Mengikuti Teladan Sang Guru!

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 20

Tuhan Yesus menuju ke Yerusalem untuk disesah, disalib, dan dibangkitkan. Itulah tujuan kedatangan-Nya ke dunia (Matius 20:19). Kedua belas murid-Nya tidak memahami hal itu, bahkan mereka mengikuti Tuhan Yesus dengan motivasi agar ‘dilayani.’ Mereka berharap agar setelah mengikut Tuhan Yesus, mereka mendapat hak istimewa untuk memperoleh upah dan kekuasaan. Dalam 19:27, Petrus—sebagai juru bicara para murid—menanyakan upah mereka dalam mengikut Tuhan Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau, jadi apakah yang akan kami peroleh?” Permintaan ibu dari Yakobus dan Yohanes yang meminta posisi untuk kedua anaknya kepada Tuhan Yesus (20:20-21)—yang dikonfirmasi oleh jawaban Yakobus dan Yohanes yang menginginkan takhta itu (20:22)—serta respons marah yang diperlihatkan murid-murid yang lain atas permintaan Yakobus dan Yohanes, menunjukkan bahwa para murid tidak mengenal tujuan kedatangan Guru-Nya ke dalam dunia. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan-Nya berbeda dengan kerajaan dunia ini: Kerajaan dunia menjalankan pemerintahan dengan tangan besi (pemaksaan) terhadap rakyat, sedangkan pemimpin dalam Kerajaan Allah memimpin dengan cara melayani, seperti teladan dari Guru mereka, yaitu Tuhan Yesus.

Qal Vahomer (how much more = lebih-lebih lagi) adalah ungkapan yang sering dipakai orang Yahudi dalam berargumentasi, yaitu bahwa contoh yang diberikan guru harus menjadi standar yang ditiru para murid. Kita bersyukur karena Tuhan Yesus tidak hanya pandai bicara dan cakap mengajar, tetapi Dia memberi teladan sesuai dengan apa yang Dia ajarkan. Karena Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk melayani dan bukan dilayani, lebih-lebih lagi kita (murid-murid-Nya) harus melayani orang lain agar nama Tuhan Yesus makin dimuliakan?

Ujilah diri Anda: Semakin lama mengikut Tuhan Yesus, apakah Anda semakin rindu melayani Tuhan dan melayani sesama? Dalam bacaan Alkitab hari ini, ternyata bahwa motivasi murid-murid Tuhan Yesus—yang seharusnya semakin lama semakin dekat dengan Tuhan Yesus—adalah mengharapkan upah dan kekuasaan. Bila Tuhan Yesus—Raja dan Pencipta alam semesta raya—yang seharusnya dilayani, memilih untuk melayani, bukankah kita—ciptaan Allah—lebih-lebih lagi memiliki kewajiban untuk melayani? [FL]

Siapakah yang Empunya Kerajaan Sorga?

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 19

Dalam pasal 19 ini, Tuhan Yesus didatangi oleh bermacam-macam orang: Pertama, orang-orang Farisi hendak menjebak Tuhan Yesus dengan mengajukan pertanyaan mengenai perceraian. Mereka datang dengan maksud jahat (menjatuhkan). Kedua, anak-anak kecil yang hendak dibawa kepada Tuhan Yesus dihalang-halangi oleh para murid. Akan tetapi, Tuhan Yesus menegur tindakan para murid itu dengan mengingatkan bahwa pemilik Kerajaan Surga adalah orang yang bersikap seperti anak kecil, yaitu bersedia untuk bertobat dan merendahkan diri (Matius 18:3-4). Ketiga, orang muda yang kaya datang untuk menanyakan cara memperoleh hidup yang kekal. Ia merasa telah berhasil menuruti segala perintah Allah. Namun, saat Tuhan Yesus meminta dia menjual hartanya untuk dibagikan kepada orang miskin lalu mengikuti Tuhan Yesus, orang itu keberatan dan menolak. Keempat, Petrus—sebagai wakil para murid yang merasa telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan Yesus—menanyakan hasil apa yang akan mereka peroleh. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan Yesus pasti akan menerima berkat berkelimpahan, bahkan akan memperoleh hidup kekal.

