Peran Pemimpin

1 Samuel 31

Pemimpin rohani memiliki peran yang sangat penting dalam komunitas orang percaya. Menjadi pemimpin rohani adalah hak istimewa yang harus senantiasa disertai dengan usaha menjaga hati agar tetap takut akan Tuhan. Kejatuhan pemimpin ke dalam dosa bisa berakibat sangat fatal dan berdampak kepada semua orang yang dipimpinnya. Saul adalah contoh pemimpin yang tidak sungguh-sungguh percaya dan tidak hidup dalam takut akan Tuhan. Berkali-kali Tuhan telah menyampaikan kata-kata penghakiman dan penghukuman kepadanya, namun tidak ada catatan tentang adanya tanda bahwa Saul menyesal, apalagi bertobat memohon belas kasihan Tuhan. Sampai akhir hidupnya, ia tidak pernah bertobat dari hati yang tidak taat dan tidak mengandalkan Tuhan.
Walaupun Raja Saul memiliki paras elok dan penampilan luar yang baik, hatinya tidak takut akan Tuhan. Ia tidak bersungguh hati menaati Tuhan. Orang Israel mendapatkan “buah” dari hasil penolakan mereka terhadap Tuhan. Mereka tidak ingin dipimpin secara langsung oleh Tuhan, melainkan mereka meminta agar bisa memiliki raja seperti bangsa-bangsa lain (pasal 8), dan Tuhan memberi mereka raja seperti yang mereka harapkan. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Raja Saul mengalami kalah perang yang dahsyat. Ia dan anak-anaknya mati terbunuh. Banyak sekali rakyat yang menjadi korban karena Tuhan tidak campur tangan dalam peperangan tersebut (31:6). Saul meninggal dalam keadaan terhina: Mayat Saul dipakukan ke tembok kota Bet-Sean (31:9-10). Sungguh tragis pengalaman orang Israel itu!
Berdasarkan bacaan Alkitab hari ini, kita belajar bahwa kriteria seorang pemimpin rohani haruslah pertama-tama orang yang hidup takut akan Tuhan. Hal ini bukan berarti bahwa seorang pemimpin tidak boleh memiliki kelemahan. Akan tetapi, dalam hatinya harus ada tempat untuk Tuhan. Tanda dari orang yang takut akan Tuhan adalah adanya kesungguhan untuk bertobat ketika ia jatuh ke dalam dosa. Ia harus rela untuk berubah bila ia telah menyadari dosanya. Pada zaman sekarang, sering kali kriteria seorang pemimpin rohani didasarkan pada ketrampilan dan kemampuan intelektualnya, bukan pada hatinya, padahal Tuhan selalu memandang hati, dan seharusnya kita juga demikian! [WY]

Salam sebagai Wujud Persaudaraan

Kolose 4:7-18

Bagian akhir surat Kolose berisi salam yang dititipkan teman-teman Rasul Paulus serta pesan-pesan terakhir kepada jemaat Kolose. Melalui rekan pelayanan yang membawa surat yang ditulisnya dari dalam penjara—yaitu Tikhikus dan Onesimus yang disebut saudara yang kekasih, hamba yang setia, dan kawan pelayan dalam Tuhan—Rasul Paulus menceritakan keadaannya untuk menghibur jemaat Kolose.
Rasul Paulus menyampaikan salam dari ketiga teman sekerjanya, yaitu Aristarkhus, Markus, serta Yesus yang disebut Yustus. Ia mengakui bahwa mereka bertiga adalah sumber penghiburan bagi dirinya. Ia juga menyampaikan salam dari tiga teman bukan Yahudi yang tidak bersunat, yaitu Epafras—hamba Kristus Yesus yang berdoa untuk jemaat Kolose dan berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah, Lukas—seorang Tabib, dan Demas. Rasul Paulus juga menyampaikan salam kepada jemaat di kota yang dekat dengan kota Kolose, yaitu jemaat di Laodikia. Ia meminta agar surat bagi jemaat di Kolose ini dibacakan di sana dan surat kepada jemaat di Laodikia dibacakan bagi jemaat di Kolose. Ia juga menasihati Arkhipus—teman seperjuangan dan pemimpin di jemaat Kolose—supaya melaksanakan tugas dengan penuh perhatian, tenaga dan waktu bagi jemaat yang dipimpinnya.
Apa yang dilakukan Rasul Paulus menunjukkan bahwa walaupun terbelenggu, ia tetap bersemangat melakukan pembinaan melalui tulisan yang berupa nasihat, ajaran, anjuran, serta penghiburan kepada jemaat Kolose dan orang-orang yang telah memberi diri dalam pelayanan. Ia juga meyakini adanya kasih karunia bagi semua orang yang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, walaupun terdapat berbagai pergumulan hidup, termasuk yang disebabkan oleh ajaran sesat.
Salam yang disampaikan Rasul Paulus adalah wujud persahabatan dan persaudaraan Kristen serta penghargaan kepada rekan-rekan pela-yanannya serta kepada jemaat Kolose. Sebagai orang percaya zaman ini, apakah Anda menjalin persahabatan, persaudaraan, dan memberi peng-hargaan terhadap rekan-rekan pelayanan dan terhadap sesama anggo-ta jemaat? Wujudkanlah persahabatan, persaudaraan, dan penghargaan sebagai anggota atau pemimpin jemaat terhadap rekan kerja dalam pelayanan, terhadap anggota jemaat yang kita layani, dan terhadap sesama manusia, sebagai wujud kasih kita kepada mereka. [PH]

