Gema

Saya Adalah Orang Berutang

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 1

Judul “Saya Adalah Orang Berutang” diambil dari judul buku otobiografi T.B. Simatupang. Salah satu kalimat yang menjadi prinsip hidupnya adalah, “Segala sesuatu adalah milik kita, tetapi pada akhirnya semua yang kita miliki adalah milik Tuhan. Sehingga, dalam cara yang kita memiliki segala sesuatu itu, kita membayar utang kita dengan melayani sesama kita dan dengan itu kita memuliakan nama Tuhan”. Dia benar-benar “membayar utang”-nya dengan setia berkarya dan melayani, baik saat masih aktif di militer, saat di pemerintahan, maupun saat di organisasi Kristen. Ia menjadi berkat bagi komunitasnya.

Paulus pun merasa berhutang, yaitu berhutang Injil, karena Kristus telah mengorbankan hidup-Nya untuk membayar dosanya dan membebaskannya dari penghakiman dan maut. Ada dua alasan mengapa utang Injil harus dibayar: Pertama, perasaan berhutang kepada Kristus membuat ia merasa berhutang pada semua orang berdosa. Ia menulis, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar” (1:14). Karena orang-orang yang Paulus sebutkan di atas sebenarnya tidak berkorban—apalagi mati—baginya, Paulus tidak wajib membayar utang kepada mereka. Akan tetapi, karena Kristus mengasihi dan mati bagi mereka juga, Paulus yang telah menerima kasih Kristus harus mengasihi mereka. Sebagai seorang rasul, Paulus harus memberitakan Injil kepada mereka (1:1). Kedua, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya (1:16). Di satu sisi, Injil adalah Kabar Baik tentang perbuatan Allah untuk menyelamatkan orang yang percaya. Di sisi lain, Kabar Baik itu mengandung kekuatan Ilahi, sehingga setiap orang yang mendengar serta percaya kepada Injil, hidupnya akan berubah, dan orang itu akan diselamatkan karena imannya kepada Kristus.

Dunia, tempat Allah memanggil kita dan mempercayakan Injil-Nya, adalah dunia yang melawan Allah. Manusia memberontak dan menggantikan Allah dengan hal-hal semu (1:18-23), hidup dalam keinginan hati mereka yang tanpa Allah (1;24-25), hawa nafsu (1:26-27), pikiran-pikiran terkutuk (1:28-29), dan secara aktif mempromosikan kebejatan mereka kepada orang banyak (1:30-32). Ada kemendesakkan dalam memberitakan Injil dalam dunia yang seperti itu. Kita adalah orang yang berhutang Injil. Oleh karena itu, beritakanlah Injil kepada dunia. [Souw]

Hidup Oleh Roh (Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Galatia 5:16-26

Mengapa banyak orang Kristen yang hidupnya tidak menghasilkan buah-buah pertobatan (perubahan karakter menjadi semakin serupa dengan Kristus)? Ada beberapa hal yang kemungkinan besar menjadi penyebab: Pertama, orang itu adalah orang Kristen KTP (Kristen Tanpa Pertobatan). Ia belum sungguh-sungguh bertobat secara pribadi dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya secara pribadi, sehingga Roh Kudus belum tinggal di dalam hatinya. Bertobat dan dilahirkan kembali merupakan momen penting yang harus jelas terjadi pada diri setiap orang percaya, dan yang menjadi titik awal untuk mengalami penyucian dan perubahan oleh Roh Kudus.

Kedua, banyak orang Kristen yang sangat mencintai dunia ini. Cinta kepada dunia membuat orang percaya mengabaikan hal-hal rohani, dan hal ini akan sangat menghambat perubahan hidupnya (1 Yohanes 2:15-17). Orang Kristen yang sangat mencintai dunia ini akan mendapati bahwa dirinya semakin lama semakin mirip dengan dunia, karena keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup menguasai kehidupannya. Kasihnya kepada Allah semakin lama akan semakin berkurang dan ia tidak akan dapat menghasilkan buah-buah Roh dalam kehidupannya sehari-hari.

