Gema

Tuhan Yesus Bergumul Di Getsemani (Masa Sengsara)

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 26:36-46

Bacaan hari ini dimulai dengan kondisi kesedihan dan kegentaran besar yang dialami Tuhan Yesus di taman Getsemani. Kondisi ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah manusia sempurna yang memiliki perasaan sedih dan gentar. Oleh sebab itu, Ia memenuhi syarat untuk menggantikan manusia mati di kayu salib sebagai korban penebusan guna membayar lunas hutang dosa umat manusia (1 Petrus 2:24).

Peristiwa di taman Getsemani ini membuktikan kerelaan Tuhan Yesus menerima hukuman salib melalui tiga hal berikut: Pertama, meskipun tahu bahwa Yudas telah berkhianat dan akan menyerahkan-Nya kepada para musuh-Nya, Tuhan Yesus memilih untuk tidak menyembunyikan diri, melainkan pergi ke tempat yang biasa mereka kunjungi, agar Yudas dan pasukan Romawi dapat menemukan-Nya. Kedua,Tuhan Yesus tiga kali menyampaikan doa yang sama kepada Allah Bapa. Penekanan doa tersebut bukan pada permintaan agar Ia dapat dibebaskan dari cawan murka Allah, melainkan pada kerelaan-Nya untuk taat kepada kehendak Allah. Dalam berbagai kesempatan lain, Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan bahwa kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk melakukan kehendak Bapa, termasuk di dalamnya adalah menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Yohanes 6:38; 14:31; 15:10). Ketiga, Tuhan Yesus menggambarkan apa yang akan dihadapi-Nya sebagai meminum cawan dari Allah. Istilah “cawan” sering dikaitkan dengan murka Allah atas dosa umat manusia (Yeremia 25:15-17; 51:7; Mazmur 75:9; Wahyu 14:10). Dengan demikian, Tuhan Yesus mengetahui persis apa yang akan Ia hadapi ketika menyerahkan nyawa-Nya, yakni Ia akan menghadapi murka Allah atas diri-Nya karena Ia sedang menanggung dosa seluruh umat manusia. Meskipun Tuhan Yesus tahu cawan itu sangat menyakitkan, Ia dengan rela menerimanya.

Kerelaan Tuhan Yesus menanggung penderitaan salib tidak hanya menggenapkan keselamatan bagi orang percaya, namun juga menjadi teladan bagi kita dalam menaati kehendak Allah dalam segala keadaan. Umumnya, kita mudah menaati kehendak Allah yang berkaitan dengan berkat dan kemudahan hidup. Sebaliknya, kita akan bergumul dan sulit menaati kehendak-Nya yang menuntut pengorbanan atau penderitaan. Sudahkah Anda bersyukur kepada Tuhan Yesus atas kerelaan-Nya mati sehingga Anda dapat memperoleh hidup yang kekal? Apakah Anda senantiasa taat kepada kehendak Allah dalam segala keadaan, khususnya saat ketaatan tersebut menuntut pengorbanan Anda? [TF]

Dia Datang Untuk Menyerahkan Nyawa-Nya (Masa Sengsara)

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 26:1-16

Pasal 26 menandai berakhirnya masa pengajaran dan pelayanan Tuhan Yesus di antara orang banyak. Bacaan hari ini mengajarkan tiga hal: Pertama, untuk keempat kalinya, Tuhan Yesus mengumumkan bahwa Ia akan diserahkan untuk disalibkan (26:2; lihat 16:21; 17:22-23; 20:18-19). Dengan mengaitkan peristiwa Paskah bangsa Yahudi dan kematian-Nya, secara tidak langsung, Tuhan Yesus menempatkan diri-Nya sebagai Anak Domba Paskah yang dikorbankan untuk menyelamatkan umat manusia melalui darah-Nya yang tercurah. Kedua, hal Tuhan Yesus dijual oleh Yudas Iskariot dengan harga tiga puluh uang perak (26:16) menggenapi nubuat tentang Mesias (Zakharia 11:12). Ketiga, ada tiga respons berbeda terhadap peristiwa penyaliban Tuhan Yesus: 1) Para pemimpin rohani bangsa Yahudi bersekongkol untuk membunuh Tuhan Yesus karena iri hati (baca Yohanes 11:47-48). 2) Seorang perempuan—didorong oleh kasih yang tulus—mengurapi kepala Tuhan Yesus dengan minyak yang mahal. 3) Yudas Iskariot mengkhianati Gurunya demi sejumlah uang kecil. Perbuatan Yudas ini tidak dapat diperhitungkan sebagai andil (jasa) terhadap penyaliban Tuhan Yesus. Peristiwa penyaliban hanya bisa terjadi karena Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya untuk disalib sesuai dengan tujuan kedatangan-Nya (baca Yohanes 13:1).