Relasi dalam Keluarga Kristen

Kolose 3:18-4:6

Terdapat banyak rumah tangga Kristen yang tidak bahagia, sehingga akhirnya terjadi keretakan, bahkan kehancuran. Ketidakbahagiaan tersebut bisa disebabkan oleh masalah keuangan, komunikasi, seks, pekerjaan, dan sebagainya. Masalah paling utama adalah karena mereka tidak hidup tetap di dalam Kristus (2:6). Sesudah menerima Kristus, mereka tidak memperjuangkan kedekatan dengan Tuhan, bahkan mereka semakin hari semakin jauh dari Tuhan. Masalah lain adalah ketidaktahuan mereka tentang prinsip-prinsip menjalin relasi. Keluarga adalah lembaga pertama yang didirikan di bumi (Kejadian 1-2). Karena ide dan inisiatif pembentukan keluarga berasal dari Tuhan, bukan dari manusia, desain keluarga kristen harus disesuaikan dengan ajaran Alkitab, bukan dengan keinginan manusia.
Pada perikop sebelumnya (Kolose 3:5-17), Rasul Paulus berbicara tentang ‚Manusia baru di dalam Kristus.‛ Pada perikop yang kita baca hari ini, dia membicarakan prinsip-prinsip penting dari ‚Hidup baru di da-lam Kristus‛. Dia menekankan agar prinsip-prinsip itu dipraktikkan lebih dahulu dalam kehidupan berkeluarga yang mencakup hubungan istri-suami, ayah-anak, dan hamba-tuan. Istri diperintahkan untuk tunduk ke-pada suami sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Suami diperintah-kan untuk mengasihi istri dan tidak berlaku kasar. Anak diperintahkan untuk menaati orang tua dalam segala hal. Hamba diperintahkan untuk menaati tuannya serta bekerja dengan tulus dan sungguh-sungguh—seperti bekerja untuk Tuhan—dengan rasa hormat. Seorang tuan diperintahkan untuk berlaku adil dan jujur terhadap hambanya.
Tidak dapat disangkal bahwa sering kali tingkah laku dan karakter kita—yang tertampil kepada pasangan, anak, orang tua, pembantu, serta terhadap karyawan—cenderung tidak kristiani. Rasul Paulus mengajarkan tentang relasi yang benar dalam keluarga, yang menuntut adanya sikap tunduk, mengasihi, dan menaati. Setiap anggota keluarga diperintahkan untuk menjalankan relasi secara benar. Bangunlah keluar-ga Anda dengan relasi yang benar, berlandaskan kehidupan yang erat dengan Tuhan yang diekspresikan melalui ketekunan dalam doa, berjaga-jaga sambil mengucap syukur, hidup penuh hikmat dengan orang lain, mempergunakan waktu yang ada, serta senantiasa menghiasi perkataan kita dengan kasih. [PH]

