Konflik Internal dalam Pelayanan Misi

Kisah Para Rasul 15:35-16:12

Kelompok pelayanan misi—seperti kelompok apa pun—tidak bebas dari konflik internal. Konflik tajam yang terjadi di antara Rasul Paulus dan Barnabas sulit dihindarkan. Kemungkinan, perasaan tidak nyaman di antara mereka terjadi saat Rasul Paulus mengambil alih kepemimpinan, yang waktunya berkaitan dengan perubahan sebutan “Saulus” menjadi “Paulus” (13:9). Saat sebutan “Saulus” masih dipakai, nama “Barnabas” selalu disebut sebelum “Saulus” (11:30; 12:25; 13:2,4,7). Sesudah sebutan “Paulus” dipakai, nama Barnabas hanya dua kali disebut di depan (14:14; 15:25), dan selebihnya disebut sesudah nama Paulus (13:42,43,46,50,51; 14:3,21; 15:2,12,13,22,35). Kemungkinan besar, Yohanes Markus—yaitu kemenakan Barnabas (Kolose 4:10)—merasa tidak senang melihat pengambilalihan kepemimpinan itu, sehingga ia meninggalkan tim dalam perjalanan misi pertama (Kisah Para Rasul 13:13). Saat Rasul Paulus hendak memulai perjalanan misi kedua, Barnabas hendak membawa Yohanes Markus, tetapi Rasul Paulus menolak karena ia menganggap Yohanes Markus tidak setia saat perjalanan misi pertama, sehingga tim misi itu terpecah menjadi dua tim (15:36-41).

Apakah perpecahan itu membuat mereka bermusuhan? Tidak! Mereka tetap bersahabat, tetapi bersimpang jalan. Barnabas membawa Yohanes Markus ke Siprus, sedangkan Rasul Paulus bersama dengan Silas menjadi satu tim yang kemudian ditambah dengan Timotius (16:1-3). Kedua tim ini masing-masing berkembang dan memuliakan Allah. Wa-laupun kelanjutan pelayanan tim yang dipimpin Barnabas tidak dicatat dalam Alkitab, jelas bahwa Barnabas berhasil membina Yohanes Markus menjadi seorang yang berguna dalam pelayanan (bandingkan dengan 2 Timotius 4:11). Pelayanan tim yang dipimpin oleh Rasul Paulus mengelilingi Siria dan Kilikia (15:41), melintasi Frigia, Galatia, Misia, dan akhirnya tiba di Troas (16:6-8). Di Troas inilah, Rasul Paulus mendapat penglihatan yang terkenal sebagai “Panggilan Makedonia” (16:9-10). Penglihatan inilah yang memberi keyakinan kepada Rasul Paulus bahwa Allah memanggil dia untuk melayani ke Makedonia. Oleh karena itu, ia melanjutkan perjalanan misi ke Filipi, kota pertama di Makedonia (16:11-12). Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita agar tidak bergunjing saat melihat perpecahan terjadi, melainkan kita melihat bagaimana Allah bisa bekerja melalui perpecahan itu! [P]

Kesatuan Kristen

Kisah Para Rasul 15:1-34

Perbedaan budaya atau adat istiadat adalah masalah yang bisa mengancam kesatuan. Orang Yahudi yang sejak lahir terikat dengan adat istiadat tidak mudah menerima orang bukan Yahudi yang memiliki adat istiadat berbeda. Bagi orang Yahudi, adat istiadat—khususnya tradisi sunat—adalah identitas yang menjadi sumber kebanggaan. Tun-tutan beberapa orang Yahudi agar anggota jemaat di Antiokhia disunat menimbulkan keresahan. Oleh karena itu, Paulus, Barnabas, dan bebera-pa anggota jemaat Antiokhia diutus untuk membicarakan hal ini dengan para rasul dan para penatua di Yerusalem (15:1-2). Ada beberapa hal penting yang dikemukakan oleh para pimpinan sidang di Yerusalem: Pertama, pemberian karunia Roh Kudus kepada orang bukan Yahudi menunjukkan bahwa tidak ada pembedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi (15:7-9). Kedua, bangsa bukan Yahudi tak boleh dibebani aturan yang menghambat mereka untuk berbalik kepada Allah (15:10-19). Ketiga, bangsa bukan Yahudi tak perlu disunat, tetapi mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang sudah dicemarkan oleh berhala, dari percabulan, dan dari daging binatang yang mati dicekik, serta dari darah (15:20, 28-29)). Aturan ketiga merupakan aturan kompromi agar keber-adaan petobat bukan Yahudi tidak menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi. Di kemudian hari, aturan tentang makanan yang sudah dice-markan oleh berhala itu kembali dipermasalahkan (1 Korintus 10:23-33).

