Hanya TUHAN Sajalah Allah (10 Hukum Allah)

Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 20:1-3 (Hukum Pertama)

Sepuluh Hukum diawali dengan pernyataan, “Allah mengucapkan segala firman ini” (20:1). Sepuluh Hukum tersebut bukan dari Musa, melainkan dari Allah, Pencipta langit dan bumi. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah bila manusia mendengarkan dan mematuhinya. Pada hukum yang pertama, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai TUHAN. Allah menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang mengikat janji dengan umat-Nya, dan Dia setia kepada janji-Nya. Bukti kesetiaan Allah diperlihatkan melalui penegasan bahwa TUHAN Allah telah mengeluarkan umat Israel dari Tanah Mesir (20:2). Berdasarkan pada siapa diri-Nya dan apa yang telah Dia lakukan bagi umat-Nya, maka Allah memerintahkan agar umat Israel hanya menyembah kepada Dia saja.

Apabila kita mengamati secara cermat, jelas bahwa pada hukum pertama ini, Allah tidak mengucapkan kalimat yang meminta agar umat Israel menyembah kepada-Nya. Sekalipun demikian, melalui hukum supaya tidak ada allah atau dewa atau ilah lain dihadapan-Nya, kita disadarkan akan keinginan Allah agar tidak ada ilah atau berhala apa pun yang menghambat relasi antara Allah dengan umat-Nya. Oleh karena itu, jelas bahwa sebenarnya Allah menginginkan agar kita hanya menyembah kepada Dia saja. Bila kita menyembah Allah dengan sepenuh hati, sesungguhnya kita akan mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan ini, seperti yang diungkapkan oleh Daud bahwa sukacita berlimpah-limpah dan kepuasan yang sejati berasal dari Allah (Mazmur 16:11). Perhatikan bahwa hukum pertama ini diberikan di tengah banyaknya dewa dan berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel. Allah mengerti benar akan kemungkinan bahwa umat Israel dapat berpaling untuk menyembah ilah-ilah lain. Oleh karena itu, hukum pertama ini menggarisbawahi perlunya menyingkirkan ilah-ilah dalam kehidupan ini.

Allah yang membebaskan umat Israel dari Mesir ialah Allah Sang Pencipta yang melepaskan orang yang percaya kepada Kristus dari belenggu dosa. Dengan demikian, jangan ada ilah apa pun di zaman ini—diri sendiri, kuasa, uang, dan sebagainya—yang dapat menghalangi penyembahan dan pelayanan kita kepada-Nya. Marilah kita berkata seperti Asaf, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” (Mazmur 73:25) [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]

Menaati Allah yang Beranugerah bagi Kita

Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 20

Tuhan, Allah perjanjian, telah terbukti setia kepada janji-Nya. Sesudah mengeluarkan umat Israel dari penjajahan di Tanah Mesir (20:2), Allah memenuhi janji-Nya bahwa Musa dan umat Israel akan beribadah di Gunung Sinai (3:12). Setelah Sang Khalik mengeluarkan kaum keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub dari perbudakan di Tanah Mesir, barulah Dia memberikan kesepuluh hukum Allah yang harus ditaati seluruhnya. Alkitab memberikan kesaksian bahwa Allah memberikan anugerah terlebih dahulu kepada bangsa Israel dengan mengeluarkan mereka dari penjajahan. Sesudah itu, barulah Dia memberikan kesepuluh firman untuk ditaati, bukan sebaliknya. Allah tidak memerintahkan umat Israel untuk taat sepenuhnya melakukan kesepuluh firman, baru Dia memberikan anugerah, melainkan anugerah Allah mendahului firman yang harus ditaati.

Pola yang sama dengan itu kita temukan di dalam Perjanjian Baru. Kristus datang untuk menggenapi anugerah keselamatan dari Allah kepada manusia. Dengan tegas, Kristus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6). Selanjutnya, masih di perikop yang sama, Kristus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Pernyataan Kristus itu memperjelas sebuah kondisi yang harus dipenuhi, yaitu bahwa setiap orang yang menjadi murid Kristus dan mengasihi Dia, harus menaati firman-Nya.