Hidup Sebagai Manusia Baru

Kolose 3:5-17

Mendapat sesuatu yang baru—baju baru, handphone baru, mobil baru, rumah baru, dan sebagainya—pasti menyenangkan dan membangkitkan antusias, apalagi bila yang kita peroleh merupakan hadiah. Menjadi ciptaan baru adalah anugerah Allah, tetapi menjadi manusia baru memerlukan perjuangan, kerja keras, waktu yang lama, dan proses yang tidak selalu enak. Sebagai ciptaan baru, kita diperintah-kan untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui (3:9-10). Menanggalkan manusia lama berarti mematikan segala sesuatu yang duniawi dalam diri kita, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan (3:5), serta membuang sikap marah, geram, kejahatan, fitnah, perkataan kotor, dan dusta. Setiap orang yang sudah menjadi ciptaan baru harus selalu berjuang untuk mematikan segala sesuatu yang duniawi dan membuang sikap-sikap jahat yang tidak diperkenan Allah. Sebaliknya, mengenakan manusia baru berarti mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendah-hatian, kelemahlembutan, pengampunan, serta kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.‛
Kecenderungan untuk kembali dalam kehidupan yang lama bukan sesuatu yang mustahil, bahkan sangat mungkin terjadi dalam kehidupan seorang Kristen. Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihati agar kita me-matikan dan membuang manusia lama serta mengenakan manusia baru. Menjadi ciptaan baru merupakan anugerah Tuhan, tetapi mengenakan manusia baru—atau mematikan dan membuang kehidupan lama yang berdosa—menuntut perjuangan yang terus-menerus tanpa henti dengan cara mempelajari firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perkataan dan perbuatan, sambil selalu bersyukur kepada Allah.
Sebagai orang-orang pilihan Allah yang telah dikuduskan dan dikasihi oleh Allah, perubahan dari manusia lama menjadi manusia baru adalah sangat mungkin terwujud. Kematian Kristus memang telah mem-buat kita memperoleh pengampunan dosa. Akan tetapi, godaan untuk melakukan dosa masih ada, sehingga kita harus selalu berusaha mematikan keinginan melakukan dosa dan membuang (menanggalkan)dosa yang telah kita sadari. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru di dalam Kristus? [PH]

Mencari dan memikirkan hal-hal Surga

Kolose 2:16-3:4

Status orang Kristen yang telah menerima Kristus adalah sebagai orang yang telah mati bagi dosa dan ikut dibangkitkan (mendapat hidup baru) bersama Kristus pada waktu mereka percaya. Orang Kristen yang telah menerima Kristus sepatutnya menjalani hidup baru sesuai dengan nilai kebenaran yang Kristus ajarkan. Masalahnya, nilai kebenar-an yang Kristus ajarkan itu banyak yang bertentangan dengan nilai dunia ini. Bila tidak waspada kita akan mudah berkompromi dan mengikuti nilai dunia ini, walaupun kita telah menerima Kristus.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus melihat bahwa banyak orang Kristen di Kolose yang hidup berdasarkan nilai dunia yang berten-tangan dengan nilai kebenaran Kristen. Rasul Paulus mengingatkan, ‚Mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; semuanya itu ... hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.‛ (2:20b-22).
Dalam jemaat Kolose terdapat banyak pengajar atau guru palsu yang mengajar orang percaya untuk mematuhi perintah dan peraturan Taurat, tetapi tidak menurut ajaran Kristus (2:16-19). Rasul Paulus menge-cam dan menentang ajaran palsu itu. Dia mengajar jemaat Kolose agar tidak meremehkan karya Kristus yang agung dan tidak mau disesatkan oleh peraturan agamawi buatan manusia. Paulus menegaskan bahwa hukum Taurat hanyalah bayangan Kristus. Di dalam Kristus, tuntutan hukum Taurat telah dipenuhi. Ingatlah bahwa nilai ajaran Kristus lebih tinggi, lebih agung, dan lebih berotoritas daripada hukum Taurat.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa yang terpenting bagi orang percaya adalah mencari dan memikirkan hal-hal surgawi, bukan hal-hal duniawi. Setiap orang percaya harus berusaha sungguh-sungguh agar perkataan, perbuatan, pikiran, perasaan, dan kemauan terarah ke sorga, tempat Kristus ada, sehingga kita dapat menyadari sepenuhnya kehadir-an dan kuasa Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Orang Kristen yang tidak menomorsatukan Kristus adalah orang Kristen yang mundur secara rohani. Bagaimana kehidupan sehari-hari Anda? Apakah Anda selalu berjuang untuk mencari dan memikirkan perkara sorgawi tempat Kristus hadir dan berkuasa atas kehidupan Anda, atau Anda masih terlena untuk memikirkan hal-hal duniawi yang bertentangan dengan ajaran Kristus? [PH]

