Memercayai Allah

Yesaya 26

Memercayai Allah adalah salah satu tuntutan Allah yang terpenting. Dalam sejarah bangsa Israel, jelas bahwa Allah menuntut agar umat-Nya memercayai Dia dan tidak mencari perlindungan pada bangsa lain. Allah cemburu, bahkan murka, bila umat-Nya menyembah ilah lain. Kita harus meyakini bahwa kita akan aman bila kita berlindung kepada-Nya. Bagi umat Tuhan pada masa Perjanjian Lama, keselamatan yang dijanjikan Tuhan masih tampak samar-samar. Mereka terutama hanya bisa memahami keselamatan secara fisik berupa keamanan dari serangan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, keselamatan sering dipandang sebagai tembok dan benteng (26:1) atau gunung batu (26:4) yang melindungi saat terjadi peperangan. Bagi kita saat ini, sangat jelas bahwa keselamatan yang disediakan Allah itu terutama menyangkut keselamatan jiwa. Bila umat Allah dalam Perjanjian Lama hanya melihat keselamatan dalam aspek masa kini, kita meyakini aspek masa kini maupun masa depan. Kita meyakini bahwa Allah memelihara, menjaga, dan mencukupi kebutuhan kita pada masa kini, tetapi kita juga meyakini bahwa Allah sudah memberikan hidup kekal—yaitu kehidupan yang ti-dak dibatasi oleh kematian tubuh—bagi setiap orang yang mau bertobat melalui kesediaan meninggalkan dosa dan memercayai penebusan oleh Yesus Kristus.

Di satu sisi, umat Tuhan yang memercayai Allah akan memiliki damai sejahtera dalam hati (26:3, 12). Damai sejahtera ini muncul karena kita tidak merasa takut saat menghadapi orang-orang yang berniat jahat terhadap diri kita. Damai sejahtera ini juga muncul karena kita meyakini bahwa Tuhan akan menghakimi dan menghukum orang yang jahat dan yang berlaku curang terhadap diri kita (26:5-11, 21). Di sisi lain, sejarah bangsa Israel memperlihatkan bahwa saat kita memercayai Allah, Allah pasti melindungi dan memelihara kita, sehingga kita bisa merasa aman dan tidak perlu merasa kuatir. Marilah kita memeriksa diri kita masing-masing: Apakah selama ini, Anda sungguh-sungguh memer-cayai Allah? Saat Anda merasa kuatir ketika mendengar berita tentang terjadinya tindak kejahatan, bencana alam, wabah penyakit, dan seba-gainya, apakah Anda mencari Allah untuk memohon perlindungan? Saat penghasilan Anda terasa tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup Anda, apakah Anda mencari pertolongan Allah? [P]

Merespons Rancangan Allah

Yesaya 25

Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa pujian dan ucapan syukur dalam bacaan Alkitab hari ini diberikan sesudah penyampaian nubuat penghakiman terhadap bangsa-bangsa, termasuk penghukuman terhadap bangsa Asyur dan bangsa Babel yang dipakai Allah untuk menghukum umat Allah. Walaupun sebagian nubuat tersebut masih belum digenapi sampai saat Nabi Yesaya wafat, beliau meyakini bahwa rancangan Allah itu pasti terwujud karena Allah setia pada janji-Nya (25:1-2). Kita tidak mengerti jelas realisasi “bangsa yang kuat” dan kota bangsa-bangsa yang gagah” dalam 25:3. Mungkin hal ini berkaitan dengan realisasi nubuat bahwa Yerusalem akan menjadi pusat bagi bangsa-bangsa (2:2-5; bandingkan dengan 25:6-8). Sekalipun demikian, keyakinan bahwa rancangan Allah pasti terlaksana itulah yang membuat kita bisa meyakini bahwa Allah adalah tempat pengungsian dan tempat perlindungan bagi kita yang berlindung kepada-Nya. Perlu diperhatikan pula bahwa yang sangat ditentang Tuhan dari mereka yang memusuhi umat Tuhan adalah sikap sombong yang diwakili oleh sikap bangsa Moab yang selalu berusaha menjatuhkan umat Tuhan (25:4-5, 10-12).

