, “Apakah penyakit itu disebabkan oleh dosa? Jika ya, datanglah dengan rendah hati kepada Tuhan untuk memohon pengampunan-Nya. Akuilah dengan jujur segala dosa dan pelanggaran kita dan mohonlah pengampunan dari Tuhan. Tuhan yang Mahasabar dan penyayang senantiasa bersedia mendengar permohonan kita, dan Ia akan menyucikan serta memulihkan keadaan kita. Setelah memohon pengampunan-Nya, mintalah agar Tuhan menganugerahkan kesembuhan. Belas kasihan-Nya pasti akan membuat Ia tidak membiarkan anak-anak-Nya menderita.

Kedua, jikalau penyakit yang kita derita bukan disebabkan oleh masalah dosa, Tuhan pasti ingin menyatakan pekerjaan-Nya melalui penyakit yang diderita oleh orang percaya. Oleh sebab itu, mintalah hikmat untuk memahami segala rencana-Nya. Jangan berkeluh kesah, melainkan tetaplah bersyukur dan bersukacita. Pusatkanlah perhatian Anda terhadap apa yang Tuhan ingin untuk kita kerjakan. Ingatlah bahwa Tuhan bisa menggunakan penyakit itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Roma 8:28). [JP]

Saat Anda Bimbang

Mazmur 37

Bermain Teka-teki Silang selalu membuat penasaran. Permainan itu memiliki beberapa kotak vertikal dan horizontal. Jika satu jawaban salah, maka jawaban yang lain akan sulit ditemukan, bahkan akan terjadi kekacauan. Oleh karena itu, kita perlu mengisi tiap jawaban dengan benar karena semua jawaban saling terkait. Bila seluruh jawaban telah terisi, rasa penasaran akan terganti dengan perasaan puas dan bahagia.

Dalam Mazmur 37, pemazmur menguraikan bahwa kehidupannya penuh dengan teka-teki yang belum terjawab. Hal ini membuat orang-orang benar merasa penasaran. Tampaknya, orang fasik mendapat keuntungan dan orang benar mengalami kerugian. Akibatnya, orang benar sering merasa diperlakukan tidak adil serta menjadi iri, lalu marah terhadap orang fasik (37:1,7,8). Oleh karena itu, pemazmur menyelidiki teka-teki kehidupan itu, lalu ia menarik kesimpulan bahwa orang benar tidak pernah ditinggalkan oleh Allah (37:25). Kesimpulan itu seharusnya mewarnai pandangan orang benar terhadap Allah serta terhadap sesama, termasuk terhadap orang fasik.

Dalam hal relasi vertikal—yaitu relasi orang benar dengan Allah—kita harus menjadikan Allah sebagai tumpuan harapan (37:3) serta sumber kesukaan hati (37:4). Selain itu, kita harus meyakini bahwa merupakan hal yang mudah bagi Allah untuk membereskan segala perkara yang kita hadapi, termasuk masalah yang paling rumit (37:5-6).

Dalam hal relasi horizontal—yaitu relasi orang benar dengan sesama—berlaku adil dan bermurah hati harus menjadi identitas kita(37:21). Kemudian, kita harus meninggalkan dosa serta melakukan hal yang baik (37:27). Selain itu, perkataan kita harus bersifat membangun sesama manusia dan memuliakan Allah (37:30).

Pada akhirnya, Tuhan menjawab rasa penasaran orang benar dengan menunjukkan keadilan-Nya, yaitu dengan menghukum orang fasik serta menjanjikan hadiah bagi orang benar. Kebinasaan akhir dari para pendosa akan menjadi tontonan bagi orang benar, sebagaimana orang benar itu terkadang dijadikan tontonan oleh dunia ini (37:34). Tuhan Allah akan memberikan hadiah keselamatan bagi orang benar (37:39-40). Keselamatan itu bukan hanya sekadar berarti memberikan perlindungan, melainkan juga berarti membuat orang benar merasa bahagia. [JP]

Cara Kerja Allah Tak Terduga!