Dari bermacam-macam orang yang mendatangi Tuhan Yesus, kita dapat memahami siapa yang akan memiliki Kerajaan Sorga: Pertama, mereka bukanlah orang yang terus-menerus bersikap jahat atau terus-menerus mempertanyakan kebenaran yang diajarkan Tuhan Yesus. Kedua,mereka adalah setiap orang yang mau bertobat dan terus-menerus merendahkan diri di hadapan Tuhan. Ketiga, mereka bukanlah orang yang merasa layak mendapatkan kerajaan Sorga karena kemampuan atau kesalehannya, tetapi orang yang bersandar kepada anugerah Allah semata. Keempat, mereka adalah orang yang mengasihi Tuhan Yesus lebih dari apa pun atau siapa pun di dunia ini.

Saat ini, di hadapan Tuhan, apakah Anda memiliki hati seperti anak kecil yang mau terus merendahkan diri dan bertobat, atau sebaliknya, Anda merasa benar di hadapan Tuhan dan layak dikasihi Tuhan karena Anda sudah berusaha hidup saleh seperti orang muda yang kaya itu? Orang yang semakin dekat dengan Tuhan akan semakin habis-habisan meninggalkan segala sesuatu untuk Tuhan karena ia telah menemukan yang paling berharga, yaitu Tuhan sendiri. [FL]

Terhilang Namun Dicari

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 18

Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Tuhan Yesus mengatakan bahwa yang terbesar bukanlah orang ternama dengan kemampuan luar biasa, melainkan orang yang bergantung kepada Allah seperti seorang anak kecil yang bergantung kepada orang tuanya. Pada masa itu, anak-anak dianggap kurang penting dibandingkan orang dewasa. Namun, Tuhan Yesus memuji sikap seperti anak kecil yang langsung merespons panggilan-Nya secara polos (apa adanya). Tuhan Yesus menggambarkan manusia berdosa sebagai domba yang tersesat (18:12), dan Dialah Gembala yang mencari domba yang tersesat. Tuhan Yesus rindu agar domba yang tersesat merespons panggilan-Nya.

Kondisi terhilang itu menyedihkan, lebih-lebih bila tidak ada yang mencari mereka yang terhilang. Syukurlah bahwa setiap kali kita tersesat dan terhilang, Tuhan Yesus—sebagai Gembala yang baik—senantiasa mencari dan memanggil kita. Tak ada dosa yang terlalu besar yang membuat Tuhan tak mau mencari kita. Saat kita masih berdosa, Tuhan membuktikan kasih-Nya dengan mati menebus dosa kita (Roma 5:8). Sebesar apa pun dosa kita atau senajis apa pun diri kita, Allah senantiasa mencari kita dan Ia menghendaki agar kita kembali kepada-Nya.

Saat Tuhan Yesus mencari dan memanggil kita, Dia menginginkan agar kita bersikap seperti anak kecil dalam merespons panggilan-Nya. Walaupun masyarakat sering meremehkan anak kecil, pandangan Tuhan Yesus berbeda. Dia amat menghargai sikap rendah hati seperti sikap anak kecil. Dia tidak memandang rendah anak-anak-Nya yang menyesali dosa-dosanya dan ingin bertobat.