Memercayai kepastian janji Allah adalah satu-satunya cara yang akan membuat kita bisa senantiasa memuji Allah dan bersyukur atas apa pun yang terjadi atas hidup kita. Bila kita hanya memperhatikan masa kini dan melupakan karya Allah di masa lampau serta tidak meyakini janji Allah untuk masa depan, kita akan sulit untuk selalu memuliakan Allah dan bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Ingatlah akan karya Allah dalam hidup kita di masa lalu agar kita bisa meyakini bahwa Allah itu baik dan rancangan-Nya tidak pernah salah. Yakinilah bahwa Allah itu memiliki rancangan yang baik bagi masa depan kita, sehingga kita bisa bersyukur atas apa pun yang Ia izinkan terjadi dalam hidup kita. Sampai saat ini, masih banyak orang Kristen yang mengalami diskriminasi dan penganiayaan. Kondisi semacam itu seharusnya tidak membuat kita protes atau menyalahkan Tuhan, tetapi membuat kita bersandar kepada-Nya dan berharap kepada penggenapan janji-janji-Nya. Apakah Anda selalu bersyukur atas segala sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup Anda? Apakah Anda meyakini bahwa Allah selalu memiliki maksud baik, termasuk melalui pandemi Covid-19 yang sedang kita alami saat ini? [P]

Memeriksa Diri Saat Terjadi Bencana

Yesaya 24

Saat membaca nubuat dalam Alkitab, sadarilah bahwa satu nubuat bisa digenapi dalam lebih dari satu peristiwa. Selain itu, realisasi atau penggenapan suatu nubuat baru bisa dipastikan setelah nubuat itu digenapi. Perhatikanlah sasaran suatu nubuat. Di Yesaya 13-23, nubuat penghakiman ditujukan pada bangsa-bangsa tertentu secara spesifik. Akan tetapi, nubuat di pasal 24-27 ditujukan kepada banyak bangsa, bukan hanya kepada bangsa tertentu saja. Selain itu, nubuatan para nabi pada umumnya bukan hanya berisi berita penghukuman, tetapi juga berisi berita anugerah Tuhan. Dalam bacaan Alkitab hari ini, 24:1-12, 16b-22 adalah berita penghukuman terhadap rakyat yang hidup dalam dosa (perhatikan 24:5). Akan tetapi, 24:13-16a, 23 adalah penghiburan dan sekaligus pujian terhadap keadilan serta kemuliaan Allah. Pada masa lampau, hukuman terhadap bangsa-bangsa yang berdosa itu dijatuhkan Tuhan antara lain melalui tangan bangsa Asyur dan bangsa Babel. Akan tetapi, bisa saja ada penggenapan yang lain pada masa selanjutnya. Merupakan sesuatu yang bersifat umum bila Tuhan menghukum dosa dan memberikan anugerah kepada mereka yang mau bertobat.

Apakah pandemi Covid-19 yang kita alami saat ini adalah bagian dari hukuman Allah? Bila kita mengingat bahwa dosa semakin merajalela di seluruh dunia dan terus-menerus berkembang sehingga menjadi makin beragam, makin aneh, dan makin keji, sedangkan umat Tuhan cenderung asyik dengan hal-hal yang menyenangkan diri sendiri serta mengabaikan tanggung jawab yang telah diberikan Tuhan, bisa saja kita memandang pandemi ini sebagai teguran Allah agar kita kembali memperhatikan dan melaksanakan kehendak Allah atas kehidupan kita. Bila kita memperhatikan sejarah bangsa Israel, kita akan menyaksikan kenyataan yang menyedihkan, yaitu bahwa mereka tidak peka saat merespons hukuman Allah. Allah berulang kali menjatuhkan hukuman untuk menyadarkan mereka, tetapi bangsa Israel terus bersikap keras kepala dan berulang-ulang jatuh ke dalam dosa. Kita tidak perlu memastikan apakah pandemi ini merupakan hukuman Allah atau bukan. Akan tetapi, adalah sangat bijaksana bila kita senantiasa memeriksa cara hidup kita untuk kita sesuaikan dengan kehendak Allah. Apakah Anda sungguh-sungguh telah berusaha hidup menjauhi dosa? Apakah hidup Anda telah sesuai dengan kehendak Allah? [P]

