Kekudusan Allah Harus Dihargai

Kisah Para Rasul 5:1-16

Tindakan menjual tanah atau menjual rumah—dan hasil penjualannya digunakan untuk kepentingan bersama—adalah tindakan terpuji. Tindakan tersebut mempersatukan jemaat. Sayangnya, dalam bacaan Alkitab hari ini, tindakan terpuji itu dirusak oleh sepasang suami istri yang tidak memiliki integritas. Secara sederhana, integritas berarti kesamaan atau kesatuan antara apa yang dilihat oleh orang lain tentang diri kita dan fakta yang sebenarnya. Integritas ini sangat penting karena tuntutan Allah yang paling dalam bukanlah menyangkut apa yang kelihatan, melainkan apa yang tidak kelihatan, yaitu menyangkut hati. Sejak dalam Perjanjian Lama, Allah telah berterus terang bahwa Ia membenci persembahan korban yang dipersembahkan tanpa ketulusan hati. Tidak adanya ketulusan hati membuat ada orang yang mempersembahkan korban berupa hewan yang cacat. Sudah jelas bahwa harga hewan yang cacat jauh lebih murah daripada hewan yang kondisinya tanpa cacat. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Ananias dan istrinya—yaitu Safira—ingin menjadi orang yang dikagumi dan dianggap sebagai orang saleh yang rela mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanah mereka kepada Allah. Sayangnya, hati mereka tidak tulus. Mereka ingin dianggap mempersembahkan seluruh hasil penjualan tanah, tetapi mereka hanya rela mempersembahkan sebagian hasil penjualan tanah. Oleh karena itu, mereka memanipulasi atau menipu. Mereka tidak sadar bahwa Allah tidak mungkin bisa tertipu. Penipuan itu membuat Allah murka, sehingga Ananias dan Safira dihukum mati seketika oleh Tuhan. Perhatikan bahwa Allah bukan murka karena jumlah uang yang mereka persembahkan, tetapi karena penipuan yang mereka lakukan (5:3-4)!

Tuntutan agar kita memiliki integritas itu berkaitan dengan kekudusan Allah yang sama sekali tidak boleh dikotori oleh dosa, termasuk oleh dosa memanipulasi. Bila manipulasi yang dilakukan oleh Ananias dan Safira itu dibiarkan, kekudusan umat Allah akan tercemar. Ada yang mengira bahwa tuntutan yang ketat terhadap kehidupan yang kudus akan menghalangi orang datang kepada Kristus. Bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan bahwa dugaan itu salah! Kematian Ananias dan Safira justru menumbuhkan rasa hormat kepada Allah, sehingga jumlah orang percaya justru semakin bertambah! Apakah kehidupan Anda menunjukkan bahwa Anda menghargai kekudusan Allah? [P]

Peranan Uang dalam Misi

Kisah Para Rasul 4:32-37

Uang bisa dipakai untuk berbuat jahat, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Bila uang dipakai untuk menindas atau menjadi alat untuk bertindak sewenang-wenang, uang menjadi sumber kesengsaraan dan permusuhan. Akan tetapi, bila uang dipakai untuk menolong orang lain, uang bersifat mempersatukan. Sebagian orang yang bertobat pada hari Pentakosta berasal dari tempat jauh. Bekal mereka terbatas dan akan habis bila mereka tinggal terlalu lama di Yerusalem. Oleh karena itu, agar mereka yang berasal dari tempat jauh bisa bertahan untuk tetap tinggal di Yerusalem, orang percaya yang merupakan penduduk lokal rela menjual tanah atau rumah mereka, lalu memakai uang hasil penjualan tanah atau rumah untuk mencukupi keperluan mereka yang memerlukan bantuan (2:32-35). Penyebutan nama Barnabas sebagai salah seorang yang menjual ladang miliknya (2:36-37) untuk menolong mereka yang perlu bantuan menunjukkan bahwa Barnabas adalah orang yang terpandang dalam jemaat Yerusalem. Dialah yang memberi rekomendasi, sehingga para murid di Yerusalem bisa menerima Saulus (9:27)—mantan penganiaya orang Kristen yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus—dan selanjutnya, dia pula yang melibatkan Rasul Paulus dalam pelayanan jemaat di Antiokhia (11:25-26).