Pengakuan dosa dalam ibadah hari Minggu adalah salah satu kesempatan yang sering Tuhan pakai untuk memanggil anak-anak Allah yang tersesat agar kembali kepada-Nya. Apakah ada hal yang membuat Anda menjadi ragu-ragu untuk segera datang kepada Tuhan? Apakah Anda pernah melakukan dosa yang membuat Anda merasa tidak layak untuk datang kepada-Nya? Ingatlah bahwa Allah amat menghargai orang yang menyesali dosa-dosanya, bertobat, dan datang kepada-Nya dengan sikap percaya—seperti seorang anak kecil—dengan hati yang hancur karena merasa berdosa. Bukalah hati Anda agar Anda bisa mendengar panggilan Tuhan agar Anda datang kepada-Nya untuk menerima pengampunan! [FL]

Jangan Jadi Batu Sandungan!

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 17

Matius 17 dimulai dengan kisah Tuhan Yesus menyatakan kemuliaan-Nya kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Mereka bertiga mendapat anugerah untuk melihat Anak Manusia (Tuhan Yesus) datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya (16:28; 17:1-2). Setelah menyatakan diri sebagai Raja yang penuh kemuliaan, Tuhan Yesus mengemukakan tujuan kedatangan-Nya, yaitu bahwa “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (17:22b-23a). Pernyataan Tuhan Yesus tentang siapa diri-Nya dan tujuan kedatangan-Nya diselingi dengan peristiwa kegagalan para murid untuk percaya (beriman), sehingga mereka gagal mengusir setan (17:14-20).

Pasal ini ditutup dengan tindakan Tuhan Yesus membayar pajak di Bait Allah. Walaupun Tuhan Yesus secara tidak langsung menyatakan bahwa diri-Nya tidak wajib membayar pajak, Dia tetap membayar pajak sesuai dengan kebiasaan orang Yahudi saat itu. Dia tetap membayar pajak agar tidak menjadi batu sandungan bagi pemungut bea Bait Allah. Mengapa Tuhan Yesus tidak wajib membayar pajak? Dalam percakapan dengan Simon Petrus, dikemukakan bahwa seorang ‘anak’ raja (Dalam Alkitab Bahasa Indonesia, kata ’anak’ diterjemahkan/ditafsirkan sebagai ‘rakyat’) tidak perlu membayar pajak kepada bapaknya (raja). Yang harus membayar pajak adalah orang asing. Karena Bait Allah adalah tempat Allah Bapa berdiam, seharusnya Allah Anak (Yesus Kristus) tidak wajib membayar bea Bait Allah. Akan tetapi, Tuhan Yesus tetap membayar pajak supaya tidak menjadi batu sandungan. Tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain adalah salah satu prinsip hidup Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menghendaki agar tidak ada hambatan bagi orang yang ingin datang kepada-Nya. Paulus memperjelas ajaran ini, yaitu bahwa kebebasannya bertindak jangan sampai menjadi batu sandungan bagi orang lain, baik bagi orang percaya maupun bagi orang yang belum percaya (Roma 14:13-23; 1 Korintus 8:9,13).

Periksalah sikap dan kelakuan Anda saat berada di tempat studi, saat berada di tempat kerja, saat bersosialisasi dengan masyarakat, maupun saat berada di rumah. Apakah ada sikap atau kelakuan Anda yang bisa menjadi batu sandungan, sehingga orang lain terhalang untuk dapat mengenal Tuhan Yesus? [FL]

Ujian Pengenalan Seorang Murid

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 16

Karena tidak puas dengan kegagalan mereka menjatuhkan Tuhan Yesus (pasal 15), orang-orang Farisi dan Saduki kembali mendatangi Tuhan Yesus untuk meminta tanda dari sorga (16:1). Akan tetapi Tuhan Yesus tidak memberikan tanda apa pun dan pergi meninggalkan mereka (16:4). Tuhan Yesus mengingatkan agar murid-murid-Nya mewaspadai ajaran orang Farisi dan orang Saduki (16:6-12). Kemudian, sampailah Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya di Kaisarea. Di tempat itu, Tuhan Yesus menginginkan agar murid-murid-Nya mengenal jelas siapa diri-Nya, sehingga Ia mengajukan dua pertanyaan yang sangat penting, yaitu “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” (16:13) dan “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Dua pertanyaan di atas serupa, namun tidak sama. Kedua pertanyaan itu mempertanyakan siapakah Tuhan Yesus itu. Akan tetapi, pertanyaan pertama menanyakan pendapat orang secara umum, sedangkan pertanyaan kedua menanyakan pendapat para murid. Sejak saat itu, Tuhan Yesus semakin terus terang menyatakan tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia, yaitu menuju Yerusalem untuk menanggung penderitaan sampai mati, kemudian dibangkitkan pada hari ketiga. Kedua pertanyaan di atas juga bisa tertuju kepada diri kita yang mengaku sebagai murid Tuhan Yesus yang hidup pada zaman ini.