Yesaya 66

Umat Allah sejak zaman Perjanjian Lama telah sering salah sangka! Mereka berpikir bahwa setelah mereka membangun rumah Tuhan dan memberi persembahan, Tuhan pasti akan berkenan terhadap diri mereka. Pemikiran tersebut salah! “Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?” (66:1). Bila Allah berkenan untuk berdiam dalam rumah yang dibangun oleh umat-Nya, hal itu merupakan anugerah Allah, bukan jasa kepada Allah. Bila umat Israel dan Yehuda diwajibkan memberikan persembahan korban kepada Allah, persembahan korban itu bukanlah pembayaran yang akan membuat Allah berkenan dan memberkati mereka! Sesungguhnya, yang paling Allah kehendaki adalah ketaatan dan kekudusan hidup, bukan persembahan. Persembahan tanpa disertai ketaatan terhadap firman Allah tidak akan disukai oleh Allah! (66:3-4). Allah justru memandang—untuk memberi penghiburan, tanda bahwa Allah berkenan—kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Nya (66:2). Penghiburan dari Allah ini terwujud secara mendadak, “Sebelum menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum mengalami sakit beranak, ia sudah melahirkan anak laki-laki.” (66:7). Bagi bangsa Yehuda, penghiburan yang datang secara mendadak ini terwujud saat Allah menggerakkan Raja Media-Persia untuk membebaskan mereka dari perbudakan di Babel, dan selanjutnya mengizinkan mereka kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah. Nubuat ini juga terwujud saat Tuhan Yesus wafat di kayu salib dan kemudian—dalam waktu relatif singkat—sudah ada tiga ribu orang yang menjadi percaya di Yerusalem. Cara kerja Allah ini tak terduga!

Bagi kita saat ini, wabah Covid-19 datang secara mendadak. Akan tetapi, kita juga bisa meyakini bahwa Allah sanggup mengubah keadaan secara mendadak, di luar perhitungan manusiawi. Bukankah perubahan situasi politik di Indonesia pun sering kali bersifat mendadak dan tidak terduga? Bagi seorang beriman, kita perlu sadar bahwa tuntutan Allah yang tidak bisa ditawar adalah ketaatan terhadap kehendak-Nya! Tanggung jawab kita adalah menaati kehendak Allah dan bersandar kepada-Nya. Allah sanggup mengubah keadaan secara tak terduga. Apakah Anda sedang hidup menaati kehendak Allah? [P]

Pemulihan Total

Yesaya 65

Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih dan mengkhususkan bangsa Israel untuk menjadi umat kepunyaan-Nya sendiri. Akan tetapi, bangsa Israel tidak menyambut uluran tangan Allah itu dengan tangan terbuka. Mereka berulang kali memberontak dan mengambil jalannya sendiri (65:2). Mereka menyakiti hati Allah dengan menyembah serta mempersembahkan korban kepada dewa-dewa asing seperti kebiasaan bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka. Kelakuan mereka itu telah membuat mereka menjadi najis, tetapi mereka tidak sadar. Itulah sebabnya, mereka menerima hukuman Allah (65:3-7). Sekalipun demikian, Allah memelihara mereka yang belum tercemar oleh dosa penyembahan berhala (65:8). Oleh karena itu, umat Allah akan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang jahat—karena telah mengabaikan panggilan dan perintah Allah, bahkan meninggalkan Allah—serta kelompok sisa yang disebut sebagai hamba-hamba Allah atau orang-orang pilihan Allah. Kelompok yang jahat akan mengalami kelaparan, kehausan, perasaan malu, kesedihan, dan patah semangat, sedangkan orang-orang pilihan Allah akan mengalami kelimpahan, sukacita, dan kegembiraan yang akan membuat semua kesusahan di masa lampau terlupakan (65:12-16),

Janji kepada umat pilihan Allah ini memuncak pada janji tentang langit dan bumi yang baru (65:17). Apakah Anda yakin bahwa Anda termasuk umat pilihan Allah yang kelak akan mewarisi langit baru dan bumi baru? Janji tentang langit dan bumi yang baru ini bukan sekadar kembali dari tempat pembuangan di Babel ke Tanah Perjanjian, melainkan suatu pemulihan total yang terjadi di akhir zaman. Saat pemulihan itu terjadi, tidak ada lagi tangisan dan kesakitan sama sekali. Pemulihan total itu merupakan kehidupan yang penuh kebahagiaan, keharmonisan, dan kedamaian. Keharmonisan di sini bukan hanya menyangkut masalah hubungan antar manusia, tetapi juga menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan hewan (65:17-25). Apakah wabah yang terjadi saat ini di seluruh dunia membuat Anda mengalami kehidupan yang terasa berat? Ingatlah bahwa tekanan dalam kehidupan itu dialami oleh semua orang. Akan tetapi, bila Anda bersandar kepada Tuhan, pemulihan total di masa depan adalah pengharapan yang merupakan sumber kekuatan! [P]