Uang adalah hamba yang baik, sekaligus tuan yang kejam. Uang yang dipakai untuk kebaikan akan berdampak positif. Akan tetapi, bila uang menjadi “tuan”—artinya pemilik uang menjadi penguasa—uang akan dikejar dan menjadi sangat berbahaya. Sampai masa kini, masih diperlukan orang-orang yang rela memakai uangnya untuk menolong orang lain dan menyokong proyek-proyek kemanusiaan. Misi juga memerlukan sokongan dana. Ada tiga komponen misi yang semuanya penting, yaitu orang yang menjalankan misi, dana untuk menyokong misi, dan orang yang setia mendoakan misi. Tanpa doa, misi menjadi usaha manusia yang tidak mampu melakukan terobosan. Tanpa dana, para pelaku misi tidak bebas bergerak dan perhatian mereka akan terpecah karena mereka harus memikirkan kebutuhan hidup. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyandang dana tidak boleh menjadi majikan karena pemilik dana yang sesungguhnya adalah Allah. Dana untuk misi harus pertama-tama dipersembahkan kepada Allah. Apakah Anda rela menyisihkan uang Anda untuk mendukung misi? [P]

Pembenci yang Sensitif

Kisah Para Rasul 21:27-22:22

Setelah tiba di Yerusalem, Rasul Paulus mengunjungi Yakobus yang merupakan pimpinan jemaat di Yerusalem, lalu menceritakan pengalamannya dalam melayani bangsa-bangsa non-Yahudi. Di satu sisi, pengalaman itu membuat orang-orang Kristen di Yerusalem memuliakan Allah. Di sisi lain, telah berkembang hoaks bahwa Rasul Paulus mengajar orang Yahudi di perantauan untuk meninggalkan hukum Musa, termasuk melarang sunat. Oleh karena itu, Rasul Paulus mengikuti saran jemaat Yerusalem agar menjalankan tradisi pentahiran guna mengakhiri nazar, sehingga hoaks tersebut bisa ditangkal (21:17-26). Akan tetapi, ternyata bahwa orang-orang Yahudi dari Asia yang melihat kehadiran Rasul Paulus langsung menghasut massa dan membuat keributan, sehingga kepala pasukan Romawi di Yerusalem memerintahkan para prajuritnya untuk “mengamankan” Rasul Paulus (21:27-33). Sikap Rasul Paulus yang berbicara bahasa Yunani dengan kepala pasukan (21:37) dan berbicara bahasa Ibrani (21: 40) dengan orang banyak memperlihatkan bahwa Rasul Paulus selalu berusaha menyesuaikan diri dengan orang lain.

Dalam pidato yang disampaikannya kepada orang banyak, Rasul Paulus memakai pola yang sudah umum beliau lakukan: Pertama, Rasul Paulus memulai pidatonya dengan mengemukakan kesamaan antara dirinya dengan pendengarnya, yaitu bahwa dia adalah orang Yahudi yang mendapat pendidikan tentang hukum Taurat di bawah bimbingan Gamaliel, seorang ulama yang dihormati oleh masyarakat Yahudi saat itu. Dia juga mantan seorang yang sangat bersemangat menganiaya orang-orang Kristen (22:1-5). Kedua, Rasul Paulus menceritakan tentang pertobatannya saat bertemu dengan Tuhan Yesus di jalan menuju ke Damsyik (22:6-16). Ketiga, Rasul Paulus menceritakan panggilannya untuk melayani bangsa-bangsa lain (22:17-21). Sayangnya, kesaksian panggilan ini membuat kemarahan massa kembali meledak (22:22).