Ketiga, ada orang Kristen yang menyalahgunakan kebebasan atau kemerdekaan dari hukum atau aturan (hukum Taurat) sebagai alasan pembenar untuk berbuat dosa (5:13). Mereka memandang murah terhadap anugerah dan karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib dengan hidup sesuka hati. Mereka merasa bahwa anugerah Tuhan sedemikian besarnya, sehingga mereka akan terus diampuni dan dibebaskan dari hukuman bila mereka berbuat dosa. Terhadap orang-orang yang bersikap demikian, Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (5:21). Artinya, orang-orang semacam itu memang sejak semula tidak memperoleh bagian dalam Kerajaan Allah.

Orang Kristen yang hidup dipimpin oleh Roh Kudus akan bergumul agar hidupnya semakin lama semakin mengasihi Tuhan dan semakin membenci dosa. Ia akan menyalibkan keinginan daging dengan segala hawa nafsunya. Pergumulan ini berlangsung terus sepanjang hidupnya sampai orang itu dipanggil Tuhan. [WY]

Karya Roh Kudus (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

1 Korintus 12:1-11

Bacaan Alkitab hari ini bukan hanya semata-mata membicarakan tentang karunia Roh, melainkan karya Roh Kudus secara umum di tengah jemaat. Apa saja yang dikerjakan oleh Roh Kudus? Pertama, karya Roh Kudus yang utama adalah memberikan iman kepada setiap orang percaya untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan (12:2-3). Iman adalah karya Roh Kudus, bukan sekadar upaya atau kesadaran manusia.

Kedua, Roh Kudus mengerjakan bermacam-macam pelayanan di tengah jemaat. Rasul Paulus mengingatkan bahwa pelayanan, perbuatan ajaib, dan karunia, adalah berasal dari Allah dan bukan dari kehebatan manusia. Allah bekerja dengan bermacam-macam cara dan melibatkan bermacam-macam orang dengan memberikan bermacam-macam karunia. Kata karunia yang dipakai oleh Rasul Paulus adalah kata Charismata yang memiliki akar kata Charis yang artinya anugerah. Hal ini berarti bahwa karunia-karunia yang Allah berikan kepada orang percaya merupakan anugerah-Nya, bukan berasal dari kehebatan dan kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu, jangan memegahkan diri (sombong) bila Anda memiliki karunia tertentu. Ada orang yang menganggap karunia yang ia miliki lebih besar atau lebih hebat daripada karunia yang dimiliki orang lain karena karunia itu membuat ia selalu diminta untuk tampil di depan umum. Di mata Tuhan, karunia apa pun—termasuk karunia yang tidak menonjol—tetap merupakan anugerah dan tidak boleh membuat orang yang memiliki karunia itu menjadi sombong karena merasa bahwa dirinya hebat, padahal semua karunia dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama (12:11).

Ketiga, Roh Kudus mengerjakan bermacam-macam pelayanan dan memberikan karunia untuk membangun komunitas orang percaya. Karunia-karunia rohani itu diberikan oleh Roh Kudus bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk membangun tubuh Kristus (gereja). Orang yang memuliakan dirinya melalui karunia rohani yang ia miliki adalah orang yang tidak sadar bahwa karunia itu merupakan anugerah Tuhan yang tidak boleh dinikmati sendiri, melainkan harus dipakai untuk melayani orang lain serta membuat orang lebih semakin bertumbuh dalam iman.

Sudahkah Anda bersyukur untuk karunia yang telah Tuhan anugerahkan kepada diri Anda? Sudahkah Anda memakai karunia yang Anda terima untuk melayani orang lain? [WY]

Jangan Mendukakan Roh Kudus (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Efesus 4:17-32

Salah satu hal yang membedakan kekristenan dengan kepercayaan lain adalah relasi antara orang percaya dengan Allah Tritunggal. Relasi ini didasarkan pada kasih Allah yang telah terlebih dahulu diberikan kepada orang-orang pilihan-Nya, dan direspons dengan kasih dan pengabdian oleh orang-orang tersebut. Relasi ini kemudian menjadi dasar dari sikap dan tindakan seorang percaya dalam kehidupannya sehari-hari. Sikap dan tindakan yang dilandasi oleh relasi ini berbeda dengan kepercayaan lain yang umumnya mendasarkan sikap dan tindakan hidup pada aturan-aturan moral tertentu. Dalam kekristenan, saat seorang Kristen melakukan dosa, ia bukan hanya melanggar aturan-aturan moral, melainkan ia juga mendukakan hati Allah yang telah lebih dulu mengasihi dirinya.