Tidak sedikit orang yang salah sangka—baik orang Kristen maupun bukan Kristen—bahwa karena orang yang percaya kepada Kristus pasti selamat (Yohanes 10:28-29), maka orang Kristen boleh menjalani hidup dengan semaunya sendiri. Pemikiran yang demikan merupakan pemikiran yang salah. Di satu pihak, kepastian keselamatan di dalam Kristus merupakan anugerah (pemberian secara gratis) yang paling agung dari Allah kepada manusia. Di pihak lain, dari sisi Allah, ada harga yang mahal yang harus dibayar agar umat Allah bisa memperoleh anugerah tersebut, yaitu darah Sang Anak Domba Allah yang telah menebus dosa orang yang percaya kepada Kristus. Dengan demikian, setiap orang percaya memperoleh anugerah yang tidak murah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, dengan mendengarkan dan menaati seluruh firman-Nya. Soli deo Gloria! (Segala Kemuliaan hanya bagi Allah!) [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]

Kerajaan Para Imam, Harta Kesayangan Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Keluaran 19

Setelah tiga bulan berjalan meninggalkan Mesir, Bangsa Israel sampai ke sebuah gunung di padang gurun Sinai. Berdasarkan penelitian para ahli, gunung yang dimaksud adalah Gunung Sinai atau dikenal pula sebagai Gunung Horeb. Dengan demikian, peristiwa yang dicatat dalam pasal 19 ini merupakan penggenapan terhadap janji Allah kepada Musa (3:12). Melalui bacaan Alkitab hari ini, kita mengetahui bahwa Allah menyatakan kehadiran-Nya melalui peristiwa yang menakutkan (19:16-19). Keberadaan-Nya yang mahakudus sesunguhnya menggetarkan hati manusia. Setiap orang yang tidak layak di hadapan Allah pasti akan mati ketika berjumpa dengan Dia (19:10, 21, 22). Alkitab mengungkapkan bahwa manusia tidak mungkin berjumpa dengan Allah dengan mudah. Oleh karena itu, kesaksian seseorang—siapa pun dia—yang mengaku telah bolak-balik berjumpa dengan Yesus Kristus patut kita curigai kebenarannya. Rasul Paulus memberikan nasihat, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1 Tesalonika 5:21).

Meskipun kehadiran Allah sedemikian menggetarkan hati, namun Allah berlaku lemah lembut kepada umat-Nya. Allah yang mahakuasa itu telah menyatakan kasih-Nya dan memelihara umat Israel dalam kelembutan seperti induk rajawali yang mendukung anaknya ketika Dia mengeluarkan bangsa Israel dari Tanah Mesir (Keluaran 19:4). Keluaran 19:4 menyatakan hal-hal yang Allah lakukan kepada Israel di masa yang silam, sedangkan 19:5b-6 mengungkapan hal-hal yang akan terjadi pada Israel di waktu-waktu mendatang, yaitu bahwa bangsa Israel akan menjadi harta kesayangan Allah, menjadi umat yang kudus, menjadi kerajaan imam yang melayani dan beribadah kepada-Nya. Namun, ada persyaratan yang harus diperhatikan oleh bangsa Israel agar mereka bisa mewarisi janji-janji di atas, yakni bahwa mereka harus sungguh-sungguh mendengarkan dan menaati firman-Nya (19:5).

Sebagai umat yang telah menerima anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, seharusnya kita menjadi umat yang melayani dan beribadah kepada-Nya. Dalam kaitan ini, kita memiliki tanggung jawab untuk memberitakan kabar tentang Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Dia. Akan tetapi, perhatikanlah bahwa kita pun juga harus mendengarkan dan melakukan sabda-Nya! [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]

Kerja Sama Tim

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 16

Rasul Paulus adalah seorang team player(seorang yang suka bekerja dalam tim). Dia bukanlah seorang yang single fighteratau one man show (orang yang lebih suka bekerja sendiri). Hal ini terlihat dari kehangatan sikap yang dia tujukan kepada rekan-rekan kerjanya dalam ucapan salam di bagian akhir suratnya kepada jemaat di Roma. Salam itu menunjukkan betapa berartinya pelayanan orang-orang itu bagi dirinya.