Rasul Yohanes berkata, “Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu.” (1 Yohanes 3:13). Perkataan ini senada dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:19. Sepanjang sejarah, gereja tidak pernah bisa menghindar dari adanya pembenci kekristenan. Percayakah Anda bahwa walaupun selalu ada pembenci kekristenan, Allah selalu melindungi umat-Nya? Gereja tetap ada bukan karena tidak ada yang membenci, tetapi karena Allah melindungi gereja! [P]

Menghadapi Ancaman

Kisah Para Rasul 4:23-31

Apakah ancaman yang dihadapi oleh Rasul Petrus dan Rasul Yohanes memudarkan semangat mereka dalam memberitakan Injil? Tidak! Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta membuat semangat mereka dalam memberitakan Injil tidak pernah menjadi pudar! Selain itu, ada dua hal yang membuat mereka tidak kehilangan semangat:

Pertama, mereka menghadapi ancaman dengan mempertahankan kebersamaan. Sesudah dilepaskan dari persidangan di Yerusalem, mere-ka tidak langsung pulang ke rumah untuk bersembunyi, melainkan menemui teman-teman mereka dan menceritakan apa yang telah mere-ka alami. Kebersamaan membuat mereka bisa saling mendorong, saling menolong, dan saling menguatkan. Kebersamaan membuat mereka tidak menanggung beban sendirian. Beban yang ditanggung bersama akan terasa lebih ringan. Diskusi akan membuat pemikiran menjadi lebih luas, sehingga tekanan terasa lebih ringan.

Kedua, mereka menghadapi ancaman dengan berdoa bersama memohon keberanian yang berasal dari Roh Kudus (2 Timotius 1:7). Perhatikan bahwa doa bersama yang dilakukan oleh Rasul Petrus, Rasul Yohanes, dan teman-teman mereka itu merupakan respons terhadap pengalaman yang diceritakan oleh Rasul Petrus dan Rasul Yohanes. Doa membuat pikiran dan perasaan mereka terarah kepada Tuhan, bukan terarah kepada masalah yang mereka hadapi. Pikiran dan perasaan yang terarah kepada Tuhan membuat mereka tidak dikuasai oleh rasa takut karena mereka bisa meyakini bahwa Allah itu lebih besar daripada masalah yang mereka hadapi. Mereka meyakini bahwa usaha orang-orang yang hendak melawan Allah itu merupakan usaha yang sia-sia. Oleh karena itu, doa yang mereka panjatkan itu bukan meminta agar masalah disingkirkan oleh Tuhan, melainkan agar mereka tetap berani memberitakan firman Allah (Kisah Para Rasul 4:29), dan Tuhan memberikan kuasa yang diperlukan dalam pelayanan (4:30).

Doa membuat mereka semua yang sedang berkumpul itu menjadi penuh dengan Roh Kudus, sehingga mereka terdorong untuk terus memberitakan firman Allah dengan berani (4:31). Apakah Anda memiliki teman-teman yang biasa berdoa bersama dengan Anda serta saling mendorong, saling menasihati, dan saling menguatkan antara yang seorang dengan yang lain? [P]

Semakin Dihambat, Semakin Merambat

Kisah Para Rasul 4:1-22

Hambatan terhadap pemberitaan Injil terjadi di sepanjang sejarah gereja. Akan tetapi, hambatan tak bisa menghentikan pemberitaan Injil, melainkan justru memperluas pemberitaan Injil. Ironinya, yang paling menghambat pemberitaan Injil adalah para pemimpin agama yang merasa tersaing. Dalam bacaan Alkitab hari ini, pemberitaan Injil Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dihentikan oleh para imam, kepala pengawal Bait Allah, dan orang-orang Saduki yang tidak memercayai adanya kebangkitan orang mati. Mereka marah karena Rasul Petrus dan Rasul Yohanes mengajarkan tentang adanya kebangkitan orang mati di dalam Kristus. Sekalipun demikian, pemberitaan mereka telah membuat banyak orang menjadi percaya sehingga jumlah para pengikut Kristus telah bertambah dan menjadi sekitar lima ribu orang (4:1-4).