Kasih merupakan penyebab mengapa seseorang dapat berduka cita atas apa yang terjadi pada diri orang lain. Semakin dalam kasih terhadap seseorang, semakin dalam rasa duka cita yang dia rasakan pada waktu orang yang dia kasihi itu melakukan hal-hal yang mengecewakan. Inilah yang membuat dosa-dosa yang terus dilakukan oleh orang percaya sangat mendukakan Roh Kudus. Perlu diingat bahwa penekanan Rasul Paulus bukanlah pada perasaan Roh Kudus, melainkan pada kenyataan bahwa orang percaya telah memiliki hubungan yang erat dengan Allah Tritunggal setelah mereka ditebus dan menjadi manusia baru. Orang percaya semestinya tidak lagi hidup untuk diri sendiri, melainkan hidup untuk Tuhan (lihat 1 Korintus 6:19-20). Sadarilah bahwa Roh Kudus telah dikaruniakan kepada setiap orang percaya pada saat orang itu sungguh-sungguh menerima Yesus Kristus di dalam hatinya sebagai Juruselamat pribadinya.

Bila orang percaya terus hidup di dalam dosa, Roh Kudus berduka, namun Roh Kudus tetap tinggal di dalam diri kita karena Roh Kudus adalah meterai atau jaminan bagi orang percaya sampai tiba hari penyelamatan (4:30). Walaupun Roh Kudus tidak meninggalkan orang percaya, kehidupan orang percaya yang terus melakukan dosa akan kehilangan damai sejahtera. Orang Kristen yang terus melakukan dosa akan hidup dalam kegelisahan dan kekeringan rohani. Ia akan terus bergumul dan tidak tenang (Galatia 5:16-17). Kondisi semacam ini terjadi karena Roh Kudus adalah Allah yang Kudus dan tidak bisa bersikap toleran terhadap dosa. [WY]

Jangan Munafik (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Lukas 12:1-12

Mengapa Tuhan Yesus meminta agar murid-murid-Nya waspada terhadap ragi atau kemunafikan orang Farisi? Tentu saja, tujuannya adalah agar mereka tidak meniru kemunafikan orang Farisi. Tuhan Yesus mengetahui bahwa murid-murid-Nya akan segera mengalami penganiayaan dari orang-orang Yahudi. Saat menghadapi penganiayaan, mereka terancam untuk jatuh ke dalam kemunafikan (12:4, 11, 12). Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengingatkan mereka agar waspada saat mengalami penganiayaan.

Orang Farisi bersikap munafik dengan menampilkan kerohanian yang palsu di depan umum. Murid-murid Tuhan Yesus juga dapat bersikap munafik—menyangkal iman atau pura-pura menjadi orang yang kurang beriman—untuk menghindari penganiayaan. Tuhan Yesus tidak ingin murid-murid menjadi sama dengan orang-orang Farisi yang munafik karena beberapa hal: Pertama,tidak ada sesuatu yang disembunyikan yang tidak akan diketahui (12:2-3). Kemunafikan dapat menipu orang untuk sesaat, tetapi lambat laun akan kelihatan aslinya. Kedua, jangan takut kepada manusia, melainkan takutlah kepada Allah (12:4-5). Kemunafikan dilakukan karena manusia lebih takut kepada manusia lain, bukan kepada Allah yang mengetahui segala sesuatu dan dapat menyingkapkan kemunafikan serta menghukum siapa saja. Ketiga, orang percaya berada dalam pemeliharaan Allah yang sempurna (12:6-7). Tidak ada yang dapat mencelakai kita tanpa seizin Tuhan. Keempat, percaya kepada Tuhan berarti sungguh-sungguh percaya dalam hati dan berani mengakui dengan mulut kepada semua orang bahwa dirinya adalah orang percaya, termasuk saat menghadapi tantangan dan saat ditanya secara pribadi. Orang yang sungguh-sungguh beriman tidak akan pernah menyangkal imannya atau berpura-pura menjadi orang yang tidak beriman (12:8-10). Kelima, waktu menghadapi penganiayaan, Roh Kudus akan menolong memberikan hikmat bagaimana menghadapi penganiayaan dan memberi kemampuan untuk menanggungnya (12:11-12).