Bahaya Kesombongan

Yesaya 23

Tirus adalah kota pelabuhan yang merupakan pusat perdagangan di daerah Fenisia, yaitu daerah sebelah Utara Israel. Semula, Tirus termasuk wilayah Sidon. Akan tetapi, Tirus cepat berkembang dan selanjutnya menjadi lebih maju dari Sidon, sehingga Sidon menjadi pusat perdagangan kedua setelah Tirus. Sebagai pusat perdagangan, kedua kota itu amat kaya. Kapal-kapal Tarsis adalah kapal-kapal dagang yang besar. Sebagai kota pelabuhan, jelas bahwa keberhasilan perdagangan di kota Tirus berkaitan dengan usaha perkapalan. Sihor adalah cabang sungai Nil. Gandum dari daerah di seputar sungai Sihor adalah salah satu produk penting yang diperdagangkan di Sidon dan Tirus. Kota Tirus disebut pernah “menghadiahkan mahkota” (23:8). Tampaknya ungkapan tersebut menunjukkan bahwa para saudagar Tirus yang sukses dihormati seperti seorang pembesar. Sekalipun kota Tirus adalah kota berkubu, yaitu kota yang pertahanannya kuat, penduduk kota Tirus tidak senang berperang. Mereka lebih mengutamakan usaha perdagangan daripada perluasan wilayah, bahkan mereka cenderung bersikap bersahabat dengan daerah atau bangsa lain, termasuk dengan Israel. Sayangnya, kesuksesan dalam perdagangan itu disertai cara dagang yang curang dan diikuti oleh kehidupan yang amoral.

Bila bangsa Asyur dan bangsa Babel menjadi sombong karena mereka berkuasa secara militer, penduduk kota Tirus dan Sidon menjadi sombong karena mereka berkuasa secara ekonomi. Kesombongan membuat mereka tidak lepas dari hukuman Allah. Kehancuran Tirus yang dinubuatkan dalam pasal ini jelas mempengaruhi bangsa-bangsa atau daerah-daerah yang berdagang dengan mereka. Kehancuran kota Tirus berlangsung selama 70 tahun (23:15-17). Akan tetapi, realisasi nubuat itu tidak dicatat dalam Alkitab sehingga kita tidak bisa memahami secara jelas. Bagi kita saat ini, kisah penghukuman Allah terhadap Tirus merupakan peringatan keras agar kita tidak menjadi sombong saat meraih kesuksesan. Kita pun juga harus senantiasa waspada agar tidak mengusahakan kesuksesan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Bila kita mencapai kesuksesan pun, kesuksesan itu seharusnya kita abdikan untuk kemuliaan Allah. Manakah yang lebih Anda utamakan: Melaksanakan kehendak Allah atau mencari kemuliaan bagi diri Anda sendiri? [P]