Kesatuan Kristen merupakan kesatuan dalam keanekaragaman budaya, dan seharusnya terlihat dalam setiap kebersamaan orang percaya. Sayangnya, benturan budaya tak selalu bisa dihindarkan, bukan hanya pada pada masa gereja mula-mula, tetapi juga pada masa kini. Secara umum, kita harus bersikap toleran—artinya tidak bersikap memaksa—terhadap orang yang berbeda budaya. Akan tetapi, kita tak boleh kompromi dalam masalah moral—seperti masalah percabulan—dan dalam masalah iman—seperti masalah penyembahan berhala. Apa-kah Anda bisa menerima perbedaan tanpa keinginan mengkritik? Secara khusus, kita memerlukan kelompok pertemanan yang saling mendorong, saling menegur, saling menguatkan, dan saling mendoakan. Kelompok pertemanan seperti ini hanya dapat terwujud dalam kelompok kecil yang memiliki tekad untuk bertumbuh bersama. Apakah Anda memiliki kelompok pertemanan seperti itu? [P]

Pangkalan Misi

Kisah Para Rasul 13:50-14:28

Pemberitaan Injil dengan cara berkeliling itu melelahkan, baik secara fisik maupun secara mental. Di beberapa tempat, Rasul Paulus dan Barnabas menemui pola respons yang mirip, yaitu: Pertama, sebagian orang Yahudi bersikap terbuka untuk menerima berita Injil, tetapi sebagian lagi menutup diri. Kedua, orang bukan Yahudi lebih terbuka untuk menerima berita Injil. Akan tetapi, keterbukaan mereka terhadap berita Injil membuat orang Yahudi yang menolak berita Injil menjadi iri, marah, lalu menjadi oposisi. Di Ikonium, orang Yahudi yang menentang pemberitaan Injil berniat melempari Rasul Paulus dan Barnabas dengan batu, tetapi mereka berhasil melarikan diri ke Listra. Ketiga, mujizat dan tanda bersifat meneguhkan berita Injil. Akan tetapi, mujizat dan tanda dapat disalahpahami. Saat Rasul Paulus menyembuhkan seorang lumpuh di Listra, masyarakat menjadi salah paham serta menganggap Paulus dan Barnabas dianggap sebagai dewa. Barnabas mereka anggap seba-gai Dewa Zeus, sedangkan Rasul Paulus mereka anggap sebagai Dewa Hermes. Mereka mengklarifikasi, tetapi orang banyak sulit—atau tidak mau—mendengar. Dalam situasi kacau, orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium yang menentang pemberitaan Injil datang dan memprovo-kasi massa, lalu massa menjadi marah dan melempari Rasul Paulus de-ngan batu. Kemungkinan, beliau diseret keluar kota dalam keadaan ping-san, lalu ditinggalkan, tetapi beliau bisa bangun kembali dan melanjutkan perjalanan misi ke Derbe. Di kota itu, mereka memperoleh banyak mu-rid, lalu mereka kembali ke Listra, Ikonium, dan Antiokhia di Pisidia untuk menguatkan hati para murid di situ serta menetapkan para penatua jemaat. Setelah menjelajahi seluruh Pisidia, mereka tiba di Pamfilia dan memberitakan firman di Perga, lalu mereka kembali ke gereja Antiokhia yang telah mengutus mereka untuk memberi laporan tentang perjalanan mereka, dan tentu saja juga untuk memberi informasi tentang pokok-pokok doa yang diperlukan bagi pelayanan misi.

