Roh Kudus Menggantikan Peran Kristus

Yohanes 14:16; 16:7-15

Para murid Kristus tidak bisa mengandalkan kemampuan diri mereka sendiri. Sebagian besar dari antara mereka adalah nelayan miskin berpendidikan rendah. Yang bisa mereka andalkan adalah Sang Guru Agung, yaitu Yesus Kristus. Saat menghadapi orang yang sakit atau kera-sukan setan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka memerlukan pertolongan Sang Guru Agung. Masalah muncul saat para murid hendak diutus untuk menjalankan misi Allah (Matius 28:18-20; Yohanes 15:16). Saat Kristus bersama-sama dengan mereka, Ia terikat oleh ruang dan waktu, artinya Ia tidak dapat berada di dua tempat atau lebih pada wak-tu bersamaan. Oleh karena itu, Beliau berencana untuk pergi mening-galkan murid-murid-Nya serta mengutus Roh Kudus—yang tidak terikat oleh ruang dan waktu—untuk mendampingi dan menolong mereka (Yohanes 14:26; 16:7-15). Roh Kudus juga disebut sebagai “Penolong yang lain” (14:16).

Dalam bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru, yaitu bahasa Yunani, ada dua kata yang bisa diterjemahkan menjadi kata “lain”, yaitu kata heteros yang artinya “berbeda sama sekali” atau “berbeda jenis”, dan kata allos yang artinya “berbeda tetapi sama persis” atau berbeda dalam pengertian “kembar identik”. Kata yang diterjemahkan sebagai “yang lain” dalam perkataan “Penolong yang lain” di atas adalah kata allos. Hal ini berarti bahwa Roh Kudus berperan sebagai “Penolong” seperti peran Tuhan Yesus dalam menolong para murid-Nya. Dengan demikian, yang menjadi Andalan dalam pelayanan para murid adalah adanya penyertaan Roh Kudus. Roh Kudus memungkinkan para murid menjalankan perintah yang diberikan oleh Tuhan Yesus, yaitu “menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus” (Matius 28:18) serta menghasilkan buah dalam kehidupan (Yohanes 15:16). Buah yang diharapkan muncul dari kehidupan para murid Kristus adalah buah atau hasil pemberitaan Injil (Kolose 1:6), buah pengudusan hidup (Roma 6:22), buah Roh Kudus (Galatia 5:22), serta buah berupa pekerjaan yang baik dan pengetahuan yang benar tentang Allah (Kolose 1:10). Pentingnya pertolongan Roh Kudus dalam pelayanan para murid Kristus inilah yang membuat mereka harus menanti kedatangan Roh Kudus di Yerusalem (Lukas 24:49). Apakah Anda menyadari bahwa pertolongan Roh Kudus dalam kehidupan dan pelayanan Anda itu sangat penting? Apakah kehidupan Anda sudah menghasilkan buah? [P]

Keselamatan bagi Umat Tuhan

Yoel 3

Tema “hari Tuhan” dalam pasal-pasal sebelumnya terus berlanjut dalam pasal terakhir kitab Yoel ini. Hari Tuhan menjadi hari kesela-matan bagi Yehuda dan Yerusalem dan hari penghukuman bagi musuh-musuh umat Allah. Hari Tuhan di sini menunjuk kepada hari penghakiman akhir di mana kemenangan final ada di pihak Allah, namun jalan kepada kemenangan itu telah mulai terbuka melalui kematian dan kebangkitan Kristus.

Umat Allah dalam Perjanjian Lama beroleh penghiburan yang besar melalui firman-Nya yang disampaikan Nabi Yoel ini. Mereka yang tertindas diyakinkan bahwa Allah ada di pihak mereka. Dia akan mem-balikkan keadaan dengan menghukum musuh-musuh yang menindas mereka (3:4,7). Musuh-musuh umat Allah akan dikumpulkan ke lembah Yosafat (3:2,12). Tempat ini lebih merupakan sebuah simbol penghakim-an (Yosafat berarti “Yahweh telah menghakimi”) daripada sebuah lokasi geografis yang nyata. Di sana, Allah akan mengadili bangsa-bangsa yang telah menindas umat-Nya dengan membongkar kejahatan mereka serta mengumumkan vonis-Nya pada mereka (3:2-8). Sebaliknya, Allah akan memulihkan keadaan umat-Nya yang kepayahan karena penindasan bangsa-bangsa asing dan karena tulah belalang (3:1,9-21).