Menghadapi Penghakiman Allah

Yesaya 22

Pasal ini menubuatkan penghukuman terhadap bangsa Yehuda, dan secara khusus ditujukan kepada kota Yerusalem (22:10,21). Kota Yerusalem dikelilingi gunung-gunung (Mazmur 125:2). Di sebelah Timur Yerusalem terdapat Lembah Kidron, sedangkan di sebelah Barat dan Selatan terdapat Lembah Hinom. Mungkin, kondisi tersebut membuat Yerusalem disebut sebagai Lembah Penglihatan (Yesaya 22:1,5). Nubuat penghukuman ini tidak terwujud sekaligus, tetapi secara bertahap. Pada zaman Raja Ahas, Kerajaan Yehuda dimusuhi oleh Kerajaan Israel Utara dan Kerajaan Aram karena mereka menolak tawaran untuk berkoalisi melawan tentara Asyur. Raja Ahas tunduk dan membayar upeti kepada Raja Asyur, sehingga Kerajaan Yehuda tidak diserang, bahkan tentara Asyur menghancurkan Kerajaan Israel Utara dan Kerajaan Aram. Raja Hizkia, yang menganggap tuntutan Raja Asyur keterlaluan, akhirnya melawan. Akibatnya, Kerajaan Yehuda diserbu tentara Asyur. Penduduk dan para pemimpin lari dan bertahan di Yerusalem. Setelah Kerajaan Yehuda di bawah kepemimpinan Raja Hizkia benar–benar bergantung kepada Tuhan, Tuhan menolong dan tentara Asyur mundur. Penyerbuan Asyur membuat Kerajaan Yehuda porak-poranda, tetapi tidak sampai runtuh. Elam dan Kir (22:6) menunjuk kepada tentara yang datang dari tempat yang jauh. Kemungkinan mereka adalah tentara bayaran yang membantu tentara Babel. Sebutan “Aram” (22:6) tidak ada dalam sebagian besar terjemahan Alkitab bahasa Inggris sehingga “pasukan berkereta dan berkuda” tampaknya menunjuk kepada tentara Elam. Tentara Babel-lah yang akhirnya meruntuhkan Kerajaan Yehuda.

Sikap sebagian orang Yehuda terhadap peringatan Allah patut disesalkan. Walaupun hukuman Allah sudah pasti akan datang dan mereka tidak berdaya, ternyata mereka tidak mau bertobat. Mereka justru berkata, “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita akan mati”.(22:13; bandingkan dengan 22:2). Mereka tidak sadar bahwa mati tidak berarti masalah selesai karena sesudah kematian masih akan ada penghakiman Allah (Ibrani 9:27). Sesudah mati, setiap orang harus mempertanggungjawabkan sikap dan perbuatannya di hadapan Allah. Akan tetapi, kita tidak perlu kuatir karena tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus (Roma 8:1). Apakah Anda sudah berada di dalam Kristus? [P]

Sadarilah Keterbatasan Diri Anda!

Yesaya 21

Bangsa Babel (21:1-10), bangsa Edom (21:11-12), dan bangsa Arabia (21:13-17) yang tampak kuat pun tidak bisa lolos dari hukuman Tuhan. Babel adalah lambang kesombongan. Mereka merasa kuat, sehingga mereka tidak mewaspadai bahaya yang mengancam mereka. Tak mengherankan bila kehancuran mereka datang secepat datangnya angin puting beliung dan terjadi secara tiba-tiba seperti wanita hamil yang tiba-tiba merasa mulas dan ingin melahirkan (21:1-3). Penyerangan orang Elam dan Madai yang datangnya mendadak itu (21:2) terjadi saat Raja Belsyazar sedang berpesta. Kisah lebih terperinci bisa dibaca dalam Daniel 5. Di kitab Daniel, para penyerang disebut sebagai orang Media dan Persia (Daniel 5:28). Duma adalah kota yang ditempati orang Edom. Lokasi kediaman orang Edom sangat strategis untuk menahan serangan musuh, sehingga mereka merasa kuat dan aman. Kafilah orang Dedan, penduduk Tanah Tema, dan orang Kedar adalah bangsa Arabia keturunan Abraham dari Ketura yang diam di sebelah Timur Kanaan (Lihat Kejadian 25:1-6, 12). Mereka seperti benteng bagi Kerajaan Yehuda, yang menahan serbuan musuh dari arah Timur—seperti dari bangsa Asyur dan Babel—yang senang berperang untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka. Pada umumnya, orang Arabia ini bertubuh kuat dan tinggal di tenda-tenda. Terhadap bangsa-bangsa yang tampak kuat itu, datangnya bencana digambarkan sebagai “malam yang akan datang” (Yesaya 21:12) dan “kemulian Kedar yang akan habis” (21:16).