Keesokan harinya, Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dihadapkan kepada sidang yang terdiri dari para pemimpin Yahudi, para tua-tua, para ahli Taurat, serta imam besar dan para keturunan imam besar. Dalam sidang itu, Petrus—yang penuh dengan Roh Kudus—dengan berani memberitakan tentang Yesus Kristus yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi dan telah dibangkitkan oleh Allah dari antara orang mati. Dengan tegas, Rasul Petrus menyampaikan keyakinannya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Para peserta sidang heran menyaksikan keberanian Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dalam bersaksi tentang Yesus Kristus. Karena orang lumpuh sejak lahir yang bisa berjalan merupakan saksi nyata bagi kemesiasan Kristus, para peserta sidang tidak bisa memberi bantahan. Akhirnya, Rasul Petrus dan Rasul Yohanes hanya dilarang dan diancam agar berhenti memberitakan Kristus. Akan tetapi, mereka berdua menolak! Dengan terus terang, mereka berdua berkata bahwa mereka harus lebih taat kepada Allah daripada kepada peserta sidang! Karena sidang itu takut terhadap orang banyak yang memercayai pemberitaan Rasul Petrus dan Rasul Yohanes, akhirnya mereka berdua dibebaskan (4:5-22).

Bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan bahwa adanya ancaman dan larangan terhadap pemberitaan Injil itu adalah hal yang lumrah. Ancaman dan larangan itu terjadi karena Iblis tidak suka terhadap pemberitaan Injil. Akan tetapi, rencana Allah tidak akan bisa dihentikan! Apakah Anda pernah memberitakan Injil? [P]

Hadir untuk Menjadi Berkat

Kisah Para Rasul 3:11-26

Terjadinya mujizat orang lumpuh bisa berjalan membuat banyak orang yang melihat peristiwa itu mengerumuni Petrus dan Yohanes. Saat merasakan adanya pancaran rasa kagum dalam pandangan orang banyak terhadap diri mereka, Rasul Petrus menegur dan mengingatkan bahwa peristiwa itu terjadi bukan karena mereka saleh atau memiliki kuasa, tetapi karena Tuhan Yesus memberi kesembuhan (3:11-16). Jadi, Rasul Petrus secara ketat menolak penghargaan terhadap dirinya! Beliau tidak mau menjadi fokus pemberitaan! Sikap seperti itu amat bertolak belakang dengan sikap sebagian pengkhotbah populer yang merasa bangga bila menjadi pusat perhatian dan dianggap sebagai orang yang memiliki kuasa untuk membuat mujizat! Kesembuhan itu seharusnya membuat mereka memuliakan Kristus yang telah bangkit dari kematian!

Pemberitaan Injil yang lengkap selalu terdiri dari tiga bagian penting, yaitu dosa sebagai sumber masalah, solusi oleh karya Kristus, dan respons percaya. Bagi orang Yahudi, masalah mereka yang paling utama adalah bahwa mereka telah meminta Pontius Pilatus untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus Kristus—yang di sini disebut sebagai “Yang Kudus dan Benar”—dan justru membebaskan Barabas yang merupakan seorang pembunuh (3:13-14; Lukas 23:13-25). Akan tetapi, permintaan mereka kepada Pontius Pilatus—yang dilandasi oleh ketidaktahuan—itu justru telah dipakai Allah untuk menggenapi nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama, yaitu bahwa Kristus harus mati untuk menebus dosa manusia, dikuburkan, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga (Kisah Para Rasul 3:17-18; 1 Korintus 15:3-4). Kematian Kristus itu justru membuat mereka bisa memperoleh pengampunan dosa bila mere-ka menyadari dosa mereka dan bersedia untuk bertobat. Dengan demi-kian, kematian Kristus itu mewujudkan janji Allah kepada Abraham, yaitu bahwa oleh keturunan Abraham—yaitu Yesus Kristus—semua bangsa di bumi mendapat berkat (Kisah Para Rasul 3:19, 25).