Informasi di atas mengonfirmasi bahwa kematian Tuhan Yesus bukan sebuah kecelakaan atau hasil rekayasa manusia, namun merupakan penggenapan dari tujuan kedatangan-Nya, yaitu untuk menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Kematian-Nya telah membayar lunas hutang dosa umat manusia, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya akan menerima pengampunan dosa dan memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Sudahkah Anda menrima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi Anda agar Anda menerima pengampunan dosa? Jika belum, inilah saatnya bagi Anda untuk membuka pintu hati menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi Anda. Jika sudah, apakah orang-orang di sekitar Anda sudah menerima keselamatan yang sudah digenapkan Tuhan Yesus di kayu salib? Apakah Anda peduli terhadap orang-orang di sekitar Anda yang akan binasa bila tidak menerima pengampunan dari Tuhan Yesus? Tuhan Yesus sudah menggenapi keselamatan umat manusia dengan mati di kayu salib, tetapi mewartakan keselamatan kepada orang-orang di sekitar kita merupakan tugas kita. [TF]

Perbuatan Baik yang Berkenan di Hati Tuhan

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 25

Tuhan Yesus menjelaskan keadaan akhir zaman melalui perumpamaan. Terdapat satu pesan khusus dalam setiap perumpamaan. Kisah pertama—yaitu kisah gadis bijaksana dan gadis bodoh (25:1-13)—mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga menyambut kedatangan-Nya. Kisah kedua—yaitu kisah tentang talenta (25:14-30)—mengingatkan bahwa pada akhir zaman, Tuhan akan meminta pertanggungjawaban atas setiap talenta yang sudah Tuhan percayakan. Apakah Anda sudah memanfaatkan talenta (kemampuan) yang Tuhan berikan secara maksimal bagi pekerjaan Tuhan? Perhatikan bahwa satu talenta adalah jumlah yang sangat besar (1 talenta = 6,000 dinar, 1 dinar = upah 1 hari kerja. Jadi, 1 talenta adalah upah kerja selama 16,5 tahun). Kisah ketiga—yaitu kisah domba dan kambing—mengingatkan bahwa pada akhir zaman, Tuhan Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai seorang Hakim (25:31-45) yang akan menilai dan memisahkan domba (orang benar) dan kambing (orang jahat). Ingatlah bahwa orang benar akan dinilai dari perbuatannya yang berkenan di hati Tuhan.

Dari kisah ketiga, paling sedikit ada dua hal yang Tuhan ingatkan: Pertama, Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:17). Kesaksian hidup iman orang benar terwujud dalam kehidupan yang diabdikan untuk sesama dan untuk Tuhan. Setiap orang percaya perlu mengevaluasi diri: Apakah terang Kristus telah memancar dalam kehidupan Anda? Apakah orang lain dapat melihat perbuatan Anda yang baik dan memuliakan Bapa di Sorga (Matius 5:16)? Kedua,perbuatan baik yang berkenan di hati Tuhan adalah perbuatan yang tertuju kepada Tuhan dan kemuliaan-Nya. Saat menilai perbuatan orang benar, Tuhan akan mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Begitu pun sebaliknya untuk orang jahat. Artinya, tidak semua perbuatan yang nampak baik akan dianggap baik oleh Tuhan. Perbuatan baik yang berkenan di hati Tuhan adalah perbuatan yang kita laku kan untuk sesama, tetapi hati kita dan tujuan melakukan perbuatan baik itu adalah untuk Tuhan dan kemuliaan Tuhan. Tuhan tidak berkenan terhadap perbuatan baik yang dimaksudkan untuk mendapat pahala atau pujian. Apakah perbuatan baik Anda tertuju hanya kepada Tuhan dan kemuliaan Tuhan (Kolose 3:23)? [FL]