Banyak orang yang menganggap dirinya kuat dan berkuasa, lalu melakukan hal-hal di luar batas seperti melakukan kekerasan terhadap orang yang lebih lemah. Pada masa pandemi ini, orang yang merasa dirinya kuat banyak yang tidak memedulikan anjuran pemerintah untuk menjaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan, bahkan ada orang yang memaksa untuk menjumpai orang yang sudah jelas terpapar Covid-19. Tindakan yang tampak “hebat” atau dianggap menunjukkan “iman” itu sebenarnya adalah tindakan bodoh. Allah menetapkan hukum alam yang berlaku bagi setiap orang, termasuk bagi orang beriman. Orang beriman seharusnya hidup menaati Allah, bukan mengatur Allah. Bacaan Alkitab hari ini menegaskan bahwa bangsa yang kuat pun tidak bisa menghindar dari hukuman Allah! Apakah Anda sadar terhadap keterbatasan diri Anda di hadapan Allah [P]

Berharap kepada Allah Saja

Yesaya 19-20

Allah sering memakai bangsa-bangsa kafir untuk melaksanakan rencana-Nya dalam kehidupan umat-Nya. Menjelang terjadinya kelaparan di seluruh dunia pada zaman Yusuf, Allah memakai bangsa Mesir untuk memelihara seluruh keturunan Yakub. Akan tetapi, bangsa-bangsa kafir—termasuk Mesir—tidak boleh menjadi tumpuan harapan bagi umat Allah. Umat Allah seharusnya bergantung kepada Allah saja. Setelah Yusuf wafat, para penguasa Mesir selanjutnya—yang sudah tidak mengenal Yusuf—lalu menindas umat Israel, sehingga mereka hidup menderita sebagai budak orang Mesir. Dalam kondisi semacam itu, Allah mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Tanah Mesir, dan mereka dibawa ke Tanah Perjanjian, yaitu Tanah Kanaan. Sayang, bangsa Israel sering melupakan sejarah. Saat menghadapi masalah, mereka sering ingin kembali ke Mesir atau mencari pertolongan kepada bangsa Mesir. Sikap semacam itu tidak berkenan kepada Allah karena kembali ke Mesir berarti menentang tindakan Allah yang telah melepas-kan mereka dari perbudakan di Mesir.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Allah mengemukakan rancangan penghukuman-Nya kepada bangsa Mesir. Rancangan penghukuman ini menunjukkan bahwa Allah lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir (19:1). Bangsa Mesir akan mengalami perang saudara, bahkan mengalami penjajahan (19:2-4). Sungai Nil yang merupakan sumber kehidupan—membuat tanah di sekitar sungai menjadi subur—akan menjadi dangkal dan kering, sehingga membuat banyak tanaman mati dan transportasi sungai menjadi terganggu (19:5-10). Kondisi yang buruk itu masih ditambah dengan ketidakmampuan para pemimpin dalam menyelesaikan masalah (19:11-15). Tak mengherankan bila kondisi seperti itu mengakibatkan penderitaan seluruh rakyat Mesir (19:16-17). Sekalipun demikian, ternyata bahwa penderitaan itu menghasilkan pertobatan, bahkan berbuah perdamaian di antara Mesir, Asyur, dan Israel (19:18-25).

Umat Allah sepatutnya berharap kepada Allah saja. Mesir dan Etiopia akan ditaklukkan oleh Asyur (Yesaya 20) sehingga berharap kepada pertolongan mereka merupakan kesia-siaan. Asyur pun akan ditaklukkan oleh Babel dan Babel akan ditaklukkan oleh Media-Persia. Hanya Allah saja tempat perlindungan yang kokoh. Apakah Anda selalu berharap kepada pertolongan Allah, termasuk pada masa pandemi ini? [P]

