Pembentukan Tim Pelayanan

Kisah Para Rasul 1:12-26

Pengikut Kristus banyak jumlahnya, tetapi kedekatan terhadap Tuhan Yesus berbeda-beda. Kelompok yang berinteraksi paling erat dengan Kristus adalah kelompok dua belas murid yang dipilih sendiri oleh Tuhan Yesus (Matius 10:1-4; Markus 3:13-19; Lukas 6:12-16). Dari antara kedua belas murid itu, ada tiga murid yang sering dikhususkan untuk menemani Tuhan Yesus dalam beberapa peristiwa khusus, yaitu saat Tuhan Yesus dimuliakan di atas gunung (Matius 17:1-8), saat Tuhan Yesus mem-bangkitkan anak perempuan kepala rumah Ibadat yang bernama Yairus (Lukas 8:41-42,49-55), dan saat Tuhan Yesus berdoa di Taman Getse-mani (Markus 14:32-33). Di antara mereka bertiga, beberapa kali Petrus mendapat perhatian istimewa. Nama “Petrus” pun merupakan nama yang diberikan secara khusus oleh Tuhan Yesus. Sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, nama Petrus adalah “Simon”. Sebutan “Petrus” berarti “batu karang”. Petrus-lah yang diberi wewenang untuk membuka jalan bagi penginjilan di Yerusalem (Kisah Para Rasul pasal 2), penginjilan kepada orang Samaria (pasal 8), dan penginjilan kepada bangsa non-Yahudi (pasal 10). Di luar kelompok dua belas murid, ada pula kelompok tujuh puluh murid yang diutus untuk melayani berdua-dua. Karena Yudas Iskariot sudah mati, di luar kelompok dua belas murid dan kelompok tujuh puluh murid masih ada tiga puluh sembilan orang lain yang ikut berkumpul di Yerusalem (Kisah Para Rasul 1:15).

Uraian di atas memperlihatkan bahwa pelayanan yang dirancang oleh Tuhan Yesus adalah pelayanan tim. Pemilihan pengganti Yudas untuk menggenapi kelompok dua belas murid memperlihatkan bahwa kepemimpinan para murid Tuhan Yesus merupakan kepemimpinan tim. Adanya sistem kepemimpinan tim ini penting agar para pemimpin bisa saling bekerja sama, saling membantu, dan saling mengingatkan. Dalam Kisah Para Rasul 15, bisa kita baca bahwa para rasul dan para penatua berunding untuk menetapkan kebijakan bersama menyangkut kewajiban orang-orang bukan Yahudi yang ingin menjadi pengikut Kristus. Pada masa pelayanan Rasul Paulus, kita bisa melihat bahwa Rasul Paulus selalu membentuk tim pelayanan dalam perjalanan misinya. Tim pelayanan ini penting agar ada orang yang bisa melakukan follow-up atau tindak lanjut, saat tim pelayanan Rasul Paulus hendak melanjutkan perjalanan. Apakah Anda telah terbiasa bekerja dalam tim? Apakah di gereja Anda terdapat kebiasaan membentuk tim untuk melaksanakan pelayanan? [P]

Roh Kudus Menolong Kita Berdoa

Roma 8:26-30

Disiplin rohani yang paling penting bagi seorang Kristen adalah ber-doa. Sayangnya, sering kali kita kurang berdoa atau kita lupa mendoakan hal-hal yang sangat penting. Kita bisa kurang berdoa karena terlalu sibuk mengerjakan hal-hal lain, sedangkan daya tahan tubuh kita terbatas. Saat kegiatan kita melampaui batas kekuatan kita, otomatis kita akan mengurangi apa yang biasanya—atau yang seharusnya—kita kerjakan. Masalahnya, yang paling sering diabaikan oleh orang Kristen adalah berdoa. Di gereja pada umumnya, persekutuan doa—termasuk doa pagi—adalah kegiatan yang bukan hanya sering diabaikan, tetapi kadang-kadang juga ingin ditiadakan. Di satu sisi, pengabaian terhadap pentingnya doa—termasuk pentingnya doa bersama—adalah masalah rohani yang perlu dibereskan. Di sisi lain, kita bersyukur bahwa dalam anugerah-Nya, Roh Kudus mau menolong kita. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26). Bila kita bersikap terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus, kita tentu sering diingatkan untuk berdoa. Akan tetapi, bila kita sering mengabaikan bimbingan Roh Kudus, suara Roh Kudus itu lama-lama akan hilang. Bila di dalam ketaatan kita untuk melakukan kehendak Allah, kita menjadi terlalu lelah, sehingga kita tidak sanggup lagi untuk berdoa, Roh Kudus akan membantu kita, bahkan Roh Kudus akan berdoa untuk kita dengan menyampaikan—kepada Allah Bapa—keluhan-keluhan yang hanya ada dalam hati dan yang belum kita ucapkan.

Sangat baik bila orang-orang beriman menyusun rencana untuk berdoa. Kita bisa membagi doa kita menjadi beberapa bagian: Pertama, doa untuk diri sendiri, termasuk kebutuhan kita, pekerjaan kita, keluarga kita. Kedua, doa untuk orang lain, termasuk kawan-kawan dan rekan kerja kita serta hamba Tuhan di gereja kita. Ketiga, doa untuk kegiatan pelayanan, baik pelayanan di atau dari gereja kita serta pelayanan misi dalam arti yang luas. Keempat, doa untuk permasalahan nasional dan internasional seperti bencana alam, terorisme, dan sebagainya. Walau-pun mula-mula doa akan terasa sebagai rutinitas, kita harus membangun kebiasaan berdoa, sehingga doa menjadi bagian dari hubungan kita dengan Tuhan. Apakah Anda telah membangun kebiasaan berdoa dalam kehidupan Anda? [P]

Roh Kudus Menghibur dan Menguatkan

Yohanes 14:26; 15:26; 16:7; 2 Korintus 1:3-4

Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa di akhir masa pelayanan-Nya di bumi, sampai tiga kali, Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Penghibur (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7). Fakta itu menunjukkan bahwa peran Roh Kudus sebagai Penghibur sangat penting. Segera setelah Tuhan Yesus wafat—dan kemudian naik ke sorga—para murid akan menghadapi berbagai macam tekanan yang berat! Kemungkinan, mereka akan merasa malu dan tertekan saat menyadari bahwa ternyata mereka telah berlaku tidak setia! Setelah Tuhan Yesus ditangkap dan mengalami penderitaan yang memuncak di kayu salib, ternyata bahwa para murid adalah orang-orang pengecut yang tidak berani membela Guru mereka. Petrus—murid Tuhan Yesus yang tampak paling berani—pun juga kehilangan keberanian setelah Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap dan diadili. Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, tekanan terhadap orang Kristen semakin meningkat. Orang Kristen dikejar-kejar. Dalam situasi sulit itu, tidak ada alasan lain yang membuat para murid—dan juga orang-orang Kristen lain di abad pertama—bisa tabah menghadapi tekanan selain karena Roh Kudus menghibur dan menguatkan. Dalam 2 Korintus 1:3-4, Rasul Paulus mengakui bahwa penghiburan yang telah ia terima dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus merupakan sumber kekuatan yang membuat ia sanggup meng-hibur jemaat yang ia layani. Perhatikan bahwa penjelasan Rasul Paulus ini memperlihatkan bahwa ketiga Pribadi dari Allah Tritunggal itu merupa-kan sumber penghiburan bagi orang percaya.

Pada masa pandemi ini, banyak orang berada dalam keadaan stres. Bila keadaan stres tidak diatasi, kita akan menjadi orang-orang yang mengasihani diri sendiri dan selanjutnya hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri. Kita memerlukan penghiburan dan kekuatan dari Roh Kudus yang bukan hanya membuat kita bisa bersikap tabah meng-hadapi tekanan apa pun, tetapi juga membuat kita sanggup menghibur orang lain, dan selanjutnya kita juga sanggup untuk tetap menjalankan misi Allah melalui kehidupan kita tanpa terpengaruh oleh situasi yang sedang kita hadapi. Apakah saat ini, Anda masih bisa menghibur orang lain? Bila Anda masih sering mengeluh, Anda harus segera mencari peng-hiburan kepada Roh Kudus yang siap untuk menghibur dan menguatkan diri Anda! [P]

Roh Kudus Melanjutkan Karya Kristus

Yohanes 16:7-16

Saat hendak menyerahkan nyawanya, Tuhan Yesus berkata, “Sudah selesai.” Apakah hal itu berarti bahwa karya penebusan sudah dinikmati oleh semua orang? Tidak! Yang sudah selesai adalah apa yang dikerjakan Kristus untuk menebus dosa manusia. Akan tetapi, yang bisa menikmati karya penebusan adalah orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan karyanya. Supaya seseorang bisa percaya kepada Kristus, ia harus sadar bahwa dirinya berdosa, meyakini fakta bahwa Kristus telah mati untuk menebus dosa manusia, lalu datang kepada Kristus untuk menerima penebusan dosa yang akan membebaskan dirinya dari penghakiman Allah. Roh Kudus-lah yang akan menginsafkan manusia mengenai dosanya, memimpin kepada seluruh kebenaran tentang penebusan Kristus, dan menumbuhkan keyakinan bahwa penebusan itu membuat kita tidak perlu takut terhadap penghakiman Allah (ban-dingkan dengan 16:8).

Roh Kudus pula yang memimpin pemberitaan Injil. Kristus-lah yang menjadi Kepala atau Pemimpin gereja. Akan tetapi, Roh Kudus-lah yang melaksanakan kepemimpinan dalam gereja. Ketiga Pribadi dari Allah Tritunggal—Allah Bapa, Yesus Kristus, Roh Kudus—tidak bisa dipisah-pisahkan, baik dalam penciptaan maupun dalam pemeliharaan alam se-mesta ini. Dalam Kisah Para Rasul 8, seorang malaikat Tuhan menyam-paikan perintah kepada Filipus—yang saat itu sedang memberitakan Injil di Samaria—untuk mendatangi seorang sida-sida dari Etiopia—yang sedang berada dalam perjalanan pulang dari Yerusalem ke negerinya. Setelah Filipus selesai menjelaskan tentang Yesus Kristus kepada sida-sida itu, dan sida-sida itu dibaptiskan, Roh Tuhan—atau Roh Kudus—tiba-tiba melarikan Filipus, lalu menempatkan Filipus di Asdod, dan Filipus membe-ritakan Injil di sepanjang perjalanan dari sana ke tempat tinggalnya di Kaisarea (Kisah Para Rasul 8:26,39,40). Dalam perjalanan misi Rasul Paulus pun kita dapat membaca bagaimana Roh Kudus ikut mengatur perjalanan itu (Kisah Para Rasul 16:6). Oleh karena itu, kita bisa menga-takan bahwa Roh Kudus melanjutkan karya penebusan Kristus, sehingga manfaat penebusan itu bisa dinikmati oleh orang yang percaya kepada Kristus. Apakah Anda pun juga telah ikut serta melanjutkan karya Kristus di kayu salib itu dengan ikut aktif mengikuti pimpinan Roh Kudus untuk memberitakan Injil? [P]

Roh Kudus Mengajar

Yohanes 14:23-26

Salah satu ciri terpenting dari kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya adalah adanya kasih kepada Allah. Wujud—dan sekaligus bukti—kasih kepada Allah adalah ketaatan terhadap kehendak-Nya yang telah dikemukakan dalam Alkitab. Supaya kita bisa hidup dalam ketaatan, kita harus memahami firman Allah. Jadi, jelas bahwa peran Roh Kudus dalam mengajar dan mengingatkan kita akan firman Allah adalah sangat penting. Tuhan Yesus bersabda, “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingat-kan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (14:26). Bagi kedua belas murid Tuhan Yesus, perkataan Tuhan Yesus itu didengar langsung. Bagi kita, perkataan Tuhan Yesus—dan seluruh firman Allah—harus kita baca dalam Alkitab. Firman Allah yang kita dengar atau kita baca menjadi “bahan baku” bagi Roh Kudus untuk mengajar atau mengingatkan kita akan kehendak Allah. Dengan demikian, tanggung jawab kita—yaitu mendengar, membaca, mempelajari, dan menghafal firman Allah—berkaitan erat dengan peran Roh Kudus, yaitu menyadar-kan kita—dengan menjelaskan maksud firman itu—agar kita bisa mene-rapkan firman Tuhan dalam hidup kita.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa murid-murid itu diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala dan ada kemungkinan menghadapi penganiayaan. Akan tetapi, Tuhan Yesus telah berjanji, “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam ka-mu.” (Matius 10:19-20). Peran Roh Kudus dalam mengajar dan meng-ingatkan kita akan firman Allah ini penting dalam pelaksanaan Rencana Allah bagi dunia ini. Salah satu sumber kesulitan yang kita hadapi adalah bahwa Alkitab diberikan dalam konteks masa lalu yang sangat berbeda dengan konteks masa kini. Kita memerlukan pertolongan Roh Kudus untuk bisa memahami inti kehendak Allah pada masa lampau, dan ba-gaimana kehendak Allah itu bisa kita terapkan pada konteks masa kini. Apakah Anda telah membiasakan diri untuk secara rutin mendengar, membaca, mempelajari, menghafal, serta menerapkan firman Allah dalam hidup Anda? [P]

Roh Kudus Mempersatukan

1 Korintus 12:7-31

Salah satu keyakinan yang amat penting dalam kekristenan adalah bahwa semua orang percaya merupakan satu kesatuan yang disebut sebagai tubuh Kristus dengan Kristus sebagai kepala dan kita masing-masing sebagai anggota tubuh. Sama seperti tubuh jasmani terdiri dari banyak anggota dengan fungsi masing-masing yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, demikian pula Roh Kudus memberikan karunia rohani secara khusus kepada setiap anggota tubuh Kristus yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Kepelbagaian itu bukan dimaksudkan agar anggota-anggota tubuh yang berbeda itu saling bersaing atau berkompetisi menjadi nomor satu, tetapi agar setiap anggota tubuh menjalankan peran masing-masing mengikuti arahan dari kepala tubuh, yaitu Kristus. Sungguh keliru bila masing-masing anggota tubuh saling membanggakan perannya, apa lagi bila anggota-anggota tubuh yang berbeda itu saling melecehkan atau saling menjatuhkan.

Setiap orang percaya—sebagai anggota tubuh Kristus—harus menjalankan peran masing-masing tanpa rasa iri atau rasa bangga karena peran kita masing-masing hanya berarti dalam kesatuan tubuh Kristus. Sebagai contoh, salah satu karunia yang amat dihargai dalam gereja adalah karunia memberitakan Injil. Karunia ini sangat penting, tetapi penerapan karunia itu perlu disertai oleh orang lain yang melakukan pembinaan dengan memakai karunia mengajar dan karunia menasihati. Bila tidak ada kerja sama, tidak mengherankan bila seorang yang terlihat merespons berita Injil dengan antusias bisa dengan mudah kehilangan imannya. Dalam jemaat, seluruh karunia yang berbeda yang diberikan oleh Roh Kudus harus digunakan seluruhnya secara bersama-sama. Gereja yang mengutamakan karunia tertentu dan mengabaikan karunia yang lain pasti merupakan gereja yang timpang.

Berbagai karunia dalam gereja seharusnya bersifat menyatukan. Bila ada karunia yang terlalu ditonjolkan, kemudian karunia yang lain tidak dihargai, sudah jelas bahwa permasalahan pasti muncul. Cacat pada satu anggota tubuh seharusnya dipandang sebagai cacat seluruh tubuh. Bila penerapan karunia dalam gereja tidak menghasilkan persatuan, pasti ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam kehidupan bergereja. Apakah penerapan berbagai karunia yang berbeda terlihat dalam gereja Anda? Apakah berbagai karunia yang berbeda dalam gereja Anda menghasilkan persatuan? [P]

Roh Kudus Menguduskan

2 Tesalonika 2:13-17

Perlu kita sadari bahwa keselamatan itu bukan hanya berkaitan dengan hidup kekal yang dialami oleh orang percaya, tetapi juga berkaitan dengan proses pengudusan (2:13). Kita diselamatkan supaya kita meninggalkan dosa dan hidup kita dikhususkan atau diperuntukkan bagi Allah. Perubahan dari hidup dalam dosa menjadi hidup untuk mela-kukan kehendak Allah inilah yang disebut sebagai proses pengudusan. Proses pengudusan ini dikerjakan oleh Roh Kudus yang berdiam dalam diri setiap orang percaya. Dalam mengerjakan proses pengudusan, alat utama yang dipergunakan oleh Roh Kudus adalah kebenaran firman Allah. Roh Kudus memakai firman Allah untuk mengajar kita, mengoreksi kesalahan kita, memperbaiki hidup kita, dan mengarahkan hidup kita sehingga hidup kita menjadi makin sesuai dengan kehendak Allah (bandingkan dengan 2 Timotius 3:16). Oleh karena itu, setiap orang percaya yang memiliki kerinduan untuk menjalani kehidupan yang kudus harus bertekun dalam mendengar, membaca, mempelajari, dan mere-nungkan firman Allah. Merenungkan firman Allah berarti memikirkan penerapan firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Proses pengudusan ini akan menjadi lebih cepat atau lebih lancar bila kita tekun menghafal-kan firman Allah, karena Roh Kudus akan memakai firman Allah yang kita hafalkan untuk mengoreksi dan memperbaiki hidup kita. Proses pengudusan ini pula yang membuat hidup kita bisa memancarkan kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita (2 Tesalonika 2:14). Bila kita ingin mengalami proses pengudusan, kita perlu hidup dalam kebersamaan dengan saudara-saudara seiman yang tergabung dalam wadah gereja yang mengajarkan dan menerapkan firman Allah dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam aspek sosial.

Apakah selama ini, hidup Anda terus berubah menjadi semakin sesuai dengan kehendak Allah yang telah tertulis dalam firman-Nya? Apakah Anda setia dan tekun mengikuti Gerakan Membaca Alkitab (GeMA), sehingga Anda telah membaca seluruh isi Alkitab dan telah ber-usaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Bila Anda mengikuti program pembacaan Alkitab GeMA, setiap selesai mengikuti satu tahap, Anda telah selesai membaca seluruh Alkitab sekali. Apakah pembacaan dan perenungan Alkitab yang Anda lakukan telah menghasilkan peru-bahan dalam hidup Anda? Perubahan hidup inilah yang menandai bahwa Anda telah mengalami proses pengudusan! [P]

Roh Kudus Menumbuhkan Buah

Galatia 5:16-26

Perubahan hidup yang dikerjakan oleh Roh Kudus itu diawali dengan perubahan keinginan. Kecenderungan kita untuk berbuat dosa—yang disebut sebagai keinginan daging—tidak akan hilang dalam kehidupan yang kita jalani saat ini. Akan tetapi, waktu seseorang dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, dia memiliki keinginan yang berasal dari Roh Kudus yang ada di dalam dirinya—yang disebut sebagai keinginan Roh. Keinginan daging dan keinginan Roh ini saling bertentangan. Hanya bila kita memberi diri kita untuk dipimpin atau dikendalikan oleh Roh, barulah kita bisa mengatasi keinginan daging itu (5:16-21). Bila kita memberi diri kita untuk dikendalikan oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita, maka hidup kita pasti menampilkan buah Roh yang terdiri dari kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (5:22-23).

Perlu diperhatikan bahwa dalam bahasa asli Perjanjian Baru, kata “buah” dalam perkataan “buah Roh” itu berbentuk tunggal. Jadi, kita tidak mengenal sembilan buah Roh, tetapi satu buah Roh dengan sembilan rasa atau sembilan ciri. Bila kita memberi diri kita dikendalikan oleh Roh Kudus, sembilan ciri itu akan muncul dalam hidup kita. Roh Kudus di dalam diri kita akan mempengaruhi relasi kita dengan Allah. Kedekatan kita dengan Allah akan membuat kita mengalami dan dipenuhi oleh kasih, sukacita, dan damai sejahtera yang selanjutnya terpancar dalam kehidupan kita. Roh Kudus di dalam diri kita juga akan mempengaruhi relasi kita dengan sesama, yaitu membuat kita bisa menampilkan kesabaran, kemurahan, dan kebaikan. Roh Kudus di dalam diri kita juga akan membuat di dalam diri kita terdapat ciri kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

Bila kita mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat kita, seharusnya kita menyadari bahwa diri kita telah menjadi milik Kristus dan tidak semestinya kita mengikuti keinginan daging, melainkan kita harus memberi diri kita dipimpin oleh Roh Kudus. Hidup kita seharusnya juga memuliakan Kristus, bukan meninggikan diri sendiri. Sikap kita terhadap sesama pun seharusnya mencerminkan sikap Yesus Kristus yang tinggal di dalam diri kita (bandingkan dengan 5:24-26). Apakah Roh Kudus sudah benar-benar diam di dalam diri Anda, mengubah hidup Anda, dan membuat buah Roh tertampil dalam hidup Anda? [P]

Roh Kudus Mengubah Kehidupan

Yohanes 3:1-21

Nikodemus adalah seorang Farisi, seorang pemimpin agama Yahudi yang sangat mengagumi Tuhan Yesus, sehingga dia berkata, “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Eng-kau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Bagi seorang pemimpin agama Yahudi, mengucapkan pengakuan semacam ini tidak gampang karena menuntut sikap rendah hati. Mungkin, dia datang pada waktu malam karena malu bila kedatangannya dilihat oleh orang banyak, sehingga dia bisa menjadi bahan gosip. Akan tetapi, Tuhan Yesus tidak menanggapi perkataan Nikodemus. Tuhan Yesus langsung membicara-kan hal terpenting dalam hidup, yaitu perlunya dilahirkan kembali dari air dan roh sebagai syarat untuk melihat atau masuk ke dalam Kerajaan Allah (3:3,5). Perlu diketahui bahwa komponen terpenting dalam tubuh manusia adalah air. Ayat 6 menjelaskan bahwa “dilahirkan dari air” itu menunjuk kepada kelahiran secara jasmani. Oleh karena itu, dilahirkan kembali dari air dan roh yang merupakan syarat untuk melihat atau masuk ke dalam Kerajaan Allah menunjuk pada kelahiran secara jasmani yang diikuti dengan pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri orang percaya. Pembaruan ini membuat orang-orang yang sungguh-sungguh memercayai—atau menerima—Tuhan Yesus sebagai Sang Juruselamat memperoleh kuasa untuk hidup sebagai anak-anak Allah (1:12; Titus 3:5). Pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus membuat kehidupan seseorang berubah total sehingga menjadi ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17). Kelahiran kembali ini mengubah cara pandang terha-dap kehidupan. Seorang yang telah dilahirkan kembali tidak akan mera-sa nyaman bila melakukan dosa dan ia pasti bergumul untuk menemu-kan dan melakukan kehendak Allah.

Dalam Kisah Para Rasul, contoh yang paling terlihat menonjol adalah perubahan dalam kehidupan Rasul Paulus. Sebelum dilahirkan kembali, dia merasa senang saat mengejar dan memenjarakan orang Kristen. Setelah bertemu dengan Kristus, keinginannya berubah total. Dia bersedia mengorbankan apa saja asal kehendak Allah terwujud dalam hidupnya. Perubahan cara pandang itu membuat apa yang semula tampak berharga menjadi tidak berharga (Filipi 3:7-8. Apakah Anda sudah mengalami perubahan hidup semacam itu? [P]

Roh Kudus Melanjutkan Misi Allah

Kisah Para Rasul 1:1-11

Periode antara peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus sampai peristiwa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah periode peralihan yang terdiri dari dua bagian, yaitu periode kematian dan kebangkitan Kristus sampai kenaikan-Nya ke sorga serta periode sesudah kenaikan ke sorga sampai hari Pentakosta. Sebelum kematian-Nya di kayu salib, Kristus selalu hadir bersama dengan para murid-Nya. Sesudah bangkit, Kristus tidak selalu hadir bersama para murid-Nya. Beliau bisa muncul dan lenyap secara tiba-tiba. Hal ini menunjukkan bahwa sesudah bangkit, Kristus sudah melepaskan diri dari keterbatasan tubuh jasmaninya (Matius 28:9; Markus 16:9,12,14; Lukas 24:15,31,36; Yohanes 20:14,19,26; 21:4). Selama empat puluh hari, Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara tentang Kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 1:3). Penampakan diri Kristus ini bukan hanya dilakukan terhadap perorangan maupun kelompok dua belas murid—yang saat itu tinggal sebelas orang setelah Yudas mati menggantung diri—tetapi juga dilakukan terhadap lima ratus orang sekaligus. Setelah kenaikan-Nya ke sorga, Tuhan Yesus pernah menampakkan diri secara khusus kepada Rasul Paulus di jalan menuju ke Damsyik (1 Korintus 15:5-8; Kisah Para Rasul 9:1-5). Sesudah naik ke sorga, Tuhan Yesus duduk di sebelah kanan takhta Allah Bapa (Kisah Para Rasul 2:34-35; 7:55-56; dan sebagainya). Saat ini, Beliau adalah Pembela kita (Roma 8:34). Kristus bisa menjadi Pembela kita karena Beliau adalah Juruselamat kita. Saat kelak tiba masa penghakiman akhir, Kristus akan menjadi Sang Hakim Agung, sekaligus juga menjadi Pembela Agung bagi setiap orang percaya (2 Korintus 5:10; 2 Timotius 4:8).

Kenaikan Kristus ke sorga memaksa para murid untuk beralih dari bergantung kepada Kristus yang hadir secara fisik menjadi bergantung kepada Roh Kudus yang tinggal di hati setiap orang percaya (Efesus 1:13. Mereka harus berpencar dan pergi ke seluruh dunia agar bisa menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8) dan menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus (Matius 28:19-20). Tanpa pertolong-an Roh Kudus, mereka adalah orang-orang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa. Saat ini, kita tidak perlu menanti di Yerusalem karena kita telah menerima Roh Kudus saat kita percaya kepada Kristus (Efesus 1:13). Akan tetapi, sadarkah Anda bahwa Anda memerlukan pertolongan Roh Kudus agar bisa melaksanakan kehendak Allah? [P]