Sesudah Itu Barulah Tiba Kesudahannya

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 24

Ketika para murid menunjuk—kata menunjukberasal dari kata Yunani epideiknumi yang berarti memperlihatkan dengan kekaguman atau memamerkan—Bait Allah, Tuhan Yesus justru menubuatkan kehancuran Bait Allah itu (24:1-2). Murid-murid menanyakan tiga pertanyaan, yaitu kapan kehancuran Bait Allah terjadi, kapan kesudahan dunia, dan kapan Tuhan Yesus datang kembali? Tuhan Yesus tidak menjelaskan secara pasti tentang waktu, tetapi Tuhan Yesus mengemukakan hal-hal yang akan mendahului peristiwa itu dan menasihati para murid-Nya agar selalu berjaga-jaga. Nubuat kehancuran Bait Allah itu terwujud pada tahun 70 saat Jenderal Titus menghancurkan kota Yerusalem dan membakar Bait Allah. Saat itu, muncul banyak Mesias palsu dan terjadi penyiksaan hebat terhadap orang Yahudi, terutama pengikut Kristus. Saat ini, kita sedang bersiap sedia untuk menantikan kesudahan dunia dan kedatangan Kristus yang kedua kali. Apa yang akan Anda lakukan supaya Anda siap menyambut kedatangan-Nya?

“Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (24:14). Kesudahan dunia akan terjadi sesudah Injil Kerajaan Allah diberitakan di seluruh dunia. Pemberitaan Injil Kerajaan Allah di seluruh dunia ini berkaitan dengan tugas para murid—dan juga tugas semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus—untuk menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus (28:18-20). Perintah Tuhan Yesus ini memiliki sasaran utama secara kualitas dan kuantitas. Secara kualitas, Tuhan Yesus menghendaki agar para pengikut-Nya bukan hanya sekadar menjadi penggemar yang asal-asalan dalam mengikut Dia, tetapi menjadi seorang murid yang semakin hari semakin serupa dengan Kristus. Secara kuantitas, Tuhan menghendaki agar semua suku bangsa menjadi murid-Nya. Untuk melaksanakan perintah tersebut, strategi yang harus ditempuh adalah melalui penginjilan (“Baptislah”), pembinaan (“Ajarlah”), dan pengutusan (“Pergilah”). Kualitas sebagai seorang murid tidak bisa terjadi secara otomatis, tetapi harus ada orang-orang yang dengan sengaja mengusahakan agar kualitas tersebut terwujud. Sudahkah Anda diperlengkapi untuk menjadi seorang murid Yesus Kristus di gereja Anda? Sesudah Anda diperlengkapi, apakah Anda terlibat dalam usaha memuridkan orang percaya yang belum memiliki kualitas sebagai murid Kristus? [FL]

Kasihilah Musuhmu!

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 23

Salah satu realitas dalam kehidupan adalah bahwa selalu ada orang yang tidak menyukai kita (dapat disebut “musuh”). Walaupun kita sudah berusaha hidup dalam kebenaran dan kesucian, tetap akan ada orang yang berusaha menjatuhkan kita. Hal ini terjadi pula pada diri Tuhan Yesus. Bagaimana respons Tuhan Yesus setelah berulang kali dijebak oleh musuh-musuh-Nya, yaitu para pemimpin agama (ahli Taurat dan orang Farisi)? Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita akan melihat dengan jelas dua teladan Tuhan Yesus dalam mengasihi musuh (5:44).