Kehidupan Setelah Menerima Kristus

Kolose 2:6-15

Banyak orang berpikir bahwa orang Kristen adalah orang yang beribadah di gereja, menyanyi lagu Kristen, dan mengikuti kegiatan Kristen. Walaupun beribadah, memuji Tuhan, dan aktif mengikuti kegiat-an merupakan hal yang baik, hal paling utama dalam kekristenan adalah menjalin hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.
Menerima Yesus Kristus merupakan titik awal kehidupan Kristen. Setiap orang yang sudah menerima Yesus Kristus harus melanjutkan dengan menjalin hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Rasul Paulus menyebut jalinan hubungan pribadi itu sebagai ‚tetap di dalam Kristus‛ (2:6). Seorang yang tetap di dalam Kristus tidak akan berpaling kepada apa pun yang membuat dirinya mengabaikan Kristus. Supaya kita bisa tetap di dalam Kristus, kita harus berakar di dalam Kristus, dibangun di atas Kristus, bertambah teguh dalam iman, dan memiliki hati yang melimpah dengan syukur (2:7).
Mengapa Rasul Paulus memberikan nasihat seperti itu? Nasihat tersebut diberikan karena jemaat Kolose sedang menghadapi bahaya ajaran sesat yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Beliau menasihati jemaat Kolose agar berhati-hati terhadap orang atau kelompok yang mengajarkan bahwa Kristus saja tidaklah cukup untuk keselamatan kita, dan karena itu harus ditambah dengan sesuatu yang lain. Bersikap hati-hati artinya bersikap waspada, menjaga diri, memperhatikan, mencer-mati, dan selalu mengantisipasi kemungkinan munculnya godaan dari pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Allah yang sudah kita terima, yang berusaha menarik kita.
Nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Kolose berlaku juga bagi kita yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pri-badi. Saat ini, kita menghadapi berbagai macam ajaran sesat yang terutama tersebar melalui media sosial. Selain itu, mungkin saja kita menghadapi berbagai masalah yang datang silih berganti serta tawaran manis dunia yang terus menggoda. Bila Anda tinggal tetap di dalam Kristus, berakar di dalam Kristus, dan dibangun di atas Kristus, seharusnya tidak ada satu alasan pun yang bisa membuat Anda berpaling dari Kristus, dan tidak ada situasi dan kondisi yang bisa menghilangkan rasa syukur dari hati Anda. Apakah Anda memiliki iman yang teguh dan rasa syukur yang tidak tergoyahkan dalam segala situasi? [PH]

Mengejar Harta Tak Ternilai

Kolose 1:24-2:5

Disadari atau tidak, banyak orang yang berjuang untuk mengejar harta. Mereka berlomba mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka idam-idamkan. Orang-orang semacam ini selalu menginginkan lebih banyak dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah mereka peroleh. Kepuasan tidak pernah bisa didapatkan melalui pemilikan harta yang berlimpah. Tahukah Anda bahwa dalam hati manusia terdapat suatu ruang kosong yang besar yang tak dapat diisi penuh oleh apa pun—bahkan oleh seisi dunia—karena ruang kosong itu adalah milik Kristus? Artinya, selama manusia tidak mengizinkan Kristus hadir dan memerintah atas hidupnya, hanya kebahagiaan semu dan kekosongan belaka yang ia rasakan. Selama ruang itu masih kosong, manusia akan selalu berusaha mengisinya dengan berbagai hal seperti prestasi, jabatan, kekayaan, kenikmatan, ketenaran, pelayanan, hiburan, dan lain sebagainya. Namun, semua hal itu merupakan usaha yang sia-sia, bagaikan mengisi air ke dalam ember bocor yang akan selalu tetap kosong. Hati manusia hanya akan puas bila diisi oleh Sang Pemiliknya karena ruang kosong yang besar itu didesain khusus hanya untuk diisi oleh Kristus, bukan oleh yang lain.
Kristuslah harta yang tiada bandingnya, Kristuslah harta yang tak ternilai. Rasul Paulus berkata, ‚Dialah yang kami beritakan, ....‛ (1:28), dan ‚sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan‛ (2:3). Rasul Paulus berjuang habis-habisan agar jemaat Kolose semakin mengenal Kristus sebagaimana ia mengenal Kristus. Rasul Paulus bersukacita walaupun menderita asalkan jemaat Kolose mendapatkan harta tersebut dan menikmatinya.
Bagaimana sikap kita terhadap Yesus Kristus? Sudahkah kita berjuang dari hari ke hari untuk mengenal Kristus, sumber hikmat dan pengetahuan, dalam menjalani kehidupan kita? Sudah adakah usaha yang sungguh-sungguh—bukan sekadarnya atau apa adanya—untuk mengejar harta yang tak ternilai, yaitu Kristus? Perhatikanlah kehidupan Anda: Apakah dalam pelayanan, dalam usaha atau pekerjaan, dan dalam kehidupan sehari-hari, Anda semakin mengenal Kristus?. Apakah Anda memprioritaskan hal-hal yang membuat Anda semakin mengenal Kristus lebih daripada yang lain? Kejarlah harta yang tak ternilai! [PH]