Bagaimana dengan kehidupan Anda? Apakah Anda masih sering bersikap munafik di depan orang agar Anda dapat diterima oleh dunia? Apakah Anda takut menunjukkan identitas Anda sebagai orang percaya karena Anda tidak berani menghadapi kesukaran atau Anda takut ditolak? Kiranya Roh Kudus menolong kita semua! [WY]

Rela Menderita (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kisah Para Rasul 5:26-42

Dari manakah datangnya kemampuan untuk menderita bagi pekerjaan Tuhan? Kemampuan itu datangnya bukan dari diri sendiri, melainkan dari Roh Kudus. Orang percaya yang mengandalkan dirinya sendiri tidak akan mampu menghadapi penderitaan yang timbul saat melakukan pekerjaan Tuhan. Rasul-rasul harus menghadapi penganiayaan pada waktu mereka memberitakan Injil. Mereka ditangkap dan kemudian dipenjara (5:18). Setelah seorang malaikat melepaskan mereka dari penjara, mereka kembali memberitakan firman Tuhan di Bait Allah (5:19-21). Selanjutnya, para pengawal kembali mengambil para rasul untuk disidang oleh Mahkamah Agama (5:26-27). Dalam sidang tersebut, para rasul ditegur karena mereka memberitakan tentang Yesus Kristus. Petrus, Yohanes, dan kemungkinan juga rasul-rasul yang lain, akhirnya dilepaskan setelah sidang Mahkamah Agama mendengar nasihat Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat disegani. Namun, sebelum dilepaskan, mereka disesah terlebih dahulu dan mereka dilarang untuk mengajar dalam nama Yesus (5:28-40).

Respons dari rasul-rasul terhadap apa yang mereka terima adalah, “gembira karena dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus” (5:41). Respons semacam ini sangat tidak masuk akal mengingat bahwa menurut aturan hukum orang Yahudi, mereka disesah atau dihukum cambuk sebanyak 40 kurang satu pukulan. Hukuman ini bukan saja menyakitkan, tetapi juga memalukan, karena biasanya hukuman itu dilakukan di depan banyak orang agar menjadi peringatan bagi semua orang. Namun, rasul-rasul yang disesah itu menyadari bahwa tidak semua orang dianggap layak untuk mengalami penderitaan karena Nama Tuhan Yesus. Ada orang percaya yang tidak pernah mengalami penderitaan saat mengikut Yesus Kristus, namun ada yang mengalami banyak kesulitan dan penderitaan karena mengikut Tuhan Yesus. Bagaimana rasul-rasul dapat memahami semua ini? Tidak lain dan tidak bukan karena Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang taat kepada-Nya menerangi hati dan memberikan kesadaran kepada mereka (5:32). Bagaimana dengan Anda? Apakah selama mengikut Yesus Kristus dan melayani Dia, Anda menyadari bahwa kesempatan untuk membayar harga dan berkorban merupakan anugerah Allah? [WY]

Roh Kudus Penopang Gereja (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kisah Para Rasul 5:1-11

Gereja berdiri oleh karya Roh Kudus melalui pelayanan rasul-rasul. Orang-orang yang menerima Injil tentang Yesus Kristus pada hari Pentakosta dan kemudian dibaptis adalah jemaat pertama atau gereja pertama. Roh Kudus membangun gereja, dan kemudian terus menopang gereja sampai hari ini.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita mendapati dua orang anggota jemaat yang merupakan suami istri—yaitu Ananias dan Safira—yang mencoba untuk mendustai Roh Kudus. Mereka menjual sebidang tanah milik mereka sendiri, lalu sebagian uang hasil penjualan tanah mereka simpan, tetapi mereka mengaku bahwa mereka mempersembahkan seluruh uang hasil penjualan tanah tersebut. Mengapa mereka berlaku seperti itu? Kemungkinan besar, mereka berdusta karena mereka ingin dipuji atau mendapat kemuliaan. Mereka hendak meniru Barnabas yang menjual ladangnya dan meletakkan uang hasil penjualan ladang itu ke depan kaki rasul-rasul (4:36-37). Pemberian semacam ini datang dari hati yang takut akan Tuhan dan yang sungguh-sungguh mengasihi Allah. Kemungkinan besar, pemberian Barnabas memotivasi Ananias dan Safira untuk memberi juga. Namun, Petrus mengatakan bahwa hati mereka dikuasai oleh Iblis, sehingga pada waktu memberi, mereka berdusta kepada rasul-rasul. Dengan mendustai rasul-rasul, berarti bahwa mereka juga berdusta kepada jemaat atau kepada gereja! Dusta Ananias dan Safira ini disebut oleh Petrus sebagai dusta terhadap Roh Kudus atau dusta terhadap Allah sendiri!

