Markus 11:12-26
Wajarlah seandainya para murid menggeleng-gelengkan kepala saat melihat reaksi Tuhan Yesus yang nampak berlebihan saat tidak menemukan satu pun buah pada pohon ara untuk mengisi perutnya yang lapar. Alkitab mencatat dengan jelas alasan mengapa pohon ara itu tidak berbuah, yaitu karena “bukan musim buah ara” (11:13). Sekalipun demikian, Yesus Kristus menghardik pohon ara itu, “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” (11:4). Bukankah reaksi tersebut terasa berlebihan, bahkan seperti reaksi anak kecil yang merasa kesal karena tidak bisa memperoleh apa yang diinginkannya? Jika ini yang ada di benak kita, berarti kita tidak tahu apa pun tentang pohon dan buah ara. Pohon ara berbuah setahun dua kali. Normalnya, buah ara bertumbuh bersamaan dengan daun yang mulai keluar dari tangkai. Alkitab mencatat bahwa pohon ara itu sudah berdaun (11:13). Munculnya daun seharusnya dibarengi dengan kemuncul-an buah ara. Akan tetapi, penampilan dedaunan di pohon ara yang menjanjikan itu ternyata menipu, sama menipunya dengan pikiran kita yang menganggap Yesus Kristus tidak semestinya menghardik pohon ara itu. Yesus Kristus tidak bertindak berlebihan! Kita yang tertipu! Sekalipun demikian, ada jenis penipuan yang lebih tajam yang sedang dibongkar oleh Yesus Kristus. Di Bait Allah, Tuhan Yesus mengamuk. Ia mengusir orang-orang yang berdagang, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati—orang-orang yang mengang-gap dirinya menolong agar pelayanan di Bait Allah lebih lancar. Banyak orang Yahudi dari luar Yerusalem yang memanfaatkan jasa mereka karena uang persembahan yang mereka bawa harus dikonversi ke dalam mata uang yang hanya berlaku di Bait Allah. Membeli hewan persembahan di Bait Allah tentu sangat mengurangi kerepotan bila dibandingkan dengan membawa sendiri hewan korban dari tempat asal mereka. Akan tetapi, Yesus Kristus tahu bahwa kegiatan jual-beli ini sudah di-set-up sedemikian rupa agar mendatangkan keuntungan besar bagi orang-orang yang nampak berjasa itu. Mereka berkedok pelayanan, tetapi sebenarnya mereka adalah hamba uang. Penampilan mereka menipu! Jangan tertipu oleh penampilan! Mawas dirilah terhadap segala hal yang kita anggap sebagai kebaikan/kesalehan yang melekat pada diri kita. Jangan tertipu! Jangan pula kita sampai dihardik Tuhan karena tidak menghasilkan satu buah pun! [GI Mario Novanno]