Pertama, Tuhan Yesus menyatakan kebenaran dengan mengungkapkan dosa musuh-Nya. Perkataan ‘kasih menutupi banyak sekali dosa’ (1 Petrus 4:8) bukanlah anjuran untuk bersikap toleran terhadap dosa, melainkan kesediaan untuk mengampuni dosa. Tuhan Yesus pun tidak membiarkan dosa musuh-musuh-Nya. Dia menyebut mereka sebagai orang munafik yang memamerkan aktivitas agama agar dilihat orang (Matius 23:5). Mereka mengikat beban berat pada pengikutnya, tetapi mereka sendiri menghindar (23:4). Mereka mengabaikan hal-hal terpenting dari hukum Taurat (23:23). Mereka tampak suci di luar, tetapi kotor di dalam (23:27). Dosa tetap dosa, mengasihi musuh berarti mengungkapkan dosa dengan kasih Tuhan yang terus mencari dan menginginkan agar mereka bertobat dan kembali kepada Tuhan.

Kedua, Tuhan Yesus mencari dan memberi kesempatan kedua kepada mereka untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Tuhan Yesus berkata bahwa Ia berkali-kali merasa rindu mengumpulkan mereka (untuk memberikan anugerah-Nya), namun mereka tidak mau (23:37). Pada masa kini, bagaimana mungkin kita bisa memberi kesempatan kedua dan mengampuni musuh-musuh kita yang telah membunuh orang tua kita atau yang telah menghancurkan masa depan kita? Walaupun mengasihi musuh itu sangat sulit, kita bersyukur bahwa Tuhan Yesus telah memberikan teladan bagi kita. Yesus Kristus adalah Allah yang telah merendahkan diri-Nya dengan datang ke dalam dunia untuk mencari kita (musuh-musuh-Nya). Ia tidak berdosa, namun Ia mau menanggung hukuman dosa kita dan memanggil kita untuk kembali kepada-Nya. Secara manusiawi, mengampuni musuh terasa mustahil. Akan tetapi, setiap orang yang telah menerima anugerah Allah harus belajar untuk meneladani Tuhan Yesus dalam hal mengasihi musuh. [FL]

Kasih adalah Kegenapan dari Hukum

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 22

Kegagalan tidak membuat orang-orang Farisi, orang-orang Saduki, dan para ahli Taurat menyerah. Mereka terus berusaha menjatuhkan Tuhan Yesus. Mereka berkomplot dan menyusun strategi baru untuk menjebak Tuhan Yesus dengan pertanyaan “Guru hukum manakah yang terutama dalam Hukum Taurat?” (22:34-36). Pada zaman itu, orang Yahudi memiliki berbagai pendangan tentang hukum mana yang paling penting: ada yang menganggap Hukum Sunat paling penting, yang lain menganggap Hukum Sabat paling penting, dan yang lain lagi menganggap Hukum Korban yang paling penting. Apa pun jawaban Tuhan Yesus, orang yang tidak sependapat pasti akan menyerang. Namun, jawaban Tuhan Yesus sangat bijaksana, Dia merangkum seluruh hukum Perjanjian Lama dalam dua hal, yaitu “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” serta “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Kasih adalah kegenapan dari hukum. Orang yang mengasihi tidak akan melanggar hukum karena orang yang mengasihi suatu obyek akan berusaha memberikan yang terbaik untuk obyek yang dikasihinya itu. Sebagai contoh: undang-undang perlindungan anak dibuat karena ada orang tua atau pengasuh anak yang tidak sungguh-sungguh mengasihi anak yang diasuhnya. Jika semua orang tua atau pengasuh anak sangat mengasihi anak, undang-undang perlindungan anak tidak diperlukan. Orang yang mengasihi pasti menaati hukum, tetapi orang yang menaati hukum belum tentu mengasihi. Jadi, Tuhan ingin agar relasi kita dengan Dia merupakan relasi yang penuh kasih, karena kita akan menyembah apa atau siapa yang kita kasihi. Apa yang kita kasihi atau rindukan akan menjadi identitas yang mendorong semua tindakan kita.