Selain menyebut nama Febe yang melayani jemaat di Kengkrea, Rasul Paulus memberi salam paling tidak kepada dua puluh enam orang yang menetap di Roma (16:1-15). Ia amat terkesan akan pengabdian mereka yang telah berjuang demi Injil Kristus. Ia menyebut nama mereka satu persatu, dan sebagian diberi keterangan. Mengenai Febe, ia meminta agar jemaat menyambut dan memberi bantuan yang diperlukan (16:1-2). Priskila dan Akwila disebut sebagai suami-istri yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk Rasul Paulus (16:3-4). Epenetus adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus (16:5). Maria disebut telah bekerja keras untuk jemaat (16:6). Andronikus dan Yunias adalah dua orang yang pernah dipenjarakan bersama dengan Rasul Paulus (16:7). Nama-nama lainnya disebut tanpa keterangan (16:8-11, 14-16). Mungkin Trifena dan Trifosa adalah diaken-diaken wanita (16:12). Yang menarik, saat mengucapkan salam kepada Rufus, Rasul Paulus menyebut ibu dari Rufus yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri (16:13). Mengapa Rasul Paulus sampai menganggapnya demikian? Selama bertahun-tahun dalam pelayanan, Rasul Paulus menghadapi banyak kesulitan (2 Korintus 6:4-10). Kemungkinan, Rufus pernah membawa Rasul Paulus ke rumahnya, dan ibu dari Rufus memberikan kata-kata penghiburan, pakaian bersih, atau makanan yang bergizi.

Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dimulai dari dan bermuara pada orang, bukan program. Pelayanan yang berorientasi pada orang akan membuat kita terus bergumul, sampai orang yang kita layani memperlihatkan kerinduan untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, bertumbuh di dalam firman dan doa. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dalam tim yang kokoh agar pelayanan kita menjadi berkat bagi jemaat yang kita layani. Apakah Anda sudah melayani dengan semangat untuk bekerja sama dalam tim? Bila Anda belum melayani dan ingin melayani, bergabunglah dalam tim pelayanan di gereja Anda! [Souw]

Menjadi Seorang Pendoa

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 15:14-33

Paulus adalah seorang pendoa. Pada awal pertobatannya, firman Tuhan sendiri mengatakan bahwa ia sedang berdoa (Kisah Para Rasul 9:11). Yang sangat luar biasa, dia bukan hanya berdoa untuk orang lain, tetapi juga meminta orang lain untuk mendoakan dirinya (2 Korintus 1:10-11; Efesus 6:19-20; Filipi 1:19; Kolose 4:3-4; 1 Tesalonika 5:25; 2Tesalonika 3:1-2; Filemon 1:22). Bahkan, ia meminta jemaat Roma untuk bergumul memanjatkan doa kepada Tuhan bersama-sama dengan dia (15:30-32).

Rasul Paulus sadar bahwa ia membutuhkan doa dari orang-orang percaya, untuk menopang hidupnya dan pelayanannya. Yang membutuhkan doa bukan hanya orang-orang yang lemah iman atau orang Kristen baru saja! Sekalipun Paulus adalah seorang rasul yang besar, ia membutuhkan dukungan doa. Permohonan doanya berkaitan dengan rencana membawa sejumlah uang sumbangan yang dikumpulkan dari gereja-gereja di Makedonia dan Korintus untuk menyokong jemaat di Yerusalem. Rasul Paulus berharap bahwa pengumpulan uang ini akan menolong menjembatani hubungan antara orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi, sehingga tercipta hubungan yang baik. Ia menyadari bahwa keberhasilan misinya ke Yerusalem bergantung pada doa. Rasul Paulus memohon dukungan doa untuk dua hal: Pertama, supaya ia terpelihara dari orang-orang yang tidak taat di Yudea. Kedua, supaya pelayanannya bagi jemaat di Yerusalem disambut dengan baik oleh orang-orang kudus di sana. Ia menyadari bahwa ada orang-orang kudus di Yerusalem yang tidak menyetujui kehadirannya karena sepak terjangnya di masa yang lalu sebagai penganiaya jemaat Tuhan. Selain itu, di sana banyak orang bukan Kristen yang secara sengit memusuhinya, karena ia mengajarkan bahwa orang-orang non Yahudi dapat menjadi umat Allah (Kisah Para Rasul 21:31). Melalui topangan doa dari seluruh anggota jemaat Roma, ketaatannya kepada Tuhan membuat Rasul Paulus berangkat ke Yerusalem meskipun ada bahaya yang mengancam.

Sebagai orang percaya, kita perlu mendoakan para hamba Tuhan yang melayani kita. Kekuatan seorang hamba Tuhan tidak bergantung pada kemampuan dan talentanya, melainkan bergantung pada Tuhan, sehingga hamba Tuhan memerlukan dukungan doa dari para anggota jemaat. Sebaliknya, bila kita menghadapi pergumulan, mintalah topangan doa, baik dari hamba Tuhan maupun dari teman-teman seiman. [Souw]

Hidup Dalam Pengharapan

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 15:1-13

Menurut Hal Lindsay, seseorang dapat bertahan hidup selama 40 hari tanpa makan, 3 hari tanpa minum, 8 menit tanpa oksigen, tetapi hanya bisa bertahan 1 detik tanpa harapan. Artinya, pengharapan merupakan dasar kehidupan yang harus ada dan tetap ada jika manusia mau tetap bisa bertahan hidup. Kehilangan pengharapan itu menghilangkan semangat dan melumpuhkan kehidupan. Sebaliknya, pengharapan membuat hidup menjadi bergairah, karena pengharapan itu seperti sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19).