Mereka yang mendengar pemberitaan Nabi Yoel dikuatkan oleh janji bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, benteng yang kokoh bagi mereka yang berlindung pada-Nya (3:16). Sekalipun kondisi mereka masih dalam kesulitan, mereka memperoleh pengharap-an bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka yang telah bertobat. Tujuan akhir dari tindakan penyelamatan Allah ini adalah agar Yehuda dan Yerusalem melihat kehadiran Allah di tengah umat-Nya (3:17,21).

Keseluruhan kitab Yoel mengingatkan kita tentang kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Tidak pernah ada suatu bahaya apa pun yang bisa menghancurkan umat-Nya karena Allah ada di pihak mereka. Apa yang penting adalah bahwa umat Allah harus hidup dalam kekudusan karena kehadiran Allah yang kudus di tengah mereka. Seluruh janji tentang hari Tuhan tergenapi dalam apa yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus dalam kedatangan-Nya yang pertama ke dunia. Kemenangan puncak Allah atas semua musuh-Nya akan dinyatakan pada hari kedatangan Kristus yang kedua kalinya kelak. [JD]

Tuhan Hadir di tengah Umat-Nya

Yoel 2

Di pasal pertama, hukuman Allah atas dosa bangsa Yehuda dinyata-kan melalui tulah belalang. Tujuannya adalah agar umat berbalik kepada Allah. Di pasal kedua, Nabi Yoel menubuatkan bahwa jika umat Allah tidak mau bertobat, penghakiman yang lebih dahsyat akan datang melalui kekuatan militer bangsa asing yang sangat kuat dan mengerikan (2:3-11). Akibatnya, bangsa-bangsa gemetar dan pucat pasi menghadapi mereka (2:6). Akan tetapi, jika umat Allah mau bertobat dan merendah-kan hati, penghukuman melalui kekuatan militer asing ini tidak akan melanda mereka.

Di pasal kedua, Nabi Yoel berseru kepada bangsa Yehuda agar mereka berbalik kepada Allah (2:12-17). Pertobatan mereka harus tulus dan dengan segenap hati (2:12-13). Seluruh unsur umat, baik kaum awam maupun para imam, harus bersehati memohon pengampunan dan belas kasihan Allah karena Allah itu “pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (2:13). Allah menghargai pertobatan yang tu-lus dan Ia akan memulihkan umat-Nya (2:14). Tuhan berjanji bahwa jika umat-Nya bertobat, Dia akan memberkati mereka dengan kelimpahan (2:18-19). Musuh-musuh Yehuda akan dijauhkan dan hasil tanah akan kembali berlimpah menggantikan apa yang habis dimakan oleh belalang (2:20-25). Tujuan pemulihan umat Allah itu adalah demi kemuliaan Allah. Yehuda akan mengenal keajaiban dan kebaikan Allah dan memuji Dia, menyadari bahwa Allah ada di tengah umat-Nya (2:26-27).

Jika Yehuda bertobat, hari Tuhan akan berubah dari hari penghu-kuman menjadi hari keselamatan dan berkat, yang dinyatakan melalui janji pencurahan Roh Allah (2:28-32). Janji ini digenapi pada hari Penta-kosta, saat Roh Kudus dicurahkan bagi gereja-Nya (Kisah Para Rasul 2). Roh Kudus diberikan kepada semua orang—semua bangsa, semua etnis, laki-laki dan perempuan—yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan. Rasul Petrus melihat bahwa janji tentang Roh Kudus ini berbicara tentang Kristus dan seluruh karya keselamatan-Nya (Kisah Para Rasul 2:16-24).