Gereja Antiokhia di Siria adalah gereja pertama yang mengutus misionari untuk melakukan perjalanan misi. Kita bisa menyebut gereja Antiokhia ini sebagai Pangkalan Misi. Pada masa kini, kita masih memerlukan gereja yang bersedia menjadi pangkalan misi seperti gereja Antiokhia. Bagaimana dengan gereja Anda: Apakah gereja Anda juga merupakan pangkalan misi? [P]

Prinsip Dasar Pemberitaan Injil

Kisah Para Rasul 13:13-49

Ada prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam pemberitaan Injil: Pertama, pemberitaan Injil harus dimulai dengan mencari titik temu yang berupa persamaan antara diri kita dengan pendengar kita. Saat tiba di suatu daerah, Rasul Paulus selalu mencari rumah ibadat orang Yahudi—yang disebut Sinagoge—serta mengikuti tata cara yang sudah biasa dilakukan di tempat itu. Di Sinagoge, di samping orang Yahudi, ada pula orang bukan Yahudi yang mengikuti agama Yahudi. Mereka disebut sebagai orang yang takut akan Allah (13:16) Di rumah ibadat, Rasul Paulus mulai bicara setelah diberi kesempatan untuk berbi-cara (13:15). Dia mencari titik temu dengan membahas keyakinan yang sama antara dirinya dengan pendengarnya (13:15-22). Kedua, pembicara-an harus diarahkan menuju “jembatan” untuk membicarakan tentang Yesus Kristus. Dalam khotbah di kota Antiokhia di Pisidia, Rasul Paulus memulai dengan membahas sejarah Israel secara sangat singkat, yaitu bahwa bangsa Israel dipilih untuk menjadi umat Allah, lalu tinggal seba-gai orang asing di Tanah Mesir, kemudian dituntun Allah untuk keluar dari Tanah Mesir melalui padang gurun, kemudian menaklukkan Tanah Kanaan. Jangka waktu 450 tahun (13:20) adalah perkiraan jumlah tahun mulai saat bangsa Israel tinggal di Tanah Mesir sampai penaklukan dan pembagian Tanah Kanaan. Setelah itu, bangsa Israel dipimpin oleh para hakim, lalu memasuki zaman pemerintahan Raja Saul dan Raja Daud. Penyebutan nama “Daud” inilah yang menjadi jembatan untuk membica-rakan tentang Tuhan Yesus, yaitu bahwa Yesus Kristus adalah Jurusela-mat yang merupakan keturunan Raja Daud. Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus menggenapi nubuat Perjanjian Lama melalui kema-tian dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Kematian dan ke-bangkitan Kristus itulah yang membuat orang berdosa bisa memperoleh pengampunan dosa.

Jangan heran bila pemberitaan Injil hampir selalu menimbulkan pemisahan, yaitu ada orang yang menutup diri dan tidak mau menerima berita Injil, tetapi ada pula orang yang terbuka untuk menerima berita Injil (13:43-48). Apakah Anda pernah memberitakan Injil? Kesempatan untuk memberitakan Injil hanya akan muncul bila Anda membina hubungan dengan orang lain. Setelah itu, carilah titik temu yang bisa menjadi jembatan untuk berbicara tentang Yesus Kristus! [P]