Dalam bagian ini (Roma 15:1-13), Rasul Paulus menjelaskan bahwa pengharapan yang tersedia bagi jemaat Roma bersumber pada ketekunan orang percaya dan pada penghiburan yang berasal dari Kitab Suci (15:4). Jemaat harus bertekun untuk melaksanakan semua yang sudah dibicarakan dalam pasal-pasal sebelumnya, sesuai dengan maksud Tuhan dalam firman-Nya. Pengharapan Kristen itu menyangkut dua hal: Pertama, pengharapan Kristen itu berkaitan dengan ketekunan. Rasul Paulus berdoa agar saat menghadapi berbagai pencobaan, jemaat memiliki pengharapan yang bersumber dari Allah (15:13), agar mereka bisa tetap berdiri teguh dalam iman serta tetap bertahan hingga pada akhirnya, dan agar mereka tetap giat dalam pekerjaan Tuhan (1 Korintus 15:58, bandingkan dengan Yakobus 5:11). Kedua, pengharapan Kristen itu berkaitan dengan penghiburan. Dalam konteks yang luas, penghiburan itu diberikan Tuhan kepada jemaat yang teraniaya, sehingga mereka bisa tetap bertahan saat menghadapi berbagai tekanan yang timbul karena iman mereka kepada Kristus. Pengharapan merupakan sumber penghiburan bagi orang Kristen yang mengalami diintimidasi, dihina, disiksa, dipenjara, karena kesaksian iman mereka (Roma 8:35; 12:14). Penghiburan yang berlimpah-limpah itu bukan berasal dari manusia, melainkan dari Tuhan sendiri (15:13).

Kita tidak bisa menghalangi datangnya keadaan yang membuat kita merasa kecewa dan putus asa. Ada banyak penyebab yang bisa membuat kita kehilangan pengharapan. Akan tetapi, ingatlah bahwa keputusan kitalah yang menentukan apakah kita akan tetap berpegang pada pengharapan yang kita miliki atau tidak. Bersandarlah kepada Tuhan, maka Ia—Sumber Pengharapan kita—akan melimpahkan pengharapan dalam hidup kita. [Souw]

Sikap Tenggang Rasa

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 14:13-23

Dalam Kamus KBBI, “tenggang rasa” artinya: “sikap dapat (ikut) menghargai dan menghormati perasaan orang lain”. Dalam Roma 14:13-23, Rasul Paulus menyinggung mengenai sikap tenggang rasa satu dengan yang lain dalam komunitas orang percaya. Sikap ini perlu diutarakan, supaya orang yang imannya kuat tidak menjadi batu sandungan bagi mereka yang baru percaya dalam hal perbedaan pandangan mengenai masalah makanan dan minuman.

Paulus meminta kepada pihak-pihak yang berbeda pandangan tentang makanan dan minuman agar bersikap tenggang rasa satu dengan yang lain. Orang yang “kuat” diminta untuk menopang orang yang “lemah” (15:1). Ada orang yang bermental “lemah” dan tidak berani menikmati kebebasan sebagai seorang Kristen, tetapi menghakimi saudaranya yang “kuat”. Paulus berpesan agar jemaat tidak saling menghakimi (14:13), artinya jangan mempersoalkan siapa yang benar siapa yang salah mengenai makanan dan minuman. Baik orang yang “lemah” (yang menganggap makanan tertentu najis) maupun orang yang “kuat” (yang berpandangan bahwa dalam Tuhan Yesus tidak ada sesuatu yang najis) perlu bertenggang rasa menerima perbedaan itu (14:14). Bahkan, jika kaum yang “lemah” berpantang untuk tidak makan daging, atau minum anggur, mereka yang “kuat” jangan makan daging atau minum anggur (14:21). Apa tujuan Rasul Paulus membuat peraturan seperti itu? Pertama, makanan tak perlu dipersoalkan karena Kerajaan Allah bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus (14:17). Kedua, sikap mereka yang “kuat” yang tidak bertenggang rasa dalam soal makanan akan menimbulkan rasa sakit hati bagi saudaranya yang “lemah”. Sikap seperti ini berarti tidak mempraktikkan kasih dan membuat mereka yang “kuat” menjadi batu sandungan bagi mereka yang “lemah”.