Kedua pertanyaan di atas mengajarkan dua hal: Pertama, Tuhan Yesus menghendaki agar murid-murid-Nya mengenal Dia bukan berdasarkan perkataan orang lain, tetapi mengenal secara pribadi. Kedua, Tuhan Yesus ingin dikenal secara tepat. Dia bukanlah nabi biasa, sebagaimana yang dipercaya oleh sekitar 1,6 milyar penduduk muslim saat ini. Pengenalan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias merupakan fondasi gereja. Tuhan Yesus tidak pernah melakukan dosa, Dia telah menubuatkan kedatangan-Nya, menebus manusia dari hukuman dosa, dan bangkit dari kematian. Kebangkitan-Nya menunjukkan kemenangan-Nya atas kematian (hal yang paling menakutkan manusia), sehingga relasi manusia dengan Allah bisa dipulihkan. Renungkanlah: Siapakah Yesus Kristus menurut pemahaman Anda? Apakah Yesus Kristus telah menjadi Tuhan (Penguasa) dalam hidup Anda? Bila Anda mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan, seharusnya Anda mengabdikan hidup Anda bagi kemuliaan Tuhan, bukan bagi diri Anda sendiri (Galatia 2:19-20). Apakah seluruh hidup Anda telah Anda persembahkan untuk kemuliaan Tuhan? [FL]

Rahasia Kehidupan Tuhan Yesus

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 14

Pasal ini dimulai dengan kisah kematian Yohanes Pembaptis yang disebabkan karena ia berani menegur raja Herodes Antipas yang telah mengambil (merebut) istri Filipus, saudaranya sendiri. Setelah mendengar berita tentang kematian Yohanes, dalam keadaan sedih, Tuhan Yesus meningkir dan hendak menyendiri. Namun, orang banyak terus mengikuti Dia. Saat melihat orang banyak, hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan, sehingga Ia melayani mereka lebih dulu. Menjelang malam, Tuhan Yesus melakukan mujizat memberi makan lebih dari 5000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Setelah itu, Ia memerintahkan para murid-Nya pergi mendahului ke seberang serta menyuruh orang banyak pulang, lalu Ia menyendiri dan berdoa di atas bukit (14:13-23). Setelah berdoa, Dia menyusul para murid. Saat kapal para murid terkena badai, Tuhan menenangkan badai itu dan membuat semua orang yang melihat kejadian itu mengaku bahwa Yesuslah Anak Allah (14:24-33).

Kisah ini memberi teladan bahwa Tuhan Yesus tidak terus-menerus melayani tanpa henti. Dia tahu bahwa tujuan kedatangan-Nya ke dunia bukan hanya untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi untuk memulihkan manusia yang dalam keadaan terpisah dengan Allah karena dosa. Ia menebus manusia dari hukuman dosa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Kesedihan (karena mendengar kabar kematian Yohanes Pembaptis) mendorong Tuhan Yesus untuk menyendiri guna berdoa dan berdiam bersama Allah Bapa. Akan tetapi, belas kasihan terhadap banyak orang yang membutuhkan pelayanan-Nya membuat Ia baru melaksanakan rencana-Nya setelah pelayanan-Nya selesai. Rahasia kekuatan Tuhan Yesus dalam melayani adalah bahwa Dia menyediakan waktu khusus untuk berdiam diri bersama Allah Bapa.