Mengikuti Pimpinan Roh Kudus

Kisah Para Rasul 12:24-13:12

Barnabas adalah utusan dari jemaat Yerusalem untuk melayani jemaat Antiokhia di Siria. Dia merekrut Saulus untuk mengajar—atau memuridkan—jemaat. Meskipun mereka berdua adalah pengajar dalam jemaat, saat gereja Antiokhia hendak membantu jemaat Yerusalem yang menderita kelaparan, mereka berdua bersedia menjadi utusan untuk membawa bantuan bagi jemaat Yerusalem (11:20-30). Bagi mereka, pe-layanan diakonia itu sangat penting. Saat kembali ke Antiokhia, mereka membawa Yohanes Markus (12:25), seorang yang berasal dari keluarga terpandang dalam jemaat Yerusalem. Rumahnya dipakai untuk perseku-tuan doa jemaat, sehingga Rasul Petrus—setelah dibebaskan dari penjara oleh malaikat Tuhan—langsung pergi ke rumah Maria, ibu dari Yohanes Markus (12:12).

Jemaat Antiokhia bersikap terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Saat Roh Kudus meminta agar Barnabas dan Saulus dikhususkan untuk melaksanakan tugas misi, jemaat berdoa dan berpuasa untuk meminta konfirmasi atau penegasan dari Tuhan. Akhirnya, Barnabas dan Saulus diutus untuk melaksanakan perjalanan misi pertama yang diatur oleh Roh Kudus. Yohanes Markus menyertai mereka sebagai pembantu dalam pe-layanan. Saat memberitakan Injil kepada Sergius Paulus—gubernur Pulau Siprus—mereka dihalangi oleh seorang tukang sihir Yahudi yang juga merupakan nabi palsu bernama Baryesus atau Elimas. Melihat hal itu, Saulus—yang penuh dengan Roh Kudus—berkata kepada Elimas, "Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu? Sekarang, lihatlah, tangan Tuhan datang menimpa engkau, dan engkau menjadi buta, beberapa hari lamanya engkau tidak dapat melihat matahari." (12:10-11a). Saat itu juga, Elimas menjadi buta dan Gubernur Sergius Paulus menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Sejak peristiwa itu, Saulus mulai disebut sebagai Paulus (13:9), dan tampak bahwa dia mulai mengambil alih kepemimpin-an. Bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan bahwa setiap orang percaya memiliki karunia masing-masing. Barnabas memiliki karunia menghibur, sedangkan Paulus memiliki karunia memimpin. Apakah Anda dan gereja Anda bersedia mengikuti pimpinan Roh Kudus dan melaksanakan apa yang Dia inginkan? [P]

Allah itu Berdaulat!

Kisah Para Rasul 12:1-23

Salah satu prinsip penting bagi orang percaya dalam menjalankan misi adalah pemahaman bahwa Allah itu berdaulat. Artinya, Allah itu memegang kekuasaan tertinggi untuk membuat keputusan apa pun sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tidak bisa memprotes apa pun yang diputuskan Allah. Akan tetapi, kita perlu meyakini bahwa Allah itu selalu baik! Dalam bacaan Alkitab hari ini, Allah membiarkan Rasul Yakobus mati terbunuh, tetapi melepaskan Rasul Petrus dari penjara (12:1-10). Bila kita mengakui kedaulatan Allah, kita tidak akan memprotes keputusan Allah yang membiarkan Rasul Yakobus mati terbunuh. Dalam kehidupan kita, termasuk dalam menjalankan Amanat Agung Kristus untuk memberitakan Injil dan menjadikan murid, penting bagi kita untuk selalu sadar bahwa Allah itu bebas membuat keputusan menurut apa yang Ia anggap baik. Kita tidak bisa mengendalikan Allah!