Berita Injil adalah berita tentang pengampunan dosa di dalam Kristus. Walaupun kehadiran orang percaya seharusnya menjadi berkat dalam segala aspek—termasuk sosial dan ekonomi—bagi lingkungan tempat ia hadir, aspek paling utama adalah keselamatan. Orang Kristen harus hadir sebagai saksi Kristus yang menyampaikan berita keselamatan di dalam Kristus. Apakah Anda telah menjadi saksi Kristus? [P]

Tanda Kemesiasan

Kisah Para Rasul 3:1-10

Peristiwa orang lumpuh bisa berjalan ini berbeda dengan peristiwa orang sakit disembuhkan. Tidak pernah ada orang yang lumpuh sejak lahir, lalu sembuh, kemudian langsung bisa berjalan. Bila ada orang sakit yang sudah berbaring berminggu-minggu di tempat tidur berhasil disembuhkan, dia tidak akan bisa langsung berdiri, melainkan harus bangun perlahan-lahan, lalu beradaptasi dengan darah yang mengalir lebih cepat, baru akhirnya dia bisa berdiri dan mengatasi rasa pusing. Setelah tidak merasa pusing, barulah dia bisa berjalan. Waktu adaptasi itu tidak bisa terlalu cepat. Dalam bacaan Alkitab hari ini, orang lumpuh sejak lahir itu disuruh berjalan oleh Rasul Petrus. Orang lumpuh itu seumur hidup belum pernah berdiri dan berjalan. Bila lumpuhnya sembuh, dia tidak mungkin bisa langsung bangun dan berjalan, apa lagi melompat-lompat. Oleh karena itu, peristiwa orang lumpuh bisa berdiri, berjalan, bahkan melompat-lompat (3:7-8) merupakan suatu pemulihan, bukan sekadar penyembuhan biasa. Peristiwa orang lumpuh bisa berjalan ini mengingatkan kita kepada jawaban Tuhan Yesus saat Yohanes Pembaptis bertanya melalui dua orang muridnya, apakah Yesus Kristus itu adalah Sang Mesias atau bukan. Saat itu, Tuhan Yesus mengutip Yesaya 35:5-6—yang merupakan nubuat tentang Sang Mesias—sebagai jawaban (Lukas 7:22). Jadi, hal orang lumpuh yang diperintahkan untuk berjalan demi nama Tuhan Yesus itu merupakan suatu deklarasi tidak langsung bahwa Yesus Kristus adalah Sang Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel.

Dalam sejarah kekristenan, peristiwa orang lumpuh berjalan ini pernah berulang saat Injil diberitakan di tempat yang belum pernah men-dengar berita Injil. Orang lumpuh bisa berjalan karena nama Yesus Kris-tus merupakan tanda kehadiran Sang Mesias. Munculnya tanda kehadir-an Sang Mesias seperti yang terjadi dalam bacaan Alkitab hari ini sangat jarang terjadi dalam keadaan biasa! Pada umumnya, Allah memberikan tanda khusus hanya saat Injil diberitakan di tempat yang sama sekali belum pernah mendengar berita Injil. Sebagai orang Kristen yang sudah mengenal Kristus, seharusnya kita memiliki iman, walaupun kita tidak melihat tanda (Yohanes 20:29). Apakah sampai saat ini, Anda tetap mempertahankan iman, walaupun Anda belum pernah melihat tanda kemesiasan apa pun? [P]