Masalah dan tuntutan pelayanan akan terus muncul dan tidak akan pernah habis. Bagaimana kita bisa menjaga agar hidup kita tetap sesuai dengan kehendak Allah? Kita harus menyediakan waktu untuk menyendiri bersama dengan Allah tanpa gangguan. Saat menyendiri bersama dengan Allah, kita seperti mengisi bahan bakar agar Allah kembali mengarahkan hidup kita, sehingga kita tetap mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Apakah Anda sudah membiasakan diri menyediakan waktu setiap hari untuk menyendiri bersama dengan Allah? [FL]

Jadilah Orang Kristen Radikal!

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 13

Lagi-lagi, Matius mencatat bahwa Tuhan Yesus telah menggenapi nubuat Perjanjian Lama tentang Mesias yang akan menyampaikan kebenaran dalam bentuk perumpamaan (13:34-35). Berita Kerajaan Sorga disampaikan Tuhan Yesus dalam perumpamaan sebagai kasih karunia kepada orang yang mengerti berita kebenaran (13:11). Kasih karunia dalam mengerti kebenaran terlihat dari respons yang tepat dari para pendengar-Nya saat mendengar berita Injil Kerajaan Sorga. Di pasal sebelumnya, terlihat bahwa Tuhan Yesus mengalami penolakan demi penolakan. Kemudian, dalam pasal ini, kita melihat bahwa Tuhan Yesus kembali ditolak, bahkan di tempat asal-Nya sendiri (13:53-58). Jadi, respons seperti apa yang tepat menggambarkan orang yang menerima kasih karunia? Yang menerima kasih karunia adalah mereka yang mendengar firman Tuhan, mengerti, dan firman itu berbuah (13:23), meskipun melewati penderitaan dan penganiayaan.

Mengapa ada orang yang bisa amat setia dan berakar kuat hidup dalam Tuhan? Tuhan Yesus menjelaskan bahwa penyebabnya adalah karena mereka telah menemukan hal yang paling berharga dalam hidup mereka. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu seperti mutiara indah yang sangat berharga yang ditemukan seorang pedagang (13:45-46). Setelah melihat bahwa mutiara itulah yang selama ini dia cari dalam hidupnya, dan setelah memperhitungkan untung dan rugi dengan sangat ketat, pedagang itu rela menjual seluruh miliknya demi mendapatkan mutiara tersebut. Kisah ini merupakan kebalikan kisah tentang seorang kaya yang juga mencari hidup kekal, tetapi tidak jadi ikut Tuhan Yesus karena harta-Nya banyak (Lukas 18:18-25).

Apakah Tuhan Yesus merupakan harta paling berharga bagi Anda sehingga Anda bersedia melepaskan apa pun untuk bisa mengikuti Tuhan Yesus? Jadilah orang Kristen yang radikal. Sikap radikal berbeda dengan sikap anarkis. Kata “radikal” berasal dari bahasa latin “radix” yang berarti “akar”. Hidup orang Kristen yang radikal adalah hidup yang berakar kuat pada keyakinan yang kokoh bahwa yang paling berharga di dalam hidup ini adalah hidup bersama Tuhan Yesus. Sebelum kita bisa melihat betapa berharganya ditemukan dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus dan betapa indahnya hidup di dalam Dia, kita tidak akan dapat mengalami sukacita sejati dalam kehidupan sebagai orang Kristen. [FL]