Kedaulatan Allah tidak berarti bahwa doa itu tidak berguna! Seluruh Alkitab dengan terang benderang menganjurkan kita untuk ber-doa, bahkan untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu. Dalam kasus Rasul Petrus yang dipenjara, jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah. Dengan meletakkan kisah pertolongan malaikat Tuhan (12:6-10) sesudah jemaat tekun mendoakan (12:5), penulis menyampaikan pesan bahwa pertolongan Tuhan melalui malaikat yang datang menolong itu merupakan respons Allah terhadap doa jemaat! Jadi, jelas bahwa hal Rasul Yakobus dibiarkan Allah mati terbunuh bukanlah alasan pembenar bagi jemaat pada masa itu untuk tidak berdoa bagi Rasul Petrus yang sedang berada dalam penjara! Dalam hidup kita, kadang-kadang kita menjadi pesimis saat mendengar berbagai kabar tentang banyak “orang baik” yang meninggal karena Covid-19. Adalah salah bila “kabar buruk” semacam itu membuat kita berkesimpulan bahwa doa itu tidak berguna! Justru sebaliknya: Kabar buruk seharusnya membuat kita bertambah tekun berdoa! Perhatikan bahwa sikap Herodes yang dengan sewenang-wenang telah membunuh Rasul Yakobus (12:2) dan membunuh para prajurit yang gagal menjaga Rasul Petrus di penjara (12:18-19), lalu menyombongkan diri (12:21-22), akhirnya membuat Herodes ditampar oleh malaikat Tuhan dan mati dimakan cacing-cacing (12:23). Jangan sombong! Renungkanlah: Apakah Anda telah bersikap tunduk terhadap kedaulatan Allah? [P]

Pemberitaan Injil oleh Anggota Jemaat

Kisah Para Rasul 11:19-30

Pemberitaan Injil merupakan kerja sama antara para rasul dengan orang-orang percaya biasa, sedangkan Penggerak dan Pemimpin pemberitaan Injil adalah Roh Kudus. Pemberitaan Injil baru dimulai setelah Roh Kudus turun pada hari Pentakosta. Akan tetapi. tugas para rasul bukan hanya memberitakan Injil, melainkan juga mengajar para petobat baru untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Matius 20:19-20). Oleh karena itu, para rasul “sulit” untuk meninggalkan Yerusalem. Untuk “memaksa” agar orang percaya bukan hanya menjadi saksi di Yerusalem saja, melainkan juga di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi, Allah membiarkan terjadinya penganiayaan terhadap para pengikut Kristus oleh orang-orang Yahudi yang tidak menyukai pemberitaan Injil. Penganiayaan itu seperti minyak yang disiramkan ke api. Banyak pengikut Kristus yang meninggalkan Yerusalem dan tersebar ke berbagai tempat. Mereka tidak membiarkan diri mereka dikuasai oleh perasaan ketakutan. Ke mana pun mereka pergi, mereka memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 8:1b,4).

Di antara anggota jemaat Yerusalem yang tersebar, ada yang melintasi daerah Fenisia dan terus menuju ke Siprus dan Antiokhia. Mula-mula, yang menjadi sasaran pemberitaan Injil hanya orang-orang Yahudi saja (11:19). Perhatikan kemiripan sikap ini dengan keragu-raguan Rasul Petrus dalam merespons undangan memberitakan Injil kepada Kornelius dan orang-orang bukan Yahudi yang berkumpul di rumahnya (pasal 10). Akan tetapi, beberapa orang Siprus dan orang Kirene memelopori pem-beritaan Injil kepada orang Yunani, dan sejumlah besar orang menjadi percaya (11:19-21). Perhatikan pula bahwa pemberitaan Injil di Antiokhia dilakukan oleh orang-orang percaya biasa, bukan oleh para rasul! Sete-lah kesuksesan pemberitaan Injil di Antiokhia didengar jemaat di Yerusa-lem, mereka mengutus Barnabas ke Antiokhia untuk membina jemaat di sana. Agar bisa melayani dengan lebih baik, Barnabas pergi ke Tarsus menjemput Saulus untuk direkrut sebagai rekan kerja dalam melayani jemaat Antiokhia. Di masa pandemi ini, ruang gerak kita terbatas, tetapi pengelolaan waktu menjadi lebih fleksibel. Pemberitaan Injil masih tetap bisa dilakukan secara pribadi oleh setiap anggota jemaat. Apakah Anda meniru jemaat mula-mula dan memakai kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil? [P]

Gereja Harus Menjalankan Misi!