Tindak Lanjut bagi Para Petobat Baru

Kisah Para Rasul 2:41-47

Perlu diingat bahwa pencurahan Roh Kudus dimaksudkan bagi tujuan penyelamatan manusia berdosa, bukan supaya para murid terlihat hebat atau berkuasa! Roh Kudus dicurahkan dengan maksud untuk menyadarkan manusia bahwa dirinya berdosa, menyadarkan bahwa kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan Kristus adalah bagian dari rencana penyelamatan Allah, serta mendorong manusia berdosa untuk merespons keselamatan yang tersedia di dalam Kristus (2:21-41). Dalam bacaan Alkitab hari ini, jelas bahwa pemberitaan Injil bukanlah akhir dari pelayanan para murid. Setelah tiga ribu orang bertobat dan dibaptis pada hari Pentakosta, para petobat itu untuk sementara tetap tinggal di Yerusalem agar dapat mengikuti pengajaran para rasul, bersekutu, serta memecahkan roti dan berdoa. Perlu disadari bahwa para petobat baru itu adalah hasil pelayanan seratus dua puluh murid—terutama dua belas rasul—bukan hanya hasil pelayanan Rasul Petrus seorang diri, sekalipun Rasul Petrus adalah pemimpin atau juru bicara para murid.

Pelayanan tindak lanjut terhadap para petobat dilakukan secara bersama-sama oleh para rasul, bukan hanya dilakukan secara sendirian oleh Rasul Petrus. Pelayanan tindak lanjut ini terdiri dari empat bagian, yaitu mendengar pengajaran para rasul, bersekutu, memecahkan roti, dan berdoa (2:42). Peran Roh Kudus dalam pelayanan tindak lanjut ini adalah mengingatkan para murid akan apa yang telah diajarkan Tuhan Yesus kepada mereka (Yohanes 14:26) dan menyatukan orang percaya (bandingkan dengan 1 Korintus 12:13). Kesatuan orang percaya ini meru-pakan kesatuan sebagai satu tubuh dengan setiap orang percaya seba-gai anggota tubuh dan Kristus sebagai kepala. Perhatikan bahwa peng-ajaran para rasul dan persekutuan orang percaya itu dilakukan di Bait Allah, sedangkan praktik memecahkan roti dan makan bersama ini dila-kukan secara bergilir di rumah. Berdoa tentu saja dilakukan baik di Bait Allah maupun di rumah. Selain mengikuti pembinaan, bersekutu, makan bersama, dan berdoa bersama, para petobat baru itu memuji Allah setiap hari sebagai gaya hidup yang baru (Kisah Para Rasul 2:46). Pelayanan tindak lanjut ini penting untuk membentuk cara pandang yang baru yang sesuai dengan kehendak Kristus. Apakah gereja tempat Anda beribadah tetap bertekun melaksanakan penginjilan dan pembinaan para petobat baru pada masa pandemi ini? [P]

Tanda Pencurahan Roh Kudus

Kisah Para Rasul 2:14-40

Anggapan bahwa tanda pencurahan Roh Kudus selalu berupa karunia bahasa roh adalah suatu kekeliruan. Tanda-tanda dalam 2:17-20 adalah, “anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi ge-lap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.” (bandingkan dengan Yoel 2:28-31). Yang menarik, tanda-tanda tersebut tidak muncul pada hari raya Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2:1-11. Tidak ada nubuat, penglihatan, dan mimpi pada hari itu. Tidak ada catatan bahwa matahari berubah menjadi gelap gulita atau bulan menjadi darah pada saat itu.

