Gema

Bangsa yang Didisiplin = DikasihiNya

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 52

Pernahkah Anda mendengar orang tua yang berkata, “Papa-mama menegur atau menghukum kamu, karena kami mengasihimu.” Nabi Yeremia pasti menyetujui pernyataan itu karena kitabnya penuh dengan teguran dan murka Tuhan. Pasal penutup yang mengisahkan kejatuhan Yerusalem dan penawanan Yehuda ke Babel yang mengerikan menegaskan bukti kebenaran nubuat Yeremia tentang hukuman bagi Yehuda (52:1-30) serta menegaskan pesan semua nubuat penghakiman Allah, yaitu bahwa Allah mengawasi bangsa-bangsa di dunia dan membalas perbuatan mereka dengan adil. Bangsa Israel telah diberi hukum Taurat dan bangsa-bangsa lain telah dianugerahi hati nurani, sehingga Allah murka dan menghukum semua bangsa atas dosa dan kejahatan mereka terhadap Allah dan sesama manusia. Dalam murka dan penghukuman- Nya, Allah mengingat kasih-Nya. Buktinya, nubuatan penghukuman terhadap Yehuda dan bangsa-bangsa itu juga disertai janji pengampunan dan pemulihan (46:24; 48:47; 49:6, 39). Alinea penutup kitab ini menegaskan bahwa Allah tetap setia pada janji-Nya terhadap Daud. Bahwa raja Yoyakin—keturunan Daud—dibebaskan dari penjara dan dipelihara dengan baik oleh pengganti raja Nebukadnezar membuktikan bahwa teguran dan disiplin Allah yang keras tetaplah dalam konteks komitmen kasih dan setia Allah kepada umat-Nya (52:31-34). 

Setelah 72 tahun bangsa Indonesia merdeka, masih ada banyak hal buruk yang nampak seperti hukuman Tuhan. Marilah kita melihat hal itu sebagai ungkapan kasih Allah yang sedang terus memurnikan dan membentuk kita sebagai bangsa. Berdoalah agar keadilan Allah berdiri tegak dan agar belas kasihan dan anugrah Tuhan tercurah bagi Indonesia tercinta! [ICW]

“TUHAN, telah kudengar kabar tentang Engkau,
dan pekerjaan-Mu, ya TUHAN, kutakuti!
Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam
lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang!”
Habakuk 3:2

Peran Anak Allah Di Tengah Krisis Kebangsaan

Bacaan Alkitab hari ini: Kejadian 41:37-57

Hari ini kita memperingati kemerdekaan bangsa kita dari penjajahan. Setelah 72 tahun merdeka, bagaimanakah wajah bangsa kita yang sebenarnya? Dari segi positif, kita menikmati banyak prestasi dan hasil capaian pembangunan. Sebaliknya, kita sedang di ambang krisis kebangsaan yang besar, yang mengancam kesatuan dan keutuhan sebagai satu bangsa. Dalam kondisi demikian, sumbangsih apakah yang dapat kita berikan kepada bangsa kita? 

Kisah Yusuf yang kita baca hari ini memiliki latar belakang serupa, yakni saat bangsa Mesir berada di ambang krisis ancaman kelaparan. Sebagai anak Allah yang baik, Yusuf tampil memberi sumbangsih kepada bangsanya, sehingga mereka selamat melewati krisis itu. Apa yang dapat kita pelajari dari Yusuf? 

Pertama, Yusuf membawa bangsa Mesir mengandalkan Allah. Setelah raja mendengar penjelasan Yusuf tentang makna mimpinya, ia memuji Allah dan mengangkat Yusuf menjadi penguasa di Mesir. Ini berarti bahwa pemerintahan kerajaan Mesir secara tidak langsung –melalui Yusuf – dijalankan dengan mengandalkan Allah. Kedua, Yusuf menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Ia mempersembahkan talentanya dalam memimpin rakyat, mengelola hasil panen, dan mengantisipasi kesusahan sehingga akhirnya rakyat berhasil selamat melewati bencana kelaparan. 

Sama seperti Yusuf, hari ini kita memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan bangsa kita supaya mengandalkan Allah agar dapat keluar dari krisis ini. Selain mendoakan bangsa kita dengan tekun, kita perlu secara aktif menyuarakan kebenaran Allah melalui segala sarana yang tersedia serta dengan setia mempersembahkan talenta yang Allah titipkan di bidang kehidupan tempat kita masing-masing diutus Allah. [TF]

“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang,
dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN,
sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”
Yeremia 29:7