Syukurlah bahwa Allah tidak hanya memerintah dari sorga, tetapi Ia memberi teladan melalui kehadiran Tuhan Yesus yang sangat mengasihi Allah Bapa (Yohanes 14:31) serta sangat mengasihi manusia. Ia rela memberikan segala-gala-Nya, bahkan menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk keselamatan manusia dan untuk memulihkan relasi manusia dengan Allah (Yohanes 3:16). Bagaimana relasi Anda dengan Tuhan saat ini? Tuhan ingin kita mengasihi Dia karena Dialah pribadi yang paling pantas kita kasihi. Bila kita benar-benar mengasihi Tuhan, kita pasti mengasihi manusia yang Tuhan kasihi. [FL]

Melayani adalah Bukti dari Mengasihi

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 21

Memasuki minggu terakhir sebelum disalibkan, Tuhan Yesus semakin memperjelas tujuan kedatangan-Nya di dunia, yaitu menggenapi nubuat tentang Sang Mesias di dalam diri-Nya: Ia memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai sesuai dengan nubuat Perjanjian Lama (Zakharia 9:9). Saat itu adalah menjelang hari raya Paskah orang Yahudi. Kebiasaan umum saat itu, orang Yahudi dari berbagai tempat akan datang ke Bait Allah untuk mempersembahkan korban. Oleh karena itu, banyak orang yang menjual hewan untuk korban di pelataran luar bait Allah. Saat Tuhan Yesus datang dan melihat bahwa pelataran luar Bait Allah dipakai untuk berjualan, Tuhan Yesus amat marah dan mengusir semua orang yang berjualan di sana (Matius 21:12). Mengapa Tuhan Yesus begitu marah? Perlu diketahui bahwa dalam Bait Allah terdapat tempat yang dikhususkan bagi orang-orang non-Yahudi untuk berdoa kepada Allah Israel, yang terletak di pelataran luar Bait Allah. Tuhan Yesus marah karena tempat yang seharusnya digunakan oleh orang-orang non-Yahudi untuk berdoa kepada Allah malah dipakai untuk berjualan (21:13). Kisah Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah ini dicatat oleh keempat penulis kitab Injil. Yang menarik, dalam Yohanes 2:17, terdapat catatan bahwa kemarahan Tuhan Yesus membuat murid-murid-Nya melihat betapa besar cinta Tuhan Yesus kepada Allah Bapa di Sorga (Ingatlah bahwa Bait Allah adalah simbol kehadiran Allah). Yang menjadi pertanyaan, mengapa Yohanes mencatat kisah ini di bagian awal pelayanan Tuhan Yesus? Sangat mungkin bahwa dengan berbuat seperti itu, Yohanes memperlihatkan bahwa pelayanan Tuhan Yesus sejak awal telah merupakan pelayanan yang digerakkan oleh cinta kasih yang besar kepada Allah Bapa.

Apakah Anda memiliki kasih yang besar kepada Allah, yang menggerakkan Anda untuk melayani, beribadah, bahkan menjadi landasan bagi seluruh kehidupan Anda? Kita harus waspada dan mawas diri agar jangan sampai menjadi seperti jemaat Efesus yang walaupun rajin melayani dan sabar dalam penderitaan, namun ditegur oleh Tuhan Yesus karena telah kehilangan kasih yang semula (Wahyu 2:1-7). Bertobatlah dan tumbuhkanlah kembali kasih Anda kepada Yesus Kristus! Anda bisa melayani tanpa mengasihi, tetapi Anda tidak akan bisa mengasihi tanpa melayani! Melayani adalah bukti adanya kasih! [FL]

Mengikuti Teladan Sang Guru!