Tawaran Koalisi yang Ditolak

Yesaya 18

Negeri dengingan sayap dalam 18:1 sulit untuk dipastikan. Mengingat bahwa di negara Etiopia terdapat banyak nyamuk, banyak orang meyakini bahwa negeri dengingan sayap itu adalah Etiopia. Akan tetapi, ada pula yang mengartikan dengingan sayap sebagai ungkapan yang menunjuk pada gerak para utusan yang melalui sungai-sungai dengan kecepatan secepat nyamuk berpindah tempat. Oleh karena itu, ungkapan “di seberang sungai-sungai Etiopia” (18:1) tidak harus berarti bahwa negara dengingan sayap itu adalah negara Etiopia yang terletak di sebelah Selatan Mesir, tetapi juga bisa berarti negara yang dilewati oleh sungai-sungai Etiopia. Ada yang berpendapat bahwa negeri dengingan sayap itu adalah Mesir. Pendapat ini didasari pemahaman bahwa penguasa Mesir pada masa itu adalah keturunan Etiopia. Akan tetapi, pendapat ini janggal karena sebutan “Mesir” dipakai langsung di berbagai tempat lain dalam nubuat Nabi Yesaya. Utusan atau duta yang diutus oleh negeri dengingan sayap itu mengajak bangsa Yehuda untuk berkoalisi melawan Kerajaan Asyur. Akan tetapi, bangsa Yehuda menolak tawaran itu, dan utusan itu disuruh untuk kembali. Walaupun tawaran koalisi dari negara yang ditakuti, kuat, ulet, dan lalim (18:2) akan bermanfaat saat negara berhadapan dengan musuh yang kuat, Allah menghendaki agar bangsa Yehuda hanya bergantung kepada Dia saja, tidak bergantung kepada bangsa atau negara lain. Pada waktunya, negeri dengingan sayap itu akan dikerat ranting-rantingnya dengan pisau pemangkas (18:4-6)—ungkapan ini menunjuk pada hukuman yang akan dijatuhkan Tuhan pada mereka. Yang mengesankan, penghukuman ini berakhir dengan pertobatan (18:7; bandingkan dengan 2:2-5).

Pada masa pandemi ini, setiap orang—termasuk orang Kristen—terancam bahaya kematian. Di satu sisi, orang Kristen wajib menaati anjuran dari pemerintah untuk memakai masker, menjaga jarak, menjaga kebersihan, serta mengusahakan imunitas (kekebalan) dengan memakan makanan bergizi. Di sisi lain, kita harus meyakini bahwa mati-hidup kita di tangan Tuhan. Kita tidak boleh hidup sembrono, tetapi kita pun tak perlu hidup dalam ketakutan sehingga menjadi egois, hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri. Dalam situasi apa pun, kita harus mengabdikan hidup kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. Apakah Anda pernah memikirkan kehendak Tuhan bagi diri Anda? [P]

Umat Tuhan yang Terbawa Arus

Yesaya 17

Koalisi antara Damsyik—ibu kota Kerajaan Aram—dengan Efraim —yaitu suku yang menonjol di Kerajaan Israel Utara—terbentuk karena mereka sama-sama memiliki kepentingan untuk menentang kekuasaan Kerajaan Asyur. Mereka memusuhi Yehuda—yaitu suku yang menonjol di Kerajaan Israel Selatan—yang tidak mau diajak berkoalisi menentang tentara Asyur, sehingga akhirnya mereka menuai hukuman Allah. Dalam pasal ini, rancangan hukuman terhadap Damsyik (17:1-2) langsung disusul dengan hukuman terhadap Israel Utara (17:3). Kerajaan Aram runtuh pada tahun 732 BC, sedangkan Kerajaan Israel Utara runtuh pada tahun 722 BC. Kedua kerajaan itu dihancurkan oleh tentara Asyur. Pengumuman penghukuman terhadap umat Allah dari Kerajaan Israel Utara yang dilakukan bersamaan dengan pengumuman penghukuman terhadap Kerajaan Asyur itu sangat menyedihkan dan memalukan. Dosa umat Israel dari Kerajaan Israel Utara sudah sangat keterlaluan sehingga mereka dianggap sama dengan bangsa kafir. Syukurlah bahwa Allah masih meninggalkan sisa (17:6). Sisa umat Israel akan menyadari kesalahannya (17:7-8). tetapi penyesalan itu sudah terlambat (17:9-11).

