Yesaya 63:7-64:12
Mengingat perbuatan kasih setia Tuhan di masa lampau akan sangat membesarkan hati saat kita berada dalam keadaan putus asa. Perbuatan Tuhan itu selalu dilandasi oleh kasih sayang-Nya dan kasih setia-Nya (63:7). Untuk menyelamatkan umat-Nya, Allah tidak mengirim utusan, melainkan Ia sendirilah yang datang menyelamatkan (63:9). Pada zaman Musa, Allah telah membuat umat-Nya bisa menyeberangi laut seperti menyeberangi daratan (63:11-14; Keluaran 14:21). Relasi antara Allah dengan umat-Nya itu bagaikan hubungan Bapa dengan anak (Yesaya 63:16). Relasi itulah yang telah melandasi keluhan umat Yehuda tentang Bait Suci yang telah runtuh dan terhina (63:18; 64:11). Ada dua hal yang penting untuk diperhatikan menyangkut relasi antara Allah dengan umat-Nya ini: Pertama, kita harus selalu mengingat Allah adalah Bapa yang baik yang selalu menginginkan kebaikan bagi umat-Nya, sehingga hukuman pun selalu diberikan dengan maksud baik, yaitu untuk membentuk diri kita agar menjadi sesuai dengan rencana-Nya (64:8). Kedua, kita harus senantiasa menyadari ketidaklayakan diri kita di hadapan Allah yang disebabkan oleh dosa (64:6).
Nubuat Nabi Yesaya yang kita baca dalam bacaan Alkitab hari ini merupakan petunjuk bagi kita saat kita menghadapi situasi sulit seperti pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi sekarang. Ketidakberdayaan bangsa Yehuda untuk melepaskan diri mereka dari pembuangan dengan kekuatan diri sendiri serupa dengan ketidakberdayaan kita dalam menghadapi Covid-19. Tidak ada seorang pun—walaupun dia jenius dan kaya—yang bisa memastikan bahwa dia pasti bisa lolos dari bahaya pandemi ini. Kita perlu meyakini bahwa kasih sayang Allah terhadap diri kita itu melebihi kasih sayang orang tua kita sendiri. Walaupun orang tua kita menyayangi kita, kemampuan mereka untuk menjaga diri kita amat terbatas. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu mengingat bahwa Allah sanggup melepaskan kita dari bahaya apa pun. Niat baik Allah tidak perlu diragukan! Kita juga perlu menyadari bahwa kesucian Allah itu membuat Dia menuntut agar kita menjauhi dosa. Saat Anda merasa tidak berdaya, apakah Anda telah membiasakan diri untuk melakukan introspeksi diri dan memperbaiki diri? Apakah Anda masih mengingat perbuatan-perbuatan besar Allah dalam kehidupan Anda? Apakah Anda telah menyerahkan semua kekuatiran Anda kepada Allah? [P]