Tetap Mengasihi Walau Ditolak

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 12

Pada pasal ini, respons penolakan dari pemimpin-pemimpin agama Yahudi terlihat jelas. Mereka berusaha menjebak Tuhan Yesus dengan cara mencari kesalahan melalui jebakan hukum hari Sabat (12:1-14). Kemudian, Tuhan Yesus dituduh menggunakan kuasa roh jahat untuk menyembuhkan orang yang buta dan bisu (12:22-45). Bagaimana respons Tuhan Yesus? Dia mengatakan bahwa “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (12:8), dan Ia memperbolehkan berbuat baik pada hari Sabat (12:12), karena bukan pelaksanaan hukum yang Tuhan Yesus utamakan, tetapi belas kasihan (12:7). Kemudian, Matius memperlihatkan bahwa ada kontras yang jelas antara model pelayanan Tuhan Yesus yang penuh kelembutan dengan perjuangan kaum zelot yang memilih jalur politik dan kekerasan (12:19). Tuhan Yesus menggenapi nubuat tentang Mesias yang dijanjikan di kitab Yesaya. Kita melihat suatu karakter yang agung di dalam diri Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tahu bahwa saat Ia datang, Ia akan menerima penolakan, tetapi Ia tetap datang ke dalam dunia yang akan menolak Dia. Bahkan, Ia tetap mengasihi, bahkan rela menderita sampai mati bagi manusia berdosa yang menolak Dia. Dialah Tuhan dan Juruselamat kita! Adakah ilah lain yang mempunyai karakter yang begitu agung seperti Tuhan kita? Tidak ada! Dialah satu-satunya Allah yang agung dan mulia. Tuhan Yesus tiada tara. Dialah sumber pengharapan umat manusia (12:21).

Setelah melihat kelemahlembutan Tuhan Yesus yang melayani tanpa paksaan, seharusnya kita tidak mengabaikan keperluan memberi respons yang tepat. Tuhan Yesus mengingatkan adanya sikap yang tidak dapat diampuni, yaitu menghujat Roh Kudus (12:31). Konteks ayat ini menjelaskan bahwa menghujat Roh Kudus adalah sikap tidak percaya terhadap karya Allah Roh Kudus dalam karya penebusan Tuhan Yesus. Respons manusia yang paling tepat adalah percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat . Apakah saat ini hati Anda dipenuhi rasa syukur karena Yesus Kristus telah memilih dan menyelamatkan Anda dari jurang dosa dan kesia-siaan hidup? Apakah Anda mau meniru Tuhan Yesus yang tetap mengasihi walaupun mendapat penolakan? Apakah sumber kekuatan Anda untuk terus mengasihi saat kasih Anda ditolak? Sumber kekuatan kita adalah pengalaman menerima kasih sejati tanpa syarat dari Tuhan Yesus (1 Yohanes 3:16; 4:19). [FL]

Tatkala Hidup Tidak Sesuai Rencana

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 11

Sewaktu Tuhan Yesus mengajar, memberitakan Injil dan memberi pesan kepada para murid-Nya, Dia didatangi para murid Yohanes Pembaptis yang menyampaikan pertanyaan Yohanes Pembaptis yang saat itu sedang di penjara dan meragukan apakah Tuhan Yesus adalah Mesias yang dijanjikan atau bukan. Kemudian, Tuhan Yesus mengecam beberapa kota yang tak mau bertobat, sekalipun Dia telah banyak melakukan mukjizat di sana. Pasal ini ditutup dengan doa dan ajakan Tuhan Yesus untuk datang kepada-Nya (11:28-30). Di bagian ketiga Injil Matius ini (pasal 11-13), kita akan memperhatikan respons terhadap Tuhan Yesus. Di pasal 11 ini, disampaikan respons penolakan terhadap undangan pertobatan kepada beberapa kota serta keraguan sahabat dekat Tuhan Yesus, yaitu Yohanes Pembaptis.