Terlena Dalam Kondisi Buruk

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 51

Kehancuran Babel tidak akan terpulihkan. Kekuasaan dan kekayaan Babel akan musnah oleh pasukan musuh, karena Tuhan sudah menetapkan akhir hidup Babel (51:1-23). Sebelumnya, Nebukadnezar adalah “palu godam” Allah. Selanjutnya, Raja Cirus dari Persia (dan kemudian Alexander Agung dari Yunani/Makedonia) akan menjadi “palu godam” Allah yang menghancurkan Babel (membuat Babel menjadi seperti gunung berapi yang padam selamanya), merobohkan pintu-pintu gerbangnya, dan membakar kota-kotanya (51:20-33). Bagai pengacara sekaligus hakim, Tuhan memperjuangkan perkara umat-Nya dan mengabulkan tuntutan mereka agar Sesakh (atau Babel) menerima balasan setimpal dengan kehinaan dan kengerian yang ditimpakan Nebukadnezar kepada Yehuda (51:34-49). Ironisnya, umat Yehuda di pembuangan enggan pulang, sehingga sampai tiga kali Tuhan memerintahkan mereka untuk keluar dari Babel (50:8; 51:6, 50). Mereka malu karena hancurnya rumah Tuhan di Yerusalem seakan-akan menunjukkan bahwa Tuhan tidak mampu melindungi rumah-Nya serta tidak mau mengalahkan Babel dan dewa-dewanya (51:51-52). Oleh karena itu, Seraya diutus Yeremia untuk menegur, sekaligus menguatkan pengharapan mereka. Mereka akan turut hancur bersama Babel atau pulang untuk memulai lembaran baru dalam berkat Tuhan (51:52-64). 

Budaya dosa dan kondisi buruk negara kita yang kini berusia 72 tahun bisa menjadi zona nyaman yang membuat kita terbiasa, bahkan terlena, lalu enggan atau takut mengharapkan perubahan. Latihlah diri Anda melihat kondisi Indonesia dengan mata iman, agar pengharapan Anda terjaga, bahkan muncul hasrat dan keberanian untuk turut mewujudkan lembaran baru yang Tuhan rancangkan bagi bangsa kita. [ICW]

“Kamu, orang-orang yang terluput dari pedang, per gilah,
janganlah berhenti! Ingatlah dari jauh kepada TUHAN
dan biarlah Yerusalem timbul lagi dalam hatimu”
Yeremia 51:50

Jangan Menyalahgunakan Wewenang

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 50

Babel dipakai Tuhan untuk menghukum bangsa-bangsa di pasal 46-49. Sekalipun demikian, dua pasal berikutnya menunjukkan bahwa Babel juga berada di bawah kuasa penghukuman Allah. Allah mendeklarasikan perang melawan Babel dan dewa-dewa Babel, serta mengutus bangsa dari Utara untuk menghukum mereka, sama seperti Nebukadnezar datang dari utara untuk menghukum Yehuda (50:1-3, 1:11-15). 

Allah melihat bahwa umat Israel di pembuangan seperti kawanan domba tanpa gembala, sehingga Ia memanggil mereka keluar dari Babel sebelum penghukuman terhadap Babel terjadi, karena bangsa-bangsa dari utara itu akan sukses menghancurkan Babel (50:4-10, 21-27). Dosa Babel adalah merampok Yehuda, bersikap kurang ajar—yakni bertindak melampaui yang Allah ijinkan dalam menghukum Yehuda, misal: membakar Bait Suci (50:28-32)—serta karena negeri Babel penuh berhala (50:38). Allah akan memakai tentara yang kejam dari berbagai bangsa (Media, Persia, dan Yunani) untuk menghukum Babel, sama seperti yang pernah Allah lakukan terhadap Asyur --yang dipakai-Nya untuk menghukum umat kerajaan Israel utara—serta terhadap Sodom dan Gomora (50:33-46). Allah bahkan akan memulangkan dan menyatukan Israel dan Yehuda, mengampuni dosamereka, serta menegakkan perjanjian baru dengan umat-Nya (50:11-20). 

Setiap orang percaya, termasuk Anda, adalah alat-Nya. Syukurilah tugas dan peran yang saat ini Allah percayakan untuk dipakai melayani dan memberkati banyak orang seperti yang Yesus lakukan (Matius 20:27-28). Hindarilah dosa kekurangajaran Babel terhadap Allah. Jangan bertindak melampaui batas atau menyalahgunakan wewenang Anda. [ICW 

“Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba
laki-laki dan hamba-hamba perempuan, ... tuan hamba itu akan datang
pada hari yang tidak disangkakannya, ..., dan akan membunuh dia ....”
Lukas 12:45-46

Kesombongan Pangkal Kejatuhan

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 49

Enam bangsa dinubuatkan kehancurannya: Bangsa Amon (49:1-6) menyombongkan dewa Milkom serta lembah mereka yang subur dan aman karena terlindung oleh pegunungan di tiga sisinya. Allah menetapkan bahwa semua andalan mereka tidak akan mampu menahan serangan yang akan datang (49:1-6). Bangsa Edom (49:7-22) dihukum karena kesombongan mereka. Mereka mengira bahwa kota-kota mereka yang terletak di atas batu karang membuat negeri mereka tak bisa ditembus