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 20

Tuhan Yesus menuju ke Yerusalem untuk disesah, disalib, dan dibangkitkan. Itulah tujuan kedatangan-Nya ke dunia (Matius 20:19). Kedua belas murid-Nya tidak memahami hal itu, bahkan mereka mengikuti Tuhan Yesus dengan motivasi agar ‘dilayani.’ Mereka berharap agar setelah mengikut Tuhan Yesus, mereka mendapat hak istimewa untuk memperoleh upah dan kekuasaan. Dalam 19:27, Petrus—sebagai juru bicara para murid—menanyakan upah mereka dalam mengikut Tuhan Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau, jadi apakah yang akan kami peroleh?” Permintaan ibu dari Yakobus dan Yohanes yang meminta posisi untuk kedua anaknya kepada Tuhan Yesus (20:20-21)—yang dikonfirmasi oleh jawaban Yakobus dan Yohanes yang menginginkan takhta itu (20:22)—serta respons marah yang diperlihatkan murid-murid yang lain atas permintaan Yakobus dan Yohanes, menunjukkan bahwa para murid tidak mengenal tujuan kedatangan Guru-Nya ke dalam dunia. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan-Nya berbeda dengan kerajaan dunia ini: Kerajaan dunia menjalankan pemerintahan dengan tangan besi (pemaksaan) terhadap rakyat, sedangkan pemimpin dalam Kerajaan Allah memimpin dengan cara melayani, seperti teladan dari Guru mereka, yaitu Tuhan Yesus.

Qal Vahomer (how much more = lebih-lebih lagi) adalah ungkapan yang sering dipakai orang Yahudi dalam berargumentasi, yaitu bahwa contoh yang diberikan guru harus menjadi standar yang ditiru para murid. Kita bersyukur karena Tuhan Yesus tidak hanya pandai bicara dan cakap mengajar, tetapi Dia memberi teladan sesuai dengan apa yang Dia ajarkan. Karena Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk melayani dan bukan dilayani, lebih-lebih lagi kita (murid-murid-Nya) harus melayani orang lain agar nama Tuhan Yesus makin dimuliakan?

Ujilah diri Anda: Semakin lama mengikut Tuhan Yesus, apakah Anda semakin rindu melayani Tuhan dan melayani sesama? Dalam bacaan Alkitab hari ini, ternyata bahwa motivasi murid-murid Tuhan Yesus—yang seharusnya semakin lama semakin dekat dengan Tuhan Yesus—adalah mengharapkan upah dan kekuasaan. Bila Tuhan Yesus—Raja dan Pencipta alam semesta raya—yang seharusnya dilayani, memilih untuk melayani, bukankah kita—ciptaan Allah—lebih-lebih lagi memiliki kewajiban untuk melayani? [FL]

Siapakah yang Empunya Kerajaan Sorga?

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 19

Dalam pasal 19 ini, Tuhan Yesus didatangi oleh bermacam-macam orang: Pertama, orang-orang Farisi hendak menjebak Tuhan Yesus dengan mengajukan pertanyaan mengenai perceraian. Mereka datang dengan maksud jahat (menjatuhkan). Kedua, anak-anak kecil yang hendak dibawa kepada Tuhan Yesus dihalang-halangi oleh para murid. Akan tetapi, Tuhan Yesus menegur tindakan para murid itu dengan mengingatkan bahwa pemilik Kerajaan Surga adalah orang yang bersikap seperti anak kecil, yaitu bersedia untuk bertobat dan merendahkan diri (Matius 18:3-4). Ketiga, orang muda yang kaya datang untuk menanyakan cara memperoleh hidup yang kekal. Ia merasa telah berhasil menuruti segala perintah Allah. Namun, saat Tuhan Yesus meminta dia menjual hartanya untuk dibagikan kepada orang miskin lalu mengikuti Tuhan Yesus, orang itu keberatan dan menolak. Keempat, Petrus—sebagai wakil para murid yang merasa telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan Yesus—menanyakan hasil apa yang akan mereka peroleh. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan Yesus pasti akan menerima berkat berkelimpahan, bahkan akan memperoleh hidup kekal.