Setelah mendengar perkataan Petrus, akibat yang terjadi tidak tanggung-tanggung. Ananias langsung mati rebah dan kemudian istrinya juga mengalami hal yang sama. Peristiwa ini amat mengejutkan. Di mata sebagian orang, perbuatan Ananias dan Safira mungkin “hanya” dianggap sebagai perbuatan berdusta yang sudah umum dilakukan. Namun, karena Roh Kudus membangun gereja di atas dasar kebenaran firman Tuhan, tidak boleh ada toleransi terhadap kebohongan atau dusta yang merupakan pekerjaan iblis. Ananias dan Safira mengalami hukuman yang demikian tragis sebagai peringatan bagi kita semua. Gereja dibangun oleh Roh Kudus dan Roh Kudus adalah Penopang gereja. Sebagai anggota jemaat, kita harus menghormati gereja sebagai lembaga yang dibangun oleh Roh Kudus, dan kita harus mengasihi gereja sebagai ungkapan kasih kita kepada Tuhan! [WY]

Satu Roh (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kisah Para Rasul 2:41-47

Apakah kunci kesatuan dan kesehatian orang-orang percaya pada abad pertama? Mereka bersatu dan bersehati karena mereka sungguh-sungguh hidup bergantung pada Roh Kudus! Kesungguhan mereka terungkap dalam ketekunan nereka dalam mengikuti pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (2:42). Dengan melakukan hal-hal tersebut, Roh Yang Satu itu mempersatukan mereka dan memberikan kesehatian kepada mereka. Kesehatian membuat Injil semakin tersebar dan banyak orang ingin bergabung. Kesatuan dan kesehatian di antara orang-orang percaya adalah hal yang sudah seharusnya terjadi, karena orang-orang percaya memiliki Roh yang sama, yaitu Roh Kudus yang bekerja memimpin manusia untuk menjadi percaya kepada Yesus Kristus dan kemudian berdiam di dalam hati setiap orang percaya.

Namun, kenyataannya, kita menyaksikan banyak sekali terjadi perpecahan di antara orang percaya dan di dalam gereja. Ada anggota jemaat yang tidak mau berbicara atau bertegur sapa dengan anggota jemaat yang lain. Ada anggota jemaat yang suka menggosipkan sesama rekan pelayanan serta ada pula anggota jemaat yang menyimpan kesalahan dan dendam terhadap orang-orang tertentu di dalam gereja. Mengapa hal itu dapat terjadi? Kemungkinan besar, hal itu terjadi karena banyak orang Kristen yang masih hidup di dalam hawa nafsu dan mencintai dunia (bandingkan dengan Yakobus 4:1-4), tidak hidup bergantung pada Roh Kudus. Tidak mengherankan bila kemudian timbul berbagai macam perselisihan dan perpecahan di dalam gereja. Semua orang ingin mengutamakan kepentingan dan kemauan diri sendiri, bukan mencari kehendak Tuhan. Muncul pula iri hati dan keinginan memegahkan diri sendiri yang berasal dari dunia, dari nafsu manusia, dan dari setan-setan (Yakobus 3:13-16).

Tuhan menginginkan agar para murid dan para pengikut-Nya hidup dalam kesatuan serta saling mengasihi (Yohanes 13:34-35). Hal ini bukan perkara mudah! Namun, kita dapat melakukannya (seperti orang percaya mula-mula) bila kita hidup bersandar pada Roh Kudus dengan bertekun dalam pengajaran firman Tuhan, bersekutu, serta berdoa bersama. [WY]

Penuh Dengan Roh Kudus (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Kisah Para Rasul 4:23-31

Apakah yang menjadi tanda bahwa seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus? Ada orang yang mengatakan bahwa tanda dipenuhi oleh Roh Kudus adalah kalau seseorang bisa berbahasa lidah. Benarkah demikian? Dalam bacaan Alkitab hari ini, dicatat bahwa orang-orang percaya penuh dengan Roh Kudus setelah mereka berdoa bersama-sama. Penting untuk diperhatikan bahwa setelah mereka penuh dengan Roh Kudus, mereka memberitakan firman Allah dengan berani (4:31). Dalam Alkitab, keadaan “penuh dengan Roh Kudus” umumnya berkaitan dengan keberanian memberitakan firman Allah, bukan dengan berbahasa lidah atau berbahasa Roh.

