Bacaan Alkitab hari ini:
Wahyu 9
Pasal ini melanjutkan penglihatan mengenai peniupan sangkakala oleh para malaikat. Sangkakala atau terompet biasanya ditiup sebagai tanda peringatan, baik menyangkut peng-hukuman, peperangan, maupun kemenangan. Bagi kita, suara sangkakala itu bukanlah peringatan penghukuman (karena kita telah menerima pengampunan dosa di dalam Yesus Kristus), tetapi tanda peringatan untuk waspada dan bersiap sedia dalam peperangan rohani. Suara sangkakala itu juga merupakan tanda kemenangan saat Kristus datang kembali untuk kedua kali.
Ketika sangkakala kelima dan keenam ditiup, muncul kembali penglihatan mengenai penghukuman Allah atas manusia berdosa (yang disebut sebagai orang yang tidak memakai cap milik Allah, 9:4). Gambaran penghukuman ini seperti tulah yang Allah jatuhkan kepada orang Mesir. Tujuannya jelas, yaitu supaya mereka bertobat. Penghukuman Allah membuat banyak orang akan tewas (9:18). Setelah melihat semua kejadian ini, apakah mereka yang masih hidup lantas bertobat? Rupanya tidak (9:20). Seperti halnya Firaun dan orang-orang Mesir, mereka justru mengeraskan hati dan terus melawan Allah dan melawan Yesus Kristus dengan menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala. Mereka terus melakukan dosa (9:21) yang makin mendatangkan kutuk untuk manusia dan dunia ini. Semakin banyak melakukan dosa, hati manusia semakin keras, semakin menjauhi Allah, dan semakin memberontak kepada Allah. Sekalipun demikian, apakah kekerasan hati manusia bisa menjadi alasan bagi kita untuk berhenti berdoa dan bersaksi kepada mereka? Tidak! Selama Allah memberi kesempatan, dan sebelum penghukuman akhir tiba, pintu pertobatan senantiasa terbuka bagi orang berdosa. [AH]
Wahyu 9:20
“Tetapi manusia lain, yang tidak mati ..., tidak juga bertobat dari perbuatan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan.”