Sikap tenggang rasa sangat dibutuhkan, baik dalam hubungan yang bersifat pribadi maupun bagi sebuah kelompok (komunitas orang percaya maupun perkumpulan umum). Bila keyakinan Anda berbeda atau Anda tidak setuju tentang sesuatu (pandangan tentang suatu hal, selera, sikap, dan sebagainya), Anda tidak boleh memaksa orang lain menerima keyakinan Anda . Anda harus menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang menurut orang lain tidak pantas atau tidak benar. Mengapa? Demi kebaikan dan kesejahteraan bersama. Itulah arti tenggang rasa! [Souw]

Jangan Menghakimi Saudaramu

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 14:1-12

Apa yang dimaksud dengan tindakan “menghakimi” dalam Roma 14:1-12? Mengingat bahwa proses penghakiman tidak disebut dalam surat Roma, jelas bahwa perintah “Jangan menghakimi” sesama anggota jemaat dalam surat ini bukanlah dimaksudkan untuk melarang proses pengadilan di pengadilan resmi yang sudah diatur dalam hukum Taurat, melainkan menghakimi dalam percakapan sehari-hari, baik dalam percakapan pribadi maupun dalam komunitas.

Menghakimi dalam percakapan sehari-hari adalah dilarang, baik oleh Tuhan Yesus sendiri (Matius 7:1-3) maupun oleh Rasul Paulus (14:13). Dalam perikop ini, konteks yang dituju oleh Rasul Paulus adalah menghakimi secara sembarangan, menuduh tanpa bukti, mencela tanpa perasaan, dan memaki-maki tanpa belas kasihan. Rasul Paulus mengecam kebiasaan orang yang suka mencela atau menyalahkan orang lain secara sembarangan, baik yang menyangkut ketidakbenaran dalam dasar penghakiman maupun menyangkut ketidakadilan dalam penghakiman yang dilakukan. Ada tiga masalah yang dibahas dalam bacaan Alkitab hari ini: Pertama, mengenai soal makan atau tidak makan. Orang yang makan jangan menghina yang tidak makan, dan orang yang tidak makan jangan menghakimi orang yang makan (14:3).Kedua, mengenai hamba orang lain. Ada orang yang kepoh(senang mencampuri urusan orang lain), termasuk terhadap hamba orang lain. Status sosial hamba pada saat itu sangat rendah: dia adalah milik tuannya. Dia terikat dengan tuannya, tetapi dia manusia bebas bagi orang lain, sehingga orang yang bukan tuannya tidak boleh menghakimi hamba itu (14:4). Ketiga,mengenai sikap terhadap hari tertentu. Ada orang yang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi orang lain menganggap semua hari sama saja. Jangan saling menghakimi mengenai hari tertentu seolah-olah pendapat diri Andalah yang paling benar. Siapa berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan (14:5-6). Jangan mempersoalkan hal yang bisa menimbulkan perdebatan yang tidak perlu (tidak penting).

Untuk menjauhi sikap saling menghakimi, sikap toleran sangat dibutuhkan dalam komunitas orang percaya. Walaupun berbeda pandangan atau sikap, Kita harus bisa menerima keberadaan sesama kita. Jangan memusuhi orang yang berbeda pandangan! Dibutuhkan sikap toleran agar kita terhindar dari fanatisme yang sempit. [Souw]