Hal yang serupa dengan apa yang dialami oleh bangsa Israel Utara itu bisa saja terjadi pada masa kini. Banyak orang Kristen yang tidak pernah mau menyediakan waktu untuk mengikuti pembinaan. Akibatnya, mereka kebingungan, bahkan kemudian meninggalkan imannya saat ada orang yang mempertanyakan iman mereka. Banyak pula keluarga Kristen yang tidak rela menyisihkan waktu untuk mengajarkan iman Kristen kepada anak-anak mereka. Akibatnya, anak-anak mereka mudah terpengaruh oleh teman-temannya atau oleh pengajaran yang menyesatkan, sehingga mereka meninggalkan iman yang dianut oleh orang tuanya. Menyedihkan sekali bila seseorang yang memiliki banyak kesempatan untuk bertumbuh dalam iman, ternyata kehilangan iman, bahkan menjadi seperti orang yang tidak beriman. Apakah selama ini, Anda terus bertumbuh dalam iman? Apakah Anda setia melakukan disiplin rohani seperti berdoa, membaca Alkitab, dan beribadah? Apakah kehidupan Anda membawa pengaruh positif terhadap kehidupan orang di sekitar Anda atau sebaliknya: Anda gampang terpengaruh oleh iman teman-teman Anda? [P]

Hukuman dan Anugerah dalam Kristus

Yesaya 15-16

Bangsa Moab adalah keturunan Lot—keponakan Abraham (Kejadian 12:5; 19:30-38). Saat bangsa Israel berada dalam perjalanan dari Tanah Mesir menuju Tanah Kanaan, pernah terjadi konflik hebat dengan bangsa Moab. (Bilangan 22-25). Balak, raja Moab, gagal meminta Bileam mengutuki bangsa Israel. Lalu, atas nasihat Bileam, Balak memerintahkan para wanita Moab merayu para pria Israel sehingga terjadi perzinahan dan praktik penyembahan berhala yang membangkitkan murka Tuhan serta mengakibatkan kematian 24.000 orang (Bilangan 25:1-9; 2 Petrus 2:15). Saat bangsa Israel menaklukkan Tanah Kanaan, Allah tidak menghendaki bangsa Israel merebut tanah milik bangsa Moab yang telah diwariskan oleh Allah kepada Lot (Ulangan 2:9). Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa bangsa Moab adalah sekutu bangsa Israel, bahkan bangsa Moab sering bertempur dengan bangsa Israel. Ada kalanya bangsa Moab diizinkan Allah menaklukkan bangsa Israel sebagai hukuman saat bangsa Israel jatuh dalam dosa. Dewa Kamos yang disembah oleh bangsa Moab juga sering menjadi sumber godaan yang membuat bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala. Sekalipun demikian, tidak boleh dilupakan bahwa Rut—yang masuk dalam silsilah Tuhan Yesus—adalah seorang wanita Moab.

Tidak mengherankan bila riwayat hubungan antara bangsa Moab dan bangsa Israel itu membuat nubuat hukuman kepada bangsa Moab cukup dahsyat. Walaupun nama-nama tempat yang disebut dalam nubuat penghukuman di Yesaya 15-16 tidak semua kita kenal secara jelas, banyaknya nama tempat yang disebut menunjukkan bahwa wilayah yang menderita karena serangan bangsa Asyur itu cukup luas. Uniknya, nubuat penghukuman kepada bangsa Moab ini ternyata mengandung unsur rasa kasihan. Bangsa Yehuda diminta untuk bersedia menolong saat Moab meminta bantuan—yang diungkapkan dengan mengirim anak domba ke Sion atau Yerusalem (16:1)—pada masa bencana. Takhta yang ditegakkan dalam kasih setia serta hakim yang menegakkan keadilan dan melakukan kebenaran merupakan gambaran tentang Sang Mesias (16:2-5; bandingkan dengan 2:1-5). Secara samar-samar, kisah bangsa Moab ini memperlihatkan bahwa keselamatan dalam Kristus ditujukan bagi semua bangsa. Apakah Anda sudah menerima keselamatan yang tersedia di dalam Kristus itu? [P]