Anugerah Tuhan yang terbesar bukan curahan berkat materi dalam hidup umat-Nya, melainkan kehadiran-Nya sendiri yang tanpa penghalang di tengah umat-Nya. Melalui Roh Kudus, Kristus hadir dalam hidup setiap orang yang percaya kepada-Nya. Muliakanlah Dia yang hadir di tengah hidup kita! [JD]

Ngerinya Hari Tuhan itu

Yoel 1

Pasal pertama kitab Yoel menggambarkan kengerian penghukuman Allah atas dosa umat Yehuda. Penghukuman itu berwujud tulah belalang. Belalang kelaparan yang jumlahnya tak terhitung dikirim Tuhan untuk menghabiskan semua hasil ladang dan kebun umat-Nya (1:4). Aki-batnya, semua tanaman yang menjadi sumber penghidupan dan pengge-rak ekonomi habis tuntas tanpa sisa (1:7, 10-12, 17-18). Kedahsyatan se-rangan belalang yang tanpa ampun itu dilukiskan seperti serbuan tentara musuh yang kuat dan bengis (1:6). Penghukuman Allah melalui tulah be-lalang merupakan peringatan tentang hari Tuhan yang sudah mendekat, yang Yoel sebut sebagai hari “pemusnahan dari Yang Mahakuasa” (1:15).

Kengerian penghakiman Allah bertujuan untuk menyadarkan umat-Nya agar bertobat dan kembali kepada Allah. Nabi Yoel berseru agar mereka meratap dan berkabung sebagai tanda pertobatan (1:5, 8-9). Secara khusus, para imam dipanggil untuk melakukan perkabungan nasional dan puasa, karena tidak ada lagi persembahan yang bisa dibawa kepada Allah akibat dari tulah belalang itu (1:13-14). Nabi Yoel sendiri secara pribadi dan mewakili umat Allah berseru kepada Allah memohon anugerah-Nya. Allah telah memulai tulah mengerikan ini, dan hanya Dia yang sanggup menghentikannya dan memulihkan orang-orang Yehuda dari bencana dahsyat yang sedang terjadi.

Apa yang terjadi pada bangsa Yehuda ini adalah pembelajaran penting bagi umat Allah sepanjang sejarah. Pertama, Allah kita itu maha kudus dan tidak akan membiarkan dosa tanpa penghakiman. Dosa selalu mempunyai konsekuensi besar. Umat Allah harus menghormati kekudusan Allah dan hidup dalam kebenaran. Kedua, ritual agama tanpa pertobatan adalah tidak berguna. Yehuda terlihat masih aktif mempersembahkan kurban kepada Allah, tetapi hatinya jauh dari pada-Nya. Maka, melalui tulah belalang ini, Allah menghancurkan segala sumber materi persembahan mereka sehingga segala korban sajian dan korban curahan tertahan (1:13). Ketiga, meskipun Allah menghukum umat-Nya karena dosa, selalu ada anugerah Allah yang besar dan kesempatan untuk bertobat. Tulah belalang ini bukan untuk menghancurkan Yehuda sehingga mereka tidak bisa bangkit lagi. Sebaliknya, tulah ini adalah peringatan agar mereka kembali kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya. Jangan pernah menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang besar. [JD]

Kasih Ilahi

Hosea 14:2-10

Setelah semua yang telah dilakukan oleh bangsa Israel—pelanggaran, kejahatan, dan dosa—masih layakkah mereka menerima kebaikan Tuhan—pengampunan, penerimaan, pemulihan, apa lagi cinta-Nya? Akan tetapi, itulah yang dilakukan Tuhan! Tuhan berkata, “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan MENGASIHI mereka DENGAN SUKARELA, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.” (14:5). Bacalah beberapa kali lebih perlahan: “... mengasihi... dengan sukarela, ....” Resapi dan rasakan kasih Tuhan yang luar biasa besar dengan mengingat apa yang telah Israel (dan saya) lakukan dalam 14:1-13. Jelas bahwa sulit bagi manusia untuk mengasihi sebagaimana Allah mengasihi. Lebih mudah sekadar kembali berhubungan baik dan bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, walaupun tindakan seperti itu bagaikan luka yang diperban, tetapi tidak diobati. Mungkin kita masih sanggup bersyukur untuk orang yang telah berbuat jahat ter-hadap diri kita—namun kemudian bertobat—tanpa menuntut orang itu meminta maaf. Hal itu manusiawi. Akan tetapi, hanya Yang Ilahi yang sanggup bukan hanya menerima dan memulihkan hubungan, tetapi juga secara sukarela mengasihi penjahat paling jahat di dunia. Kita cenderung hanya dapat mengasihi dengan cinta yang miskin—bukan sukarela—terhadap mereka yang kita anggap lebih pantas dibinasakan.