Realitas Hidup Yang Baru

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 13:8-14

Orang yang telah mengalami pembaruan di dalam Kristus memasuki realitas hidup yang baru. Hidupnya harus berpadanan dengan nilai-nilai yang Kristus ajarkan, yaitu hidup di dalam kasih terhadap semua orang, khususnya terhadap sesama orang percaya. Dalam realitas hidup yang baru ini, orang percaya harus menolak semua perbuatan memalukan yang bisa mencoreng nama baik diri sendiri serta bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Roma 13:8-14 memotivasi diri kita untuk hidup dalam realitas yang baru saat berhubungan dengan orang lain. Dalam realitas yang baru, Rasul Paulus menegaskan bahwa kita tidak boleh berhutang apa pun kepada siapa saja (13:8). Berhutang perlu dihindari karena orang yang berhutang—baik kepada seseorang, bank, atau lembaga keuangan—harus membayar hutang beserta bunganya. Bila tidak bisa membayar, pokok hutang tetap ada, dan bunganya terus bertambah dan semakin mencekik leher. Rasul Paulus memotivasi kita untuk hidup saling mengasihi, sama seperti kita mengasihi diri sendiri. Mengasihi sesama berarti memenuhi hukum Taurat dan menghindarkan kita dari perbuatan zinah, membunuh, mencuri, serta mengingini harta sesama (13:9). Dalam realitas yang baru, kita harus “bangun dari tidur”, artinya meninggalkan hidup yang lama. Kita harus menanggalkan perbuatan kegelapan yang memalukan dan mengenakan perlengkapan senjata terang (13:11-12). Kita harus hidup secara sopan, seperti pada siang hari. Kehidupan yang sopan menghindarkan kita dari pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, dan iri hati (13:13). Hal ini berarti bahwa kita harus berperang secara rohani melawan kodrat manusia lama. Tak mungkin kita bisa menang jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri. Kita harus mengenakan Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang agar kita dapat menang dalam peperangan rohani (13:14, bandingkan dengan 12:1).

Walaupun relasi dengan diri sendiri dalam realitas hidup yang baru merupakan karya Roh Kudus dalam pengudusan orang percaya, kita bertanggung jawab untuk mewujudkannya. Roh Kudus menguduskan hidup kita, sedangkan kita bertanggung jawab untuk mengusahakan terwujudnya kehidupan yang kudus dan berkenan di hati Allah. Apakah Anda sudah mematikan segala sesuatu yang duniawi dalam diri Anda? (Kolose 3:5). Apakah Anda sudah membuang hal-hal yang tak pantas ada dalam kehidupan Anda? (Kolose 3:8). [Souw]

Tunduk Kepada Pemerintah

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 13:1-7

Roma pasal 13 ini adalah kelanjutan dari Roma pasal 12. Setelah membahas relasi orang percaya dengan Tuhan (12:1-8) serta relasi orang percaya dengan sesama (12:9-21), Rasul Paulus melanjutkan dengan membahas relasi antara orang percaya dengan pemerintah (13:1-7). Pembaharuan yang dikerjakan Kristus mengubah relasi ke arah yang lebih baik dan ke segala arah. Walaupun pemerintah tidak sempurna, Tuhan meminta kita untuk takluk dan taat kepada pemerintah. Bahkan, sekalipun pemerintah dipimpin oleh kepala negara atau raja yang kejam, orang percaya tetap harus tunduk. Oleh karena itu, orang percaya juga harus tunduk terhadap pemerintah Roma, termasuk saat Nero yang memusuhi kekristenan menjadi kaisar Romawi (54-68 M).

Mengapa Rasul Paulus mengajar jemaat untuk tunduk kepada pemerintah? Pertama, karena keberadaan semua pemerintah termasuk dalam kedaulatan Allah. Jika pemerintah itu lalim, Allah sendiri yang akan menumbangkan pada waktunya. Allah yang berhak menghakimi pemerintah, yang baik maupun yang jahat. Melawan pemerintah yang berwewenang atas diri kita berarti melawan ketetapan Allah (13:1). Kedua, Pemerintah adalah alat di tangan Allah untuk menjamin keteraturan dan kemakmuran rakyat (13:3-4). Tugas pemerintah adalah menjaga keamanan, kedamaian, ketertiban, kesejahteraan sosial, menciptakan lapangan kerja, menyediakan sarana transportasi, membuat infrastruktur, dan sebagainya. Betapapun korupnya sebuah pemerintahan, tetap lebih baik daripada tidak ada pemerintah. Selain itu, pemerintah juga bertugas untuk membalaskan murka Allah atas orang yang berbuat jahat. Oleh karena itu, pemerintah memiliki kuasa untuk menghukum mereka yang berbuat jahat sesuai dengan hukum yang berlaku (13:4). Selanjutnya, Rasul Paulus mendorong orang percaya untuk membayar pajak (13:6-7). Hal ini penting agar pemerintah dapat menjalankan roda pemerintahan dan melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat.

Sebagai orang Indonesia, kita patut bersyukur untuk keberadaan pemerintah. Bagaimanapun kondisi pemerintah, kita harus tetap mendoakan, sehingga pemerintah peka terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi rakyat serta melaksanakan tanggung jawabnya. Berdoalah agar pemerintah terus berusaha mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Souw]