Dalam ayat Alkitab yang lain (misalnya dalam 2:4), saat orang-orang percaya yang berkumpul untuk menantikan janji Tuhan itu dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Perlu diingat bahwa “bahasa-bahasa lain” yang disebut di sini bukanlah “bahasa lidah” (bahasa asing yang tidak dimengerti artinya) sebagaimana pemahaman yang umum, melainkan bahasa manusia yang digunakan di negeri asal para pendatang yang saat itu berkumpul di Yerusalem untuk merayakan hari raya Pentakosta Yahudi (2:8-11). Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam peristiwa ini adalah bahwa setelah mereka penuh dengan Roh Kudus, mereka berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (2:11). Ini selaras dengan penjelasan di atas, yaitu bahwa orang percaya yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan memberitakan firman Allah dengan berani.

Salah satu contoh lain yang meneguhkan penjelasan di atas adalah catatan tentang penangkapan Petrus dan Yohanes yang disebabkan karena mereka memberitakan tentang adanya kebangkitan orang mati di dalam Yesus Kristus (4:2-3). Saat mereka disidang, Petrus—yang penuh dengan Roh Kudus—tetap berani memberitakan tentang Yesus Kristus (4:8-12). Setelah dilepaskan dari penjara, walaupun mereka telah diancam agar tidak berbicara lagi dalam nama Tuhan Yesus, Petrus dan Yohanes dengan berani mengatakan bahwa mereka tetap akan taat kepada Allah, bukan taat kepada manusia (4:19-20). Keberanian untuk tetap memberitakan Injil merupakan salah satu tanda utama bahwa seorang percaya dipenuhi oleh Roh Kudus. [WY]

Bersandar Pada Roh Kudus (Pra-Pentakosta)

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 26:30-46

Bagaimanakah cara praktis untuk bersandar pada Roh Kudus dalam kehidupan kita? Dalam bacaan Alkitab hari ini, Tuhan Yesus memberikan nasihat, “Berjaga-jagalah dan berdoalah .…” (26:41). Orang yang bersandar kepada Roh Kudus dalam kehidupannya adalah orang yang senantiasa berjaga-jaga, waspada, dan tidak malas mendisiplin diri dalam hal-hal yang bersifat rohani. Ia terus-menerus berdoa. Ketekunan untuk terus-menerus berjaga-jaga dan berdoa membuat ia memiliki kepekaan terhadap dosa dalam kehidupan sehari-hari. Kepekaan terhadap dosa membuat hati orang seperti ini menjadi gelisah (tidak memiliki damai sejahtera) bila ia melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Orang yang bersandar pada Roh Kudus akan terus-menerus berdoa bukan hanya saat menghadapi masalah yang sulit, tetapi juga saat hidupnya dalam kondisi yang sangat baik (usahanya lancar, anak-anaknya berhasil, keluarganya rukun, pelayanannya berhasil, dan seterusnya). Sebaliknya, orang yang tidak sungguh-sungguh bersandar pada Roh Kudus tidak akan merasa perlu untuk selalu berjaga-jaga dan hanya berdoa pada waktu merasa memerlukan pertolongan Tuhan atau saat memiliki banyak waktu luang.

Tuhan Yesus menasihati para murid (dan nasihat itu berlaku bagi kita juga), “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (26:41). Sayangnya, banyak orang tidak memahami tentang “kelemahan daging” ini. Saat Tuhan Yesus memperingatkan murid-muridnya bahwa iman mereka akan tergoncang, Petrus secara sembrono berkata, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” (26: 33). Dia juga berkata, “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (26:35). Perkataan Petrus nampak sangat luar biasa dan meyakinkan, namun kenyataannya, kelemahan daging membuat Petrus dan murid-murid yang lain tidak mampu berjaga-jaga selama satu jam saja. Saat Tuhan Yesus ditangkap, Petrus menghunus pedang dan memotong telinga hamba Imam Besar. Selanjutnya, Petrus menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali (26:51, 69-75). Janganlah bersandar pada daging atau kekuatan diri sendiri! Anda tidak akan mempu melawan pencobaan dari si jahat tanpa bersandar pada Roh Kudus! [WY]