Bacaan Alkitab hari ini:
Matius 9
Domba adalah hewan yang bodoh. Mereka bisa berjalan ke mana-mana, dan tanpa sadar terjerumus ke keadaan yang berbahaya. Mereka tidak mampu melawan saat bertemu dengan pemangsa. Ketiadaan gembala bisa membuat domba berada pada situasi yang mengerikan. Keadaan inilah yang Tuhan Yesus lihat pada orang-orang yang dilayani-Nya saat itu. Bagaimana respons Tuhan Yesus saat melihat keadaan manusia yang seperti domba tanpa gembala itu?
Hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan saat melihat manusia yang telah jatuh dalam dosa, terpisah dengan Allah. Dia memberitakan kabar baik tentang pengampunan dosa. Hati-Nya tergerak untuk menolong manusia yang mengalami penderitaan, sakit-penyakit, dan kelemahan-kelemahan lain. Injil Kerajaan Sorga menyentuh kebutuhan terdalam manusia akan pemulihan relasi dengan Allah (rohani) serta pemulihan jasmani. Di akhir pasal 9, Tuhan Yesus berkata, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (9:37). Di manakah para pekerja itu? Siapakah para pekerja itu? Di pasal 10, Tuhan Yesus mempersiapkan para pekerja dengan memanggil dan mengutus murid-murid-Nya. Tujuan Tuhan Yesus jelas, yaitu Ia memuridkan supaya murid-murid bisa memuridkan orang lain dan menjadi pekerja penjala manusia.
Realita yang dihadapi gereja sama, yaitu bahwa gereja selalu kekurangan pelayan. Meskipun banyak anggota jemaat yang terlihat aktif, sering kali mereka belum sungguh-sungguh dimuridkan untuk bisa menjadi pembuat murid. Banyak orang Kristen yang sudah puas dengan beribadah seminggu sekali, duduk mendengar khotbah, memberi persembahan, lalu pulang. Krisis pekerja terus melanda, tetapi banyak orang Kristen yang puas dengan hidup untuk diri sendiri. Sudahkah Anda berdoa agar Allah memenuhi kebutuhan akan pekerja di gereja Anda? Sudahkah Anda terlibat atau sedang dibentuk dalam kelompok pemuridan? Siapkah Anda menjadi jawaban doa untuk memenuhi kebutuhan akan pekerja di gereja Anda? Ketika diminta melayani atau ikut kelompok pemuridan, banyak orang Kristen menjadi nampak sangat rohani melalui perataan, “Nanti saya doakan dahulu, ya!” Memang, kita perlu berdoa lebih dulu sebelum melakukan kegiatan apa pun. Akan tetapi, bila jawaban itu menjadi seperti “mantra” untuk menolak pelayanan, kita telah menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan. [FL]