Gema

Permulaan Pembangunan yang Lancar

Bacaan Alkitab hari ini:

Ezra 3

Rombongan bangsa Israel yang kembali ke tanah Yehuda memulai pembangunan kembali Bait Allah pada bulan ketujuh (3:1). Setelah mezbah persembahan dibangun di tempat semula, sistem persembahan korban bakaran untuk pengampunan dosa—baik korban harian, bulan baru, maupun hari raya—dihidupkan kembali (3:2-7). Setelah kayu dan batu tersedia, pembangunan dilanjutkan dengan peletakan dasar Bait Allah. Sesuai dengan petunjuk Daud, acara dilakukan dengan melibatkan para imam, kaum Lewi, bani Asaf, serta diiringi nyanyian pujian dan syukur seluruh rakyat, “Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!” Selain ada sorak-sorai sukacita, ternyata ada sekelompok orang menangis dalam kesedihan saat teringat akan betapa megahnya Bait Allah yang sudah dihancurkan, sedangkan bangunan pengganti sangat sederhana (3:11-13).

Pekerjaan pembangunan fisik di atas memberikan dua pelajaran rohani: Pertama,kesehatian adalah salah satu senjata utama untuk mengalahkah tantangan dalam kehidupan.Saat itu, bangsa Israel menghadapi dua tantangan besar, yakni sulitnya pembangunan dan ancaman penduduk setempat (3:3). Namun, saat seluruh rakyat bersatu hati, tahap pertama pembangunan dapat diselesaikan dan ancaman musuh dapat diatasi (3:1, 8). Apakah ada kesehatian dalam komunitas gereja Anda? Apa yang perlu dikerjakan untuk meningkatkan kesehatian? Kedua,dosa selalu mendatangkan penderitaan, sedangkan pertobatan membawa pemulihan. Hancurnya Bait Allah dan ditawannya bangsa Israel ke negeri asing merupakan hukuman Allah atas dosa mereka. Namun, saat mereka bertobat, Allah menerima mereka dan memberi sukacita kepada mereka. Adakah dosa tertentu yang harus Anda tinggalkan untuk mengalami pemulihan dari Allah? [TF]

Ezra 3:11
“Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN ...“Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!” Dan seluruh umat bersorak-sorai ... sambil memujimuji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.”

Allah Tidak Tidur

Bacaan Alkitab hari ini:

Ezra 1-2

Ungkapan “Gusti ora sare” (“Allah tidak tidur”) tepat menggambarkan peristiwa di dua pasal pembuka kitab Ezra. Siapa sangka bahwa setelah sekitar 50 tahun menjadi tawanan di negeri pembuangan, bangsa Israel diperintahkan untuk kembali ke Yerusalem guna membangun kembali Bait Allah yang sudah menjadi puing karena dihancurkan pasukan Babel (2 Tawarikh 36:18-19). Tampak jelas bahwa tangan Allah yang tidak kelihatan bekerja secara nyata dalam tiga hal: Pertama, Ia menggenapi janji-Nya melalui perkataan nabi Yeremia bahwa Ia akan memimpin bangsa Israel kembali ke negeri leluhur mereka (Ezra 1:1). Kedua, Ia menggerakkan hati raja Koresy untuk memberi izin dan membangkitkan semangat bangsa Israel agar bersedia pulang ke Yerusalem (1:1-5). Ketiga, Ia menyediakan segala kebutuhan pembangunan kembali Bait Allah melalui tangan para tetangga bangsa Israel (1:6) dan melalui perintah raja Koresy untuk mengembalikan segala perkakas Bait Allah yang dirampas oleh raja Nebukadnezar (1:7-11).

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa Allah setia terhadap janji-Nya, padahal penderitaan mungkin telah membuat bangsa Israel melupakan janji itu. Kemahakuasaan Allah nampak dari kemampuan-Nya menggerakkan hati raja Koresy dan meminjam tangannya untuk menjalankan kehendak-Nya serta membangkitkan kembali mimpi bangsa Israel yang kemungkinan besar sudah mati setelah menjadi tawanan selama setengah abad.Pengalaman iman bangsa Israel mengajar kita untuk tidak meragukan Allah dalam segala kondisi. Bagaimana dengan Anda? Tantangan iman apa yang sedang Anda hadapi? Dalam segala keadaan, tetaplah bersandar dan mempercayai Allah, karena Allah itu setia dan berkuasa memberi kemenangan kepada kita atas segala masalah. [TF]

Habakuk 3:17-18
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ...,namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.”