Mengenal Kristus dengan Benar

Kolose 1:15-23

Mengenal kasih karunia Allah, mengenal kehendak Allah dan mengenal Allah adalah kunci pertumbuhan, dan itulah kerinduan Rasul Paulus bagi jemaat Kolose. Akan tetapi, Rasul Paulus juga ingin agar jemaat Kolose dapat mengenal Kristus. Pengenalan akan Kristus termasuk kunci pertumbuhan yang tidak bisa ditawar. Mengapa? Sesung-guhnya, pengenalan yang keliru terhadap Tuhan Yesus akan membawa dampak buruk bagi kerohanian orang Kristen.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus ingin agar jemaat Kolose mengenal siapa sebenarnya Yesus Kristus. Dia menjelaskan bahwa: Pertama, Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (1:15). Allah tidak berwujud, tidak berbentuk, dan merupakan Roh, sehingga banyak orang tidak mengenali Allah yang benar yang patut disembah. Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi Yesus Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan dan seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Kristus. Dengan Yesus Kristus sebagai gambar Allah, maka Allah yang tidak kelihatan itu dapat dilihat dan dikenal oleh manusia (Bandingkan dengan Yohanes 1:18). Kedua, Yesus Kristus adalah yang sulung, lebih utama dari segala ciptaan (Kolose 1:18). Rasul Paulus menekankan bahwa Yesus Kristus adalah Pencipta segala sesuatu dan segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (1:16). Ketiga, Yesus Kristus telah ada sebelum segala sesuatu ada (1:17). Dengan kata lain, Ia telah ada dalam kekekalan. Tidak ada sesuatu pun yang ada dalam kekekalan selain Allah dan Yesus Kristus. Keempat, Yesus Kristus adalah Kepala gereja (1:18). Kelima, Yesus Kristus adalah Juru damai (1:20). Yang paling penting dan paling ditekankan oleh Rasul Paulus adalah perdamai-an antara Allah dengan manusia. Akibat perdamaian itu, manusia yang dahulu hidupnya jauh dari Allah, sekarang sudah didekatkan. Perdamaian itu bisa terwujud karena Karya Kristus di kayu salib.
Pengenalan yang keliru terhadap Yesus Kristus pasti berdampak buruk bagi kerohanian seorang Kristen. Pengenalan tentang siapakah Yesus Kristus yang sesungguhnya membuat orang Kristen bertambah teguh dalam iman dan bertumbuh secara rohani dengan baik. Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihati agar jemaat Kolose bertekun dalam iman, tetap setia dan teguh berpegang pada pengharapan di dalam Kristus. Bagaimana pengenalan Anda akan Kristus: Sudahkah Anda mengenal Kristus? Apakah Anda terus bertumbuh di dalam Kristus? [PH]