Apakah perbedaan antara peristiwa yang terjadi pada hari raya Pentakosta dengan Yoel 2:28-31 berarti bahwa Rasul Petrus salah kutip atau Lukas—penulis Kisah Para Rasul—salah catat? Tidak! Nubuat Nabi Yoel tidak boleh ditafsir secara harfiah! Tanda pencurahan Roh Kudus yang disebut oleh Nabi Yoel adalah tanda yang berwujud perubahan hidup para murid—yaitu bahwa para murid yang sebelumnya penakut, mendadak berani berbicara kepada banyak orang,—serta tanda yang bersifat supra alamiah atau melampaui akal, yaitu munculnya bunyi seperti tiupan angin keras, munculnya lidah-lidah seperti nyala api, dan perkataan para murid yang didengar oleh para pendengar yang datang dari daerah lain sebagai perkataan dalam bahasa yang mereka pakai di negeri asal mereka (Kisah Para Rasul 2:2-4). Jadi, Roh Kudus membuat para murid sanggup memberitakan Injil secara efektif! Perhatikan bahwa tanda-tanda yang muncul pada hari Pentakosta menandai dimulainya suatu era baru, yaitu era pelaksanaan Amanat Agung Kristus. Tanda-tanda tersebut tidak pernah berulang lagi secara persis dalam sejarah kekristenan. Akan tetapi, sampai saat ini, Roh Kudus masih terus berkar-ya, dan karya Roh Kudus selalu membawa manusia kepada Kristus. Apa-kah Roh Kudus telah mengubah hidup Anda? Perubahan apa yang terjadi dalam hidup Anda yang masih bisa Anda ingat? [P]

Pencurahan Roh Kudus

Kisah Para Rasul 2:1-13

Sebutan “hari Pentakosta” dalam bacaan Alkitab hari ini bisa dilihat dari dua perspektif—atau sudut pandang—yang berbeda. Bagi orang-orang pada masa itu, “hari Pentakosta” adalah hari raya peng-ucapan syukur atas datangnya musim panen gandum. Akan tetapi, ber-dasarkan peristiwa yang dituliskan pada bacaan Alkitab hari ini, hari raya ini diadopsi oleh gereja dan diberi pengertian baru, yaitu sebagai hari peringatan pencurahan Roh Kudus. Pengadopsian nama hari raya de-ngan pengertian baru ini terjadi pula untuk hari raya Paskah. Pada masa kehidupan Tuhan Yesus di bumi, Paskah adalah hari raya untuk memper-ingati keluarnya bangsa Israel dari Tanah Mesir. Akan tetapi, gereja telah mengadopsi hari raya itu sebagai hari untuk memperingati kebangkitan Kristus dari kematian. Sebenarnya, para ahli Perjanjian Lama meyakini bahwa hari raya yang dirayakan pada masa Perjanjian Lama itu adalah adopsi terhadap hari raya bangsa Kanaan yang berkaitan dengan masalah pertanian, khususnya menyangkut kesuburan tanah. Akan teta-pi, hari-hari raya itu diperingati oleh bangsa Israel dengan makna dan cara memperingati yang sangat berbeda. Oleh karena itu, cara gereja mengadopsi hari raya Paskah dan hari raya Pentakosta dengan makna baru bisa dikatakan sebagai meniru cara Allah mengadopsi hari raya bangsa Kanaan.

Pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari raya Pentakosta telah mengubah total kehidupan para murid. Sebelumnya, saat Tuhan Yesus ditangkap di Taman Getsemani, tampak jelas bahwa para murid merasa ketakutan sehingga mereka melarikan diri (Matius 26:56). Simon Petrus, yang sebelumnya berani memotong telinga hamba Imam Besar, berubah menjadi pengecut dan tidak berani mengaku terus terang bahwa ia adalah salah seorang murid Kristus setelah ia melihat bahwa Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap (Yohanes 18:10-27). Akan tetapi, setelah Roh Kudus dicurahkan, para murid yang penuh dengan Roh Kudus itu berubah menjadi pemberani. Mereka berani berkata-kata kepada orang banyak dengan mengikuti kata-kata yang diberikan Roh Kudus untuk mereka ucapkan. Pada masa kini pun, bila umat Tuhan bersedia mengikuti pimpinan Roh Kudus, kita akan dengan berani menjadi saksi Kristus yang setia memberitakan Injil. Apakah Anda pernah bertindak sebagai saksi Kristus yang dengan berani menceritakan keyakinan Anda tentang Kristus kepada orang lain? [P]