Sola Scriptura (Pra-Reformasi)

Bacaan Alkitab hari ini:

Yesaya 40:6-10

Dalam mata pelajaran social science, anak pertama kami ditugaskan gurunya untuk mencari informasi seputar Mesir. Berbeda dengan zaman saya, ia disarankan gurunya menggunakan mbah Google (disebut mbah, karena dianggap mengetahui hampir segala sesuatu), search engine (mesin pencari) yang paling banyak digunakan saat ini. Berkaca dari pengalaman ini, saya menduga banyak orang Kristen yang juga menggunakan jasa mbah Google untuk mencari berbagai macam informasi tentang hal-hal rohani tertentu. Mungkin setelah mbah Google, layanan jasa terbesar kedua yang sering digunakan adalah Wikipedia. Apakah pencarian informasi seperti ini salah? Terlalu naif jika kita menjawab “ya”. Akan tetapi, bahaya besar telah mengintai.

Dalam dunia teologi, legalitas teologi yang sehat selalu pertama-tama harus bercermin langsung pada sumber teologi, yaitu Alkitab, bukan pada tradisi gereja, atau pada teologi yang diusung bapa-bapa gereja, maupun buku tafsir kontemporer. Lalu, dari mana orang percaya mendapat jaminan bahwa informasi yang diberikan Google atau Wikipedia atau sumber lainnya adalah benar? Pada dasarnya, setiap informasi (termasuk informasi dari dunia maya) harus diuji berdasarkan standar kebenaran tertinggi, yaitu Alkitab. Nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan dengan menunjukkan keterbatasan manusia. Selain hidup manusia singkat, pengetahuannya juga terbatas. Satu-satunya kebenaran mutlak yang berlaku selama-lamanya adalah firman Tuhan (40:6b-8). Betapa besar risiko memercayai sesuatu yang dianggap atau kelihatan benar. Bukankah radikalisme pun berawal dari pemahaman yang nampaknya benar? Belajarlah dari kesalahan dengan tidak mengulang kesalahan yang sama. Kembalilah kepada Alkitab! [MN]

Yohanes 17:17
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.”

Berhadapan dengan Mereka Yang Berbeda (Pra-Reformasi)

Bacaan Alkitab hari ini:

Roma 1:18-29

Kelompok LGBT telah mendapat perhatian seluruh dunia di akhir abad ke-20 (1990-an). Apa yang dahulu dianggap tabu oleh masyarakat pada umumnya, sekarang dengan terang-terangan mereka kobarkan. Dengan disahkannya peraturan di beberapa negara tentang pernikahan sejenis, kelompok LGBT semakin mendapatkan legitimasi atas ‘iman’ mereka. Sebagai contoh, catatan sipil di beberapa negara Barat telah mendokumentasikan akta pernikahan resmi pasangan dua pendeta pria yang saling jatuh cinta.

Sejak 2.000 tahun yang lalu, Rasul Paulus telah mencatat aktivitas yang Tuhan anggap sebagai ketidakwajaran ini (1:26-27). Sekitar 1500 tahun sebelumnya, Nabi Musa memperingatkan, “Janganlah engkau [laki-laki] tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.” (Imamat 18:22). Ingatlah bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan firman Tuhan adalah dosa. Yang Tuhan maksudkan bukan hanya aktivitas (buah dosa), melainkan juga ikrar tidak terucap dalam hati yang memberontak (akar dosa). Apa pun alasannya, Tuhan telah membuat garis batas yang jelas tentang dosa. Kita harus menolak semua usaha membenarkan posisi kelompok LGBT, baik melalui riset medis (untuk mendukung identitas seksual kaum LGBT sebagai disebabkan faktor genetik) maupun melalui penelusuran psikologis tentang faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran aktivitas seksual.

