Ulangan 16:18-17:20
Mudahkah berbuat adil di dalam kehidupan kita sehari-hari? Tidak mudah, bahkan dapat dikatakan sangat sulit! Sistem dunia yang jahat membuat manusia sering kali sulit berbuat adil. Berbuat adil semakin sulit untuk dilakukan setelah seseorang memiliki kekuasaan atau otoritas. Kekuasaan yang dimiliki membuat seseorang dapat dengan mudah menyelewengkan keadilan. Orang-orang yang berada di bawah kuasa atau otoritas orang tersebut tidak akan mampu protes atau berbuat apa-apa selain menerima perbuatan tidak adil yang dilakukan atasan mereka. Namun, di mata Tuhan, berbuat tidak adil adalah dosa.
Allah memerintahkan agar orang Israel mengangkat hakim-hakim karena mereka tinggal tersebar di Tanah Kanaan. Allah memerintahkan agar ibadah dilakukan di tempat yang Ia pilih kelak, yaitu di Yerusalem. Di sana, ada imam-imam, orang-orang Lewi, dan hakim-hakim. Mereka akan memutuskan perkara yang terlalu sukar untuk diputuskan oleh hakim-hakim lokal (17:8-9). Namun, perkara sehari-hari diputuskan oleh hakim-hakim di daerah masing-masing. Allah ingin agar semua hakim memutuskan perkara dengan benar. Tidak memutarbalikkan keadilan, dan tidak menerima suap (16:18-19). Allah yang Adil tidak dapat menerima orang-orang yang melakukan ketidakadilan. Pada waktu seseorang melakukan ketidakadilan, ada orang lain yang dianiaya, dirugikan, atau ditindas hak-hak mereka. Allah tidak ingin orang Israel melakukan hal-hal tersebut kepada orang lain. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa hukum yang kedua adalah perintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (Matius 22:39). Ketika seseorang melakukan ketidakadilan, tindakan tersebut menunjukkan bahwa dia tidak mengasihi sesamanya, melainkan menindas mereka. Perlakuan tidak adil ini dibenci oleh Allah.
Apakah Anda sudah berbuat adil di dalam hidup Anda? Ketika hak orang-orang lain ada di bawah kekuasaan Anda, apakah Anda sudah berbuat adil kepada mereka? Sebaliknya, saat Anda memiliki kuasa, apakah Anda justru dengan seenaknya tidak memberikan apa yang menjadi hak orang lain (misalnya dengan terlambat membayar gaji pegawai)? Apakah Anda mudah mengambil apa yang menjadi hak orang lain? Apakah Anda selalu memutuskan perkara dengan adil, atau Anda justru menindas orang yang lemah? [GI Wirawaty Yaputri]