Dari bermacam-macam orang yang mendatangi Tuhan Yesus, kita dapat memahami siapa yang akan memiliki Kerajaan Sorga: Pertama, mereka bukanlah orang yang terus-menerus bersikap jahat atau terus-menerus mempertanyakan kebenaran yang diajarkan Tuhan Yesus. Kedua,mereka adalah setiap orang yang mau bertobat dan terus-menerus merendahkan diri di hadapan Tuhan. Ketiga, mereka bukanlah orang yang merasa layak mendapatkan kerajaan Sorga karena kemampuan atau kesalehannya, tetapi orang yang bersandar kepada anugerah Allah semata. Keempat, mereka adalah orang yang mengasihi Tuhan Yesus lebih dari apa pun atau siapa pun di dunia ini.

Saat ini, di hadapan Tuhan, apakah Anda memiliki hati seperti anak kecil yang mau terus merendahkan diri dan bertobat, atau sebaliknya, Anda merasa benar di hadapan Tuhan dan layak dikasihi Tuhan karena Anda sudah berusaha hidup saleh seperti orang muda yang kaya itu? Orang yang semakin dekat dengan Tuhan akan semakin habis-habisan meninggalkan segala sesuatu untuk Tuhan karena ia telah menemukan yang paling berharga, yaitu Tuhan sendiri. [FL]

Terhilang Namun Dicari

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 18

Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Tuhan Yesus mengatakan bahwa yang terbesar bukanlah orang ternama dengan kemampuan luar biasa, melainkan orang yang bergantung kepada Allah seperti seorang anak kecil yang bergantung kepada orang tuanya. Pada masa itu, anak-anak dianggap kurang penting dibandingkan orang dewasa. Namun, Tuhan Yesus memuji sikap seperti anak kecil yang langsung merespons panggilan-Nya secara polos (apa adanya). Tuhan Yesus menggambarkan manusia berdosa sebagai domba yang tersesat (18:12), dan Dialah Gembala yang mencari domba yang tersesat. Tuhan Yesus rindu agar domba yang tersesat merespons panggilan-Nya.

Kondisi terhilang itu menyedihkan, lebih-lebih bila tidak ada yang mencari mereka yang terhilang. Syukurlah bahwa setiap kali kita tersesat dan terhilang, Tuhan Yesus—sebagai Gembala yang baik—senantiasa mencari dan memanggil kita. Tak ada dosa yang terlalu besar yang membuat Tuhan tak mau mencari kita. Saat kita masih berdosa, Tuhan membuktikan kasih-Nya dengan mati menebus dosa kita (Roma 5:8). Sebesar apa pun dosa kita atau senajis apa pun diri kita, Allah senantiasa mencari kita dan Ia menghendaki agar kita kembali kepada-Nya.

Saat Tuhan Yesus mencari dan memanggil kita, Dia menginginkan agar kita bersikap seperti anak kecil dalam merespons panggilan-Nya. Walaupun masyarakat sering meremehkan anak kecil, pandangan Tuhan Yesus berbeda. Dia amat menghargai sikap rendah hati seperti sikap anak kecil. Dia tidak memandang rendah anak-anak-Nya yang menyesali dosa-dosanya dan ingin bertobat.

Pengakuan dosa dalam ibadah hari Minggu adalah salah satu kesempatan yang sering Tuhan pakai untuk memanggil anak-anak Allah yang tersesat agar kembali kepada-Nya. Apakah ada hal yang membuat Anda menjadi ragu-ragu untuk segera datang kepada Tuhan? Apakah Anda pernah melakukan dosa yang membuat Anda merasa tidak layak untuk datang kepada-Nya? Ingatlah bahwa Allah amat menghargai orang yang menyesali dosa-dosanya, bertobat, dan datang kepada-Nya dengan sikap percaya—seperti seorang anak kecil—dengan hati yang hancur karena merasa berdosa. Bukalah hati Anda agar Anda bisa mendengar panggilan Tuhan agar Anda datang kepada-Nya untuk menerima pengampunan! [FL]