Kisah Para Rasul 11:1-18

Mengubah pandangan masyarakat yang sudah diyakini secara turun-temurun tidaklah mudah. Orang Yahudi sangat yakin bahwa mereka diistimewakan Allah karena mereka mewarisi hukum Taurat. Mereka memandang sunat sebagai simbol identitas dan bangsa yang tidak bersunat mereka anggap tidak layak menjadi anggota umat Allah. Oleh karena itu, kehadiran Rasul Petrus di rumah Kornelius merupakan masalah serius, sehingga Rasul Petrus harus dengan sabar menjelaskan seluruh pengalamannya secara terperinci. Argumentasi Rasul Petrus menyangkut dua hal, yaitu: Pertama, kehadiran Rasul Petrus di rumah Kornelius merupakan wujud ketaatan kepada pimpinan Roh Kudus. Kedua, pimpinan Roh Kudus diungkapkan melalui penglihatan yang berulang sampai tiga kali, kesesuaian antara keyakinan akan pimpinan Tuhan dan peristiwa atau pengalaman, serta tanda bahasa roh. Perlu disadari bahwa tanda bahasa roh ini bukanlah dimaksudkan untuk orang bukan Yahudi di rumah Kornelius yang bersikap terbuka untuk beriman kepada Tuhan Yesus, tetapi dimaksudkan untuk orang Yahudi yang tidak beriman, yang sulit untuk percaya tanpa melihat tanda. Perhatikan bahwa tanda bahasa roh itu membuat “semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga.” (10:45, bandingkan dengan 1 Korintus 14:22).

Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa usaha untuk menggerakkan misi itu seringkali harus diawali dengan mengubah pola pikir. Di banyak gereja, tertanam keyakinan yang keliru bahwa misi baru perlu dimulai bila gereja sudah tidak menghadapi masalah lagi, padahal amanat Tuhan Yesus adalah bahwa para murid harus menjadi saksi di Yerusalem “dan”—atau “bersama-sama dengan”—di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Bila gereja tidak menjalankan misi, masalah dalam gereja tidak akan menjadi beres. Sebaliknya, bila gereja menjalankan misi, mata setiap anggota gereja akan terarah keluar kepada hal-hal besar, dan dampaknya adalah bahwa masalah-masalah kecil tidak akan dipersoalkan lagi. Bagaimana dengan gereja Anda: Apakah gereja Anda selalu sibuk menyelesaikan masalah-masalah kecil dalam gereja atau Anda dan gereja Anda taat menjalankan misi menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi? [P]

Jangan Ragu-ragu!

Kisah Para Rasul 10

Amanat Agung Tuhan Yesus telah sangat jelas! Para murid Tuhan Yesus harus pergi menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus (Matius 28:19-20). Mereka harus menjadi saksi, bukan hanya di kota Yerusalem saja, tetapi di seluruh dunia. Sayangnya, mereka ragu-ragu untuk meninggalkan kota Yerusalem! Yerusalem tetap menjadi “markas besar” mereka! Penganiayaan terhadap para pengikut Kristus membuat orang-orang percaya banyak yang tersebar ke berbagai tempat, tetapi para rasul tetap berkumpul di Yerusalem. Bila mereka keluar kota, mere-ka akan kembali lagi dan tetap tinggal di Yerusalem. Oleh karena itu, dalam bacaan Alkitab hari ini, Allah menegaskan bahwa Injil keselamat-an di dalam Yesus Kristus itu harus dibagikan kepada orang-orang non–Yahudi! Saat Kornelius mengutus beberapa orang untuk menjemput Rasul Petrus yang sedang menumpang di rumah seorang penyamak kulit di kota Yope yang bernama Simon, Allah memberi sebuah penglihatan kepada Rasul Petrus berupa berbagai binatang haram dalam sebuah kain lebar yang diturunkan dari langit. Tuhan meminta agar binatang-binatang haram itu disembelih dan dimakan, tetapi Rasul Petrus menolak. Kemudian, Tuhan mengumumkan bahwa binatang haram itu sudah men-jadi halal. Penglihatan itu bukanlah dimaksudkan untuk membicarakan tentang masalah haram dan halal, tetapi untuk menegaskan bahwa keselamatan bukan hanya bagi bangsa Israel atau Yehuda saja, melainkan bagi semua bangsa. Hal itu dipahami oleh Rasul Petrus saat utusan Kornelius tiba di rumah Simon.

