Kolose 3:18-4:6
Terdapat banyak rumah tangga Kristen yang tidak bahagia, sehingga akhirnya terjadi keretakan, bahkan kehancuran. Ketidakbahagiaan tersebut bisa disebabkan oleh masalah keuangan, komunikasi, seks, pekerjaan, dan sebagainya. Masalah paling utama adalah karena mereka tidak hidup tetap di dalam Kristus (2:6). Sesudah menerima Kristus, mereka tidak memperjuangkan kedekatan dengan Tuhan, bahkan mereka semakin hari semakin jauh dari Tuhan. Masalah lain adalah ketidaktahuan mereka tentang prinsip-prinsip menjalin relasi. Keluarga adalah lembaga pertama yang didirikan di bumi (Kejadian 1-2). Karena ide dan inisiatif pembentukan keluarga berasal dari Tuhan, bukan dari manusia, desain keluarga kristen harus disesuaikan dengan ajaran Alkitab, bukan dengan keinginan manusia.
Pada perikop sebelumnya (Kolose 3:5-17), Rasul Paulus berbicara tentang ‚Manusia baru di dalam Kristus.‛ Pada perikop yang kita baca hari ini, dia membicarakan prinsip-prinsip penting dari ‚Hidup baru di da-lam Kristus‛. Dia menekankan agar prinsip-prinsip itu dipraktikkan lebih dahulu dalam kehidupan berkeluarga yang mencakup hubungan istri-suami, ayah-anak, dan hamba-tuan. Istri diperintahkan untuk tunduk ke-pada suami sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Suami diperintah-kan untuk mengasihi istri dan tidak berlaku kasar. Anak diperintahkan untuk menaati orang tua dalam segala hal. Hamba diperintahkan untuk menaati tuannya serta bekerja dengan tulus dan sungguh-sungguh—seperti bekerja untuk Tuhan—dengan rasa hormat. Seorang tuan diperintahkan untuk berlaku adil dan jujur terhadap hambanya.
Tidak dapat disangkal bahwa sering kali tingkah laku dan karakter kita—yang tertampil kepada pasangan, anak, orang tua, pembantu, serta terhadap karyawan—cenderung tidak kristiani. Rasul Paulus mengajarkan tentang relasi yang benar dalam keluarga, yang menuntut adanya sikap tunduk, mengasihi, dan menaati. Setiap anggota keluarga diperintahkan untuk menjalankan relasi secara benar. Bangunlah keluar-ga Anda dengan relasi yang benar, berlandaskan kehidupan yang erat dengan Tuhan yang diekspresikan melalui ketekunan dalam doa, berjaga-jaga sambil mengucap syukur, hidup penuh hikmat dengan orang lain, mempergunakan waktu yang ada, serta senantiasa menghiasi perkataan kita dengan kasih. [PH]