Tuhan tidak pernah putus asa dan berhenti berusaha, bahkan terhadap bangsa Israel yang telah berulang kali Ia sebut sebagai bangsa yang tegar tengkuk atau keras kepala. Tuhan menghormati perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Dia tidak dapat memungkiri kesetiaan-Nya. Namun, seperti bangsa Israel, kitalah yang sering menyepelekan kebaikan Tuhan. Kita meremehkan perjanjian Tuhan. Kita menyerah terhadap dosa dan berhenti berusaha menaati Tuhan. Seberapa besar kasih kita kepada Tuhan? Seberapa kecil kasih Tuhan kepada kita? Kasih kita dengan kasih Tuhan tetap tidak sebanding! Sekali lagi: Bertobatlah kepada Tuhan (14:3). Akuilah bahwa kita tidak memiliki kesanggupan apa pun (14:4). Buktikanlah kasih setia Tuhan (14:5). Alamilah berkat Tuhan (14:6-9). Jangan salah tafsir: Bukan berkat materi yang Tuhan bicarakan, tetapi berkat rohani (14:10) yang jauh lebih mahal dan berharga, yaitu kesembuhan jiwa dan keselamatan. Tuhan sungguh amat baik! [MN]

Jangan Sampai Tuhan Menjadi Kapok!

Hosea 12:1-14:1

Dapatkah Allah dibohongi, apalagi ditipu (12:1)? Bukankah Ia adalah Allah yang Mahatahu? Apakah Allah sengaja membiarkan diri-Nya ditipu? Apakah Allah sebenarnya sedang menunjukkan kejahatan Israel yang menyalahgunakan kepercayaan yang Ia berikan kepada mereka? Sepanjang sejarah, bangsa Israel berulang-ulang mengkhianati Tuhan. Misalnya, kita bisa melihat pola pengkhianatan yang terus berulang dalam kitab Hakim-hakim: Israel mengkhianati Tuhan, lalu Tuhan meng-hukum dengan membiarkan mereka ditindas oleh bangsa asing di sekitar mereka, kemudian Israel bertobat. Akan tetapi, Israel adalah bangsa yang To-Mat (Tobat-Kumat). Setelah dilepaskan dari hukuman, Israel berdosa lagi dengan dosa yang semakin keji. Itu adalah pola penipuan periode pertama yang tidak membuat Tuhan menjadi kapok.

Sayangnya, air susu dibalas dengan air tuba! Kasih setia Tuhan dikhianati dan dipermainkan! Setelah Kerajaan Israel terpecah menjadi Kerajaan Israel Utara atau Kerajaan Israel—kadang-kadang disebut Efraim—dan Kerajaan Israel Selatan atau Kerajaan Yehuda, kondisi mereka tidak lebih baik dibandingkan pada zaman Hakim-hakim. Raja demi raja silih berganti, tetapi kualitas batiniah tidak meningkat, bahkan terjadi kemerosotan rohani, baik di Kerajaan Israel maupun Kerajaan Yehuda periode akhir. Kemakmuran dianggap tidak berkaitan dengan Tuhan, melainkan dianggap sebagai hasil kerja keras (12:9; 13:6). Mereka bukan hanya lupa bahwa Tuhan telah memberi kestabilan keamanan dan politik yang membuat roda perekonomian berjalan lancar, tetapi juga mengabaikan pemeliharaan Tuhan yang membuat bencana alam—misalnya kekeringan—tidak terjadi. Mereka menghalalkan segala cara demi meraup keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa Israel makin terjerumus ke dalam lumpur hisap dosa yang semakin dalam (13:1-2).