Bagaimana mungkin Yohanes Pembaptis yang semula amat mempercayai Tuhan Yesus sehingga Ia berkata kepada para muridnya, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29), di pasal ini bisa bertanya, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Apa yang terjadi dengan Yohanes Pembaptis? Saat berada di dalam penjara, Yohanes telah mendengar tentang pekerjaan Kristus (Matius 11:2). Yohanes percaya bahwa Mesias adalah hakim yang akan menghakimi orang yang tidak menghasilkan buah yang baik (3:10-12), tetapi ternyata orang-orang yang jahat belum menerima penghakiman. Walaupun Tuhan Yesus berkata bahwa Ia akan menghakimi orang yang tidak mau bertobat, tujuan kehadiran Tuhan Yesus di dunia ini adalah untuk memanggil orang berdosa agar kembali kepada-Nya (Yohanes 3:17).

Saat hidup tidak berjalan sesuai dengan rencana, kita dapat mencurigai kebaikan Allah. Saat berada dalam penderitaan dan sakit penyakit, ingatlah kepada Tuhan Yesus, Dialah Pribadi yang paling mengerti kondisi kita. Dialah yang paling mengerti penderitaan yang kita alami, karena Dia juga telah mengalami penderitaan. Untuk menebus kita dari hukuman dosa, Dia menanggung penderitaan yang tidak semestinya Ia tanggung. Dia menyertai kita selama-lamanya dan memanggil kita, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (11:28). Datanglah kepada Tuhan Yesus yang dapat memberikan kelegaan yang sejati! [FL]

Di manakah Para Pekerja Itu?

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 9

Domba adalah hewan yang bodoh. Mereka bisa berjalan ke mana-mana, dan tanpa sadar terjerumus ke keadaan yang berbahaya. Mereka tidak mampu melawan saat bertemu dengan pemangsa. Ketiadaan gembala bisa membuat domba berada pada situasi yang mengerikan. Keadaan inilah yang Tuhan Yesus lihat pada orang-orang yang dilayani-Nya saat itu. Bagaimana respons Tuhan Yesus saat melihat keadaan manusia yang seperti domba tanpa gembala itu?

Hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan saat melihat manusia yang telah jatuh dalam dosa, terpisah dengan Allah. Dia memberitakan kabar baik tentang pengampunan dosa. Hati-Nya tergerak untuk menolong manusia yang mengalami penderitaan, sakit-penyakit, dan kelemahan-kelemahan lain. Injil Kerajaan Sorga menyentuh kebutuhan terdalam manusia akan pemulihan relasi dengan Allah (rohani) serta pemulihan jasmani. Di akhir pasal 9, Tuhan Yesus berkata, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (9:37). Di manakah para pekerja itu? Siapakah para pekerja itu? Di pasal 10, Tuhan Yesus mempersiapkan para pekerja dengan memanggil dan mengutus murid-murid-Nya. Tujuan Tuhan Yesus jelas, yaitu Ia memuridkan supaya murid-murid bisa memuridkan orang lain dan menjadi pekerja penjala manusia.

Realita yang dihadapi gereja sama, yaitu bahwa gereja selalu kekurangan pelayan. Meskipun banyak anggota jemaat yang terlihat aktif, sering kali mereka belum sungguh-sungguh dimuridkan untuk bisa menjadi pembuat murid. Banyak orang Kristen yang sudah puas dengan beribadah seminggu sekali, duduk mendengar khotbah, memberi persembahan, lalu pulang. Krisis pekerja terus melanda, tetapi banyak orang Kristen yang puas dengan hidup untuk diri sendiri. Sudahkah Anda berdoa agar Allah memenuhi kebutuhan akan pekerja di gereja Anda? Sudahkah Anda terlibat atau sedang dibentuk dalam kelompok pemuridan? Siapkah Anda menjadi jawaban doa untuk memenuhi kebutuhan akan pekerja di gereja Anda? Ketika diminta melayani atau ikut kelompok pemuridan, banyak orang Kristen menjadi nampak sangat rohani melalui perataan, “Nanti saya doakan dahulu, ya!” Memang, kita perlu berdoa lebih dulu sebelum melakukan kegiatan apa pun. Akan tetapi, bila jawaban itu menjadi seperti “mantra” untuk menolak pelayanan, kita telah menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan. [FL]