Perbuatan Kasih Setia TUHAN

Yesaya 63:7-64:12

Mengingat perbuatan kasih setia Tuhan di masa lampau akan sangat membesarkan hati saat kita berada dalam keadaan putus asa. Perbuatan Tuhan itu selalu dilandasi oleh kasih sayang-Nya dan kasih setia-Nya (63:7). Untuk menyelamatkan umat-Nya, Allah tidak mengirim utusan, melainkan Ia sendirilah yang datang menyelamatkan (63:9). Pada zaman Musa, Allah telah membuat umat-Nya bisa menyeberangi laut seperti menyeberangi daratan (63:11-14; Keluaran 14:21). Relasi antara Allah dengan umat-Nya itu bagaikan hubungan Bapa dengan anak (Yesaya 63:16). Relasi itulah yang telah melandasi keluhan umat Yehuda tentang Bait Suci yang telah runtuh dan terhina (63:18; 64:11). Ada dua hal yang penting untuk diperhatikan menyangkut relasi antara Allah dengan umat-Nya ini: Pertama, kita harus selalu mengingat Allah adalah Bapa yang baik yang selalu menginginkan kebaikan bagi umat-Nya, sehingga hukuman pun selalu diberikan dengan maksud baik, yaitu untuk membentuk diri kita agar menjadi sesuai dengan rencana-Nya (64:8). Kedua, kita harus senantiasa menyadari ketidaklayakan diri kita di hadapan Allah yang disebabkan oleh dosa (64:6).

Nubuat Nabi Yesaya yang kita baca dalam bacaan Alkitab hari ini merupakan petunjuk bagi kita saat kita menghadapi situasi sulit seperti pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi sekarang. Ketidakberdayaan bangsa Yehuda untuk melepaskan diri mereka dari pembuangan dengan kekuatan diri sendiri serupa dengan ketidakberdayaan kita dalam menghadapi Covid-19. Tidak ada seorang pun—walaupun dia jenius dan kaya—yang bisa memastikan bahwa dia pasti bisa lolos dari bahaya pandemi ini. Kita perlu meyakini bahwa kasih sayang Allah terhadap diri kita itu melebihi kasih sayang orang tua kita sendiri. Walaupun orang tua kita menyayangi kita, kemampuan mereka untuk menjaga diri kita amat terbatas. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu mengingat bahwa Allah sanggup melepaskan kita dari bahaya apa pun. Niat baik Allah tidak perlu diragukan! Kita juga perlu menyadari bahwa kesucian Allah itu membuat Dia menuntut agar kita menjauhi dosa. Saat Anda merasa tidak berdaya, apakah Anda telah membiasakan diri untuk melakukan introspeksi diri dan memperbaiki diri? Apakah Anda masih mengingat perbuatan-perbuatan besar Allah dalam kehidupan Anda? Apakah Anda telah menyerahkan semua kekuatiran Anda kepada Allah? [P]

Penghukuman bagi Musuh Umat Allah

Yesaya 63:1-6

Bangsa Edom adalah musuh bebuyutan bangsa Israel. Bangsa Edom adalah keturunan Esau, sedangkan bangsa Israel adalah keturunan Yakub. Sejak mereka berdua—Esau dan Yakub—masih berada dalam kandungan, mereka berdua telah saling bertolak-tolakan. Allah memberi penjelasan bahwa keturunan mereka akan saling bermusuhan (Kejadian 25:22-23). Selain ada berbagai pertempuran antara bangsa Edom dan bangsa Israel, ada pula seorang Edom yang menjadi sumber masalah bagi bangsa Israel, yaitu Doeg yang telah mengakibatkan kematian para imam di Nob (1 Samuel 21-22). Dalam Perjanjian Baru, terdapat pula keluarga tokoh jahat yang merupakan keturunan Edom, yaitu Herodes. Sekalipun bangsa Israel dan bangsa Edom saling bermusuhan secara turun-temurun, hubungan persaudaraan antara Esau dan Yakub membuat Allah tidak segera memusnahkan Edom. Dalam bacaan Alkitab hari ini, munculnya Seorang Pahlawan yang berlumuran darah dari Bozra—ibu kota Edom—merupakan nubuat penghukuman bagi bangsa Edom. Akan tetapi, perhatikan bahwa penyebutan “Edom” itu beralih menjadi “bangsa-bangsa” dalam 63:3,6. Hal ini menunjukkan bahwa penyebutan “Edom” dalam 63:1 sebenarnya mewakili semua bangsa yang memusuhi umat Allah. Sang Pahlawan—yaitu Sang Mesias—akan menghukum semua bangsa yang memusuhi umat Allah, dan tindakan penghukuman itu akan dilakukan tanpa perlu bantuan siapa pun (63:5). Umat Allah tidak perlu membantu Allah!