Dalam kondisi seperti itu, Tuhan tetap tidak kapok, walaupun hati-Nya sakit sampai terasa pahit (12:15). Tuhan selalu berharap agar Israel kembali kepada-Nya. Tuhan sudah memakai cara halus (12:7, 10-11) maupun kasar dan keras (13:7-9. 14-15; 14:1) untuk mendapatkan Israel kembali. Namun, bangsa Israel gagal belajar dari kesalahannya. Bagai-mana dengan hidup Anda? Bila hidup Anda tidak berbeda dengan umat Israel, yaitu menganggap diri hebat, menghalalkan segala cara, menga-baikan Tuhan, jangan sampai Tuhan merasa kapok! Bertobatlah! [MN]

Jerat Kesuksesan

Hosea 10-11

Secara alamiah, manusia menginginkan kesuksesan yang bisa dilihat, dirasakan, dan dinikmati. “The more, the better” adalah ungkapan bahasa Inggris yang artinya, “makin besar atau makin sukses adalah makin baik”. Akan tetapi, sifat alamiah manusia membuat ungkapan ini tak selalu benar dan tak pantas dimutlakkan. Ingatlah bahwa dunia ini sudah jatuh ke dalam dosa. Menginginkan lebih banyak memperlihatkan keserakahan manusia yang tak pernah merasa cukup. Akar keserakahan adalah penyembahan berhala, yaitu AKU menjadi pusat segala sesuatu dan keinginan si AKU harus dipenuhi.

Dalam kasus bangsa Israel, bila mereka semakin makmur dan sejahtera, mereka akan semakin banyak berbuat dosa (10:1). Sebenarnya, praktik membuat dan menyembah berhala adalah untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk kepentingan berhala yang mereka sembah. “Hati mereka licik (10:2),” “Apakah yang dapat dilakukan raja bagi kita? (10:3).” Berhala diri adalah akar dosa yang menghasilkan berbagai ma-cam dosa turunan. Mereka melupakan panggilan sebagai umat Tuhan sama sekali! Mereka seharusnya mencerminkan kekudusan Tuhan (lihat Imamat 11:44). Tuhan bukan sekadar memerintahkan bangsa Israel untuk menjadi bangsa yang kudus. Dari awal, saat bangsa Israel dibebaskan dari Tanah Mesir, Tuhan-lah yang merawat dan mendidik bangsa Israel (11:1-4). Kurang apa lagi?

Keberhasilan, kemakmuran, dan kesejahteraan bisa menjadi jerat. Tuhan sudah memperingatkan bangsa Israel akan hal ini, “... dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supa-ya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu kelu-ar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan (Ulangan 6:11b-12, perhati-kan konteks ayat ini).” Berhati-hatilah terhadap perangkap kesuksesan, atau kita akan meninggalkan Tuhan dan dengan segenap tenaga mengejar kenyamanan, walaupun kita tahu bahwa harganya adalah nyawa kita akan terhilang dalam kekekalan (bandingkan Matius 16:26). Bila hal itu terjadi, ilah yang kita sembah adalah diri sendiri!

Bersyukurlah bahwa meskipun hukuman Tuhan terasa pahit, hukuman itu menunjukkan bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Ia akan menyatakan keadilan-Nya. Setiap dosa dan pelanggaran mengandung konsekuensi. Hukuman adalah wujud kepedulian dan kasih Tuhan, agar kita berbalik kepada-Nya (Hosea 11:10-11). Jangan terlambat! [MN]

Perkataan dan Tindakan Harus Selaras

Hosea 8-9

Kok bisa ya? Kata-kata ini melintas begitu saja dalam pikiran saat saya menyelidiki kata “mengenal” dalam 8:2. Allah sendiri berkata, “Kepada-Ku mereka berseru-seru” (bandingkan dengan Matius 7:21)! TUHAN mendengar pengakuan bangsa Israel bahwa mereka mengenal Dia. TUHAN mengulangi ucapan mereka. TUHAN menganggap serius ucapan mereka. Kata mengenal di sini sama artinya dengan kata “ber-setubuh” dalam Kejadian 4:1. Kata “mengenal” di sini berarti secara intim memiliki relasi yang mendalam, sehingga sungguh-sungguh memahami “luar dalam” seseorang. Isi hati, hasrat, cara berpikir, kebiasaan, segala sesuatu yang tidak terucap/terekspresi keluar dapat terbaca dan dimengerti oleh orang yang sungguh-sungguh mengenal.