Beranikah Anda dengan terus terang menyebut dosa sebagai dosa? Akan tetapi, kita harus selalu ingat bahwa orang percaya adalah orang berdosa yang dibenarkan karena Kristus. Menghakimi orang berdosa secara angkuh tidak akan membuahkan pertobatan. Sebagai orang percaya, kita harus menegakkan kebenaran dengan tetap mengedepankan kasih Tuhan yang telah kita alami. [MN]

Kejadian 1:27
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Banjir Informasi dan Kekuatiran (Pra-Reformasi)

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 6:25-34

Saat ini, kita memiliki akses yang hampir tak terbatas terhadap berbagai informasi yang mengulas apa yang sedang terjadi di sekitar kita, hingga nun jauh di seberang sana. Kita tak perlu berlangganan surat kabar, karena selain berita online lebih up to date, kanal berita online biasanya free of charge (bebas biaya). Masalahnya, kita jarang menyaring berita dan tanpa sadar menyambut segala jenis informasi, termasuk yang merusak kesehatan jiwa kita. Salah satu akibatnya, kekuatiran menyusup masuk dan menyandera jiwa kita. Berkembangnya kejahatan telah membawa berbagai wabah kekuatiran jenis baru: Penculikan dan penjualan organ tubuh anak membuat banyak orang tua was-was setiap kali berada di ruang terbuka. Isu terorisme membuat metal detectordisiapkan di hampir setiap bangunan fasilitas umum—termasuk gereja—untuk menghindari jatuhnya korban. Tak dapat dicegah bahwa hati kita telah dihantui oleh kekuatiran dan rasa takut.

Walaupun konteks dan jenis kekuatiran yang kita hadapi saat ini berbeda dengan pada masa lampau, kita perlu merenung-kan pertanyaan yang diajukan Tuhan Yesus, “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (6:27). Jawabannya jelas: jalan hidup manusia ada di tangan Allah! Kekuatiran adalah perasaan alami yang Tuhan karuniakan untuk memprediksi dan membuat manusia berjaga-jaga terhadap hal buruk yang mungkin akan terjadi. Kewaspadaan tidak salah, tetapi kewaspadaan harus dilandasi keyakinan akan kedaulatan dan pemeliharaan Allah sesuai dengan janji dalam firman-Nya.Apakah Anda telah melatih diri untuk melawan kekuatiran dengan bersandar kepada Allah saat menghadapi banjir informasi? [MN]

Amsal 12:25
“Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.”

Pergunakanlah Waktumu Secara Bijak! (Pra-Reformasi)

Bacaan Alkitab hari ini:

Efesus 6:1-4

Suatu saat, terdengar teriakan anak kami yang pertama, “Papiiii… doa sama-sama yuuukk.. Ini kan udah waktunya family time.” Saya menjawab, “Sebentar nak, tanggung nih.. papi udah level 1.111.” “Ah Papi mah kalau udah main game, gak bisa diganggu,” celetuk anak kedua kami.

Alkitab memerintahkan anak-anak untuk menaati orang tua. Akan tetapi, sadarilah bahwa perintah selengkapnya adalah, “… taatilah orang tuamu di dalam Tuhan ….” (6:1). Bagaimana orangtua bisa menuntut anak-anak untuk menaati orang tua yang tidak saleh, egois, dan hanya memuaskan kenikmatan diri sendiri? Bila cukup peka, orang tua yang masih gigih mendidik anak mereka dalam Tuhan akan merasa tertegur saat mereka gagal menjalani hidup di dalam Tuhan. Anak-anak (yang marah melihat sikap orang tua mereka) berontak dan tidak mau patuh, karena tidak ada kuasa dalam kata-kata orang tua yang tidak saleh. Tidak mengherankan bila Paulus mengingatkan para orang tua, khususnya para bapa, “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (6:4).”

Gadget telah merampas waktu yang seharusnya kita habiskan bersama dengan anak-anak kita. Kecanduan gadget telah menjadi kebiasaan yang merusak relasi. Bayangkanlah kondisi generasi penerus kita! Generasi mendatang akan merasa terasing (karena tidak mendapat cukup perhatian dan kasih sayang), serta penuh kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan (karena merasa diabaikan), menghalalkan segala cara (untuk mencari perhatian), dan seterusnya. Bayangkan interaksi mereka dengan lingkungan! Bayangkan cara mereka mendidik anak-anak mereka kelak. Apakah gereja siap melayani generasi seperti ini? [MN]

Efesus 5:15-16
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”