Sepanjang sejarah, umat Allah di seluruh dunia sangat sering menjadi pihak yang ditindas. Walaupun ada masa tertentu saat umat Allah berkuasa dan menjadi penindas, tetapi masa seperti itu umumnya berlangsung singkat. Yang lebih umum terjadi adalah bahwa umat Allah berada dalam posisi tertindas. Keadaan tertindas itu membuat cukup banyak orang Kristen yang “melupakan misi untuk menjadi berkat bagi segala bangsa” serta “melupakan perintah untuk membalas kejahatan dengan kebaikan”. Seharusnya, kita menyerahkan pembalasan dan penghukuman kepada Allah. Allah akan melakukan pembalasan bagi kita dan kita hanya menonton tindakan penghukuman Allah itu. Apakah Anda meyakini bahwa Allah akan menghukum orang atau bangsa yang memusuhi umat Allah? Apakah Anda tetap setia melakukan kehendak Allah dalam situasi buruk yang Anda hadapi saat ini? [P]

Pemulihan Seutuhnya

Yesaya 62

Pengharapan yang dikemukakan pada bacaan Alkitab hari ini adalah pengharapan tentang pemulihan. Bagi bangsa Yehuda yang berada dalam pembuangan, pemulihan ini bukan hanya menyangkut kembalinya mereka dari pembuangan, melainkan juga menyangkut pulihnya kondisi kota Yerusalem sebagai pusat peribadatan yang termasyhur. Dalam hal ini, umat Yehuda harus terus berdoa syafaat agar TUHAN mengingat umat-Nya (62:6). Akan tetapi, penggenapan lengkap dari nubuat dalam pasal ini juga menunjuk kepada akhir zaman, saat keselamatan umat Tuhan sudah digenapi seutuhnya, yang terjadi saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya (bandingkan 62:11 dengan 40:10 dan Wahyu 22:12). Bangsa Yehuda sudah kembali dari pembuangan, tetapi kemakmuran dan kejayaan Yerusalem masih menjadi pengharapan yang belum terwujud, bahkan Yerusalem masih merupakan pusat konflik yang secara manusiawi tidak mungkin berakhir. Umat Tuhan masih menantikan hadirnya Yerusalem Baru yang akan turun dari sorga (Wahyu 21:2). Yerusalem baru itu bukan sekadar merupakan warisan bagi umat Yehuda, melainkan bagi Israel yang baru, yaitu seluruh umat Tuhan dari segala bangsa dan dari segala tempat yang bersatu di dalam Kristus.

Pengharapan terhadap hadirnya Yerusalem baru itu seharusnya bukan hanya merupakan pengharapan umat Israel secara daging, tetapi pengharapan Israel Baru atau pengharapan seluruh umat Tuhan dari seluruh dunia di sepanjang masa, termasuk pengharapan kita juga. Pengharapan itu harus dinantikan bukan dengan berpangku tangan, melainkan dengan ketekunan menaikkan doa syafaat dan ketekunan untuk melaksanakan tugas memberitakan Injil. Situasi pandemi yang kita hadapi saat ini bukanlah saat untuk bersembunyi agar terhindar dari bahaya, melainkan harus menjadi saat untuk menjadi saksi secara kreatif sambil menanti saatnya Kerajaan Allah hadir secara utuh di bumi. Sama seperti bangsa Israel harus menempatkan para pengintai di atas tembok kota Yerusalem (62:6), demikian pula kita harus bersiap-siap memakai seluruh perlengkapan senjata rohani untuk melaksanakan kehendak Allah dan melawan seluruh tipu muslihat Iblis (Efesus 6:11-18). Apakah pengharapan umat Tuhan secara utuh telah menjadi pengharapan Anda juga? Apakah Anda ikut bertekun dalam doa syafaat untuk memastikan agar kehendak Allah segera terlaksana di bumi ini? [P]