Mengapa kelakuan orang Israel begitu bertolak belakang dengan pengakuan mereka? Masalah itu tercatat di sepanjang kitab Hosea. Perhatikan 8:1,3,4,12,14; 9:1,9,10. Bagaimana mungkin ada orang mengaku mengenal Allah, tetapi kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan bahwa ia benar-benar mengenal Allah? Sungguhkah mereka mengenal Allah seperti yang mereka katakan? Apakah perkataan itu hanya kalimat kosong yang diucapkan secara asal-asalan tanpa peduli terhadap konsekuensinya? Dari dulu, semua orang bisa mengaku bahwa dirinya religius tanpa memedulikan bobot atau keseriusan makna dari kalimat yang diucapkannya. Perkataan yang tampak rohani itu diucapkan sekadar untuk “menjual” dirinya atau sekadar untuk menaikkan nilai/harga dirinya. Berhati-hatilah!

Ingatlah bahwa TUHAN bersikap serius terhadap tiap pengakuan yang membawa-bawa nama-Nya. Bagi TUHAN, setiap kalimat bersifat mengikat (bandingkan dengan Keluaran 20:7). Jangan sampai kita mengaku mengenal Tuhan, tetapi kelakuan kita jauh dari pengakuan kita. Berhati-hatilah! Jangan mempermainkan Tuhan dengan pengakuan yang palsu. TUHAN tidak mungkin tertipu. Walaupun semua orang bisa kita tipu, TUHAN tidak mungkin tertipu! Dia akan bertindak! Pikirkanlah kengerian hukuman-Nya yang akan menimpa diri kita (lihat 8:7-10, 13-14; 9:2-6, 15-17), meskipun sebenarnya takut terhadap hukuman merupakan suatu kemunduran. Ketaatan kepada Tuhan seharusnya dilandasi oleh kasih, bukan ketakutan! Kenallah Tuhan sedalam-dalamnya dan hiduplah sesuai dengan pengenalan itu! [MN]

Ngerinya Hari Tuhan itu

Yoel 1

Pasal pertama kitab Yoel menggambarkan kengerian penghukuman Allah atas dosa umat Yehuda. Penghukuman itu berwujud tulah belalang. Belalang kelaparan yang jumlahnya tak terhitung dikirim Tuhan untuk menghabiskan semua hasil ladang dan kebun umat-Nya (1:4). Aki-batnya, semua tanaman yang menjadi sumber penghidupan dan pengge-rak ekonomi habis tuntas tanpa sisa (1:7, 10-12, 17-18). Kedahsyatan se-rangan belalang yang tanpa ampun itu dilukiskan seperti serbuan tentara musuh yang kuat dan bengis (1:6). Penghukuman Allah melalui tulah be-lalang merupakan peringatan tentang hari Tuhan yang sudah mendekat, yang Yoel sebut sebagai hari “pemusnahan dari Yang Mahakuasa” (1:15).

Kengerian penghakiman Allah bertujuan untuk menyadarkan umat-Nya agar bertobat dan kembali kepada Allah. Nabi Yoel berseru agar mereka meratap dan berkabung sebagai tanda pertobatan (1:5, 8-9). Secara khusus, para imam dipanggil untuk melakukan perkabungan nasional dan puasa, karena tidak ada lagi persembahan yang bisa dibawa kepada Allah akibat dari tulah belalang itu (1:13-14). Nabi Yoel sendiri secara pribadi dan mewakili umat Allah berseru kepada Allah memohon anugerah-Nya. Allah telah memulai tulah mengerikan ini, dan hanya Dia yang sanggup menghentikannya dan memulihkan orang-orang Yehuda dari bencana dahsyat yang sedang terjadi.