Hidup Layak dan Berkenan kepada Tuhan

Kolose 1:1-14

Setelah mendengar dan menerima berita Injil yang diberitakan oleh Epafras, jemaat Kolose tidak putus-putusnya bertumbuh, baik dari segi iman, kasih, maupun pengharapan. Jemaat Kolose bersyukur karena Allah sudah menyediakan kehidupan kekal di sorga saat mereka menerima Yesus Kristus. Rasul Paulus merasa senang dan tidak putus-putusnya mengucap syukur karena mengetahui bahwa jemaat Kolose berbuah dan berkembang dalam iman, pengharapan, dan kasih berdasarkan Injil (1:3-5).
Walaupun jemaat Kolose bertumbuh dengan baik, Rasul Paulus menghendaki agar jemaat Kolose tdak puas dengan kemajuan mereka. Ia menginginkan agar jemaat Kolose bukan hanya bertumbuh, tetapi mengetahui kehendak Allah dengan sempurna (1:9). Perjalanan hidup orang Kristen seharusnya tidak mengenal arti mundur atau berhenti, melainkan harus terus bertumbuh secara rohani. Seorang Kristen seharusnya semakin hari semakin mengenal Tuhan dan kehendak-Nya.
Jemaat Kolose seharusnya bukan hanya mendengar, melainkan benar-benar mengenal dan menghayati kasih karunia Allah. Mengenal dan menghayati kasih karunia Allah adalah titik tolak dan dasar bagi seorang Kristen untuk bertumbuh. Tanpa mengenal dan menghayati kasih karunia Allah, seorang Kristen akan sulit bertumbuh (bandingkan dengan 1:6).
Apa yang dimaksud dengan kasih karunia Allah itu? Kasih karunia Allah adalah kasih karunia yang melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam terang (1:12-13) atau kasih karunia yang memindahkan kita dari kebinasaan kekal ke kehidupan yang kekal. Setelah mengenal dan benar-benar menghayati kasih karunia Allah, pengertian itu akan membuat seorang Kristen mengetahui kehendak Tuhan. Mengetahui dan melakukan kehendak Tuhan akan mewujudkan kehidupan yang layak dan berkenan kepada Tuhan.
Seperti jemaat Kolose, kita pun diminta agar semakin mengenal dan mengalami kasih karunia Allah, serta semakin mengenal kehendak Tuhan, sehingga hidup kita menjadi layak dan berkenan kepada-Nya. Sudahkah Anda mengenal dan mengalami kasih karunia Allah serta sungguh-sungguh menghayatinya? Sudahkah Anda mengerti kehendak Tuhan dan melakukan-Nya dalam hidup Anda? Wujudkanlah hidup yang layak dan berkenan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari! [PH]

Mencukupkan Diri

Filipi 4:10-23

Mencukupkan diri dalam segala keadaan bukanlah perkara mudah, apa lagi mengingat bahwa saat itu, Rasul Paulus sedang berada dalam penjara. Jelas bahwa diperlukan daya juang yang tinggi untuk bisa belajar mencukupkan diri dalam kondisi seperti itu. Banyak kebutuhan yang diperlukan selama seseorang berada dalam penjara. Namun, Rasul Paulus tidak bersungut-sungut terhadap keadaan seperti itu. Ia tetap bersukacita. Saat berada dalam keadaan berkelimpahan pun, Rasul Paulus menikmati kondisinya dengan hati yang penuh syukur dan tanpa melupakan Tuhan. Dalam keadaan kelimpahan maupun dalam keadaan kekurangan, Rasul Paulus tetap belajar mencukupkan diri. Saat berkelimpahan, ia tidak serakah, tetapi menikmati kelimpahan itu secukupnya sesuai dengan kebutuhannya. Fokus Rasul Paulus bukanlah pada keadaannya sendiri, tetapi pada Tuhan. Oleh karena itu, Rasul Paulus belajar mencukupkan diri dalam keadaan apa pun. Sikap hati yang seperti itu bersumber dari Tuhan. Hal itu tersimpul dalam pengakuan, ‚Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (4:13).
Mengingat uraian di atas, apakah Rasul Paulus lalu tidak memerlukan batuan dari jemaat lagi? Perlu! Rasul Paulus tidak menjadi sombong secara rohani dan menolak bantuan dari jemaat Filipi hanya karena ia merasa kuat saat berada dalam keadaan berkekurangan. Ia tetap menghargai pemberian jemaat itu (4:14). Rasul Paulus memerlukan pemberian tersebut, tetapi pemberian itu bukanlah prioritas. Bagi Rasul Paulus, yang paling penting adalah makna yang lebih dalam dari sekadar pemberian, yaitu bahwa pemberian itu bukan hanya memenuhi kebutuh-an Rasul Paulus, tetapi juga menghasilkan buah yang memperbesar keuntungan jemaat (4:17). Buah yang memperbesar keuntungan jemaat itu adalah bahwa melalui pemberian mereka kepada Rasul Paulus, jemaat Filipi belajar berbagi kepada orang lain dan belajar menopang pemberitaan Injil. Siapkah Anda mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri Anda serta mengarahkan fokus pada Tuhan? Bila Anda melakukan hal itu, keadaan apa pun tidak akan mempengaruhi sikap hati Anda di hadapan Tuhan. Ingatlah bahwa hal yang utama bukanlah pemberian, melainkan buah dan keuntungan secara rohani. Kiranya kekuatan Tuhan terus menopang Anda! [YZ]