Waktu Rasul Petrus tiba di rumah Kornelius dan melihat bahwa Kornelius telah mengumpulkan sanak saudaranya dan sahabatnya di rumahnya, Rasul Petrus menjadi semakin yakin bahwa Tuhan memang menginginkan agar ia membuka pintu pemberitaan Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Saat Rasul Petrus sedang memberitakan Injil, Tuhan meneguhkan kesadaran Rasul Petrus dengan mencurahkan Roh Kudus—yang ditandai oleh munculnya karunia berbahasa roh—kepada orang-orang yang sedang berkumpul di rumah Kornelius itu. Perhatikan bahwa karunia bahasa roh ini seperti tanda peresmian dimulainya suatu era baru, yaitu era penginjilan kepada bangsa bukan Yahudi. Apakah Anda dan gereja Anda telah ikut serta menjalankan penginjilan lintas budaya atau penginjilan lintas suku, minimal melalui doa? [P]

Mujizat yang Memuliakan Allah

Kisah Para Rasul 9:32-43

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Petrus membuat dua mujizat yang luar biasa, yaitu menyembuhkan orang lumpuh dan mem-bangkitkan orang mati. Akan tetapi, dalam kedua mujizat itu, jelas bahwa Tuhan Yesus yang dimuliakan, bukan Rasul Petrus . Pada mujizat pertama, Rasul Petrus mengatakan, "Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; ....” Jelas bahwa Rasul Petrus tidak mengatakan, “Aku menyembuhkan engkau!” Dengan demikian, penghormatan diberikan kepada Tuhan dan hasilnya adalah bahwa semua penduduk Lida dan Saron berbalik kepada Tuhan (9:33-34). Pada mujizat kedua, jelas bahwa yang menjadi pusat perhatian adalah Tabita atau Dorkas, seorang perempuan yang banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Kebaikannya membuat kematiannya ditangisi oleh banyak orang yang berhutang budi kepadanya. Sebelum membangkitkan Dorkas, Rasul Petrus berlutut dan berdoa. Oleh karena itu, saat dia membangkitkan Dorkas, jelas bahwa kuasa untuk membangkitkan itu bukan berasal dari diri Rasul Petrus, tetapi berasal dari Tuhan. Peristiwa ini juga membuat banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan (9:40-42).

Pada zaman ini, ada banyak orang yang mengaku memiliki karunia untuk menyembuhkan. Akan tetapi, kita perlu memperhatikan dengan teliti apakah mereka yang mengaku memiliki karunia penyem-buhan itu memuliakan Allah atau dirinya sendiri! Sesudah Rasul Petrus menyembuhkan Eneas yang lumpuh dan membangkitkan Dorkas dari kematian, tidak ada pemujaan terhadap Rasul Petrus. Respons yang terlihat adalah bahwa banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus (9:35,42). Bagaimana dengan para pembuat mujizat yang Anda kenal: Apakah para pembuat mujizat itu membuat banyak orang datang kepada Yesus Kristus? Apakah para pengkhotbah populer yang menjadi idola Anda membuat banyak orang datang kepada Kristus? Ingatlah bahwa mujizat dan tanda yang menyertai pemberitaan Injil bukan dimak-sudkan untuk memuliakan si pembuat mujizat, melainkan untuk memulia-kan Yesus Kristus dan membawa banyak orang kepada keselamatan yang tersedia di dalam Yesus Kristus! Apakah kehidupan Anda telah membuat orang lain tertarik untuk datang kepada Yesus Kristus? Sean-dainya Anda ingin menjadi pembuat mujizat, apakah Anda benar-benar ingin memuliakan Allah melalui mujizat itu? [P]