Apa yang terjadi pada bangsa Yehuda ini adalah pembelajaran penting bagi umat Allah sepanjang sejarah. Pertama, Allah kita itu maha kudus dan tidak akan membiarkan dosa tanpa penghakiman. Dosa selalu mempunyai konsekuensi besar. Umat Allah harus menghormati kekudusan Allah dan hidup dalam kebenaran. Kedua, ritual agama tanpa pertobatan adalah tidak berguna. Yehuda terlihat masih aktif mempersembahkan kurban kepada Allah, tetapi hatinya jauh dari pada-Nya. Maka, melalui tulah belalang ini, Allah menghancurkan segala sumber materi persembahan mereka sehingga segala korban sajian dan korban curahan tertahan (1:13). Ketiga, meskipun Allah menghukum umat-Nya karena dosa, selalu ada anugerah Allah yang besar dan kesempatan untuk bertobat. Tulah belalang ini bukan untuk menghancurkan Yehuda sehingga mereka tidak bisa bangkit lagi. Sebaliknya, tulah ini adalah peringatan agar mereka kembali kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya. Jangan pernah menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang besar. [JD]

Ketika Terpaksa Tidak Mempan

Hosea 6:7-7:16

Anak-anak kami berusia 10 tahun dan 8 tahun saat kami pertama kali harus pergi meninggalkan mereka sendirian di rumah karena urusan mendesak. Ada perasaan khawatir terhadap keselamatan mereka, termasuk karena kami tahu bahwa mereka pasti akan mencuri-curi membuka kanal youtube atau main (online) game. Kekhawatiran kami terbukti, padahal kami sudah wanti-wanti menasihati berulang-ulang. Mereka tidak tahu bahwa kami bisa tahu apakah mereka jujur atau tidak. Sebenarnya, kami bisa mengecek apakah mereka taat atau tidak. Berkali-kali kami memberi kesempatan agar mereka mengaku, tetapi hasilnya hanya kebohongan yang memimpin pada tindakan ’kriminal’ domestik yang semakin lihai. Sekali lagi, kami bisa tahu apa yang mereka lakukan, meskipun ada kemungkinan kami kecolongan.

Tidak seperti kami yang berpengetahuan terbatas, Tuhan itu Mahatahu. Dia mengingat setiap detail perbuatan manusia maupun bangsa-bangsa (7:2). Tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan! Rencana yang ditutup serapat-rapatnya pun mudah Dia singkapkan (bandingkan dengan 2 Raja-raja 6:8-12). Seperti video singkat yang kita simpan dalam HP, Tuhan dapat memutar ulang semua rekaman tindakan yang pernah kita lakukan. Saat hal itu terjadi—seperti Israel—kita akan merasa malu karena kita seperti ditelanjangi di depan umum. Tak ada tempat untuk menyembunyikan muka ketika Tuhan melakukan hal itu. Tak ada pakaian yang tersedia untuk menutupi ketelanjangan kita. Kita tak mungkin dapat menuding orang lain sebagai alasan atau kambing hitam mengapa kita melakukan suatu dosa, karena pemutaran video rekaman perbuatan kita akan disertai dengan caption note—atau komentar—dari Tuhan yang mengungkap motivasi dan kondisi hati kita, yaitu bahwa sekalipun kita seperti datang dan berseru kepada Tuhan, sebenarnya hati kita jauh dari-Nya (bandingkan dengan Hosea 7:14).

Tak enak rasanya jika ada orang yang membuka aib lama kita. Pasti malu dan sakit rasanya! Mungkin kita akan merasa kecewa dan marah jika diperhadapkan dengan dosa-dosa kita. Akan tetapi, hal itu dilakukan Allah karena tak ada jalan lain untuk membuat kita kembali ke pangkuan-Nya, sekali pun cara ini tak menjamin bahwa kita akan segera bertobat (Lihat 7:13-16). Saat hal itu terjadi, tampak bahwa kita adalah manusia celaka yang keras hati. Belajarlah dari kesalahan bangsa Israel! jangan biarkan diri kita menjadi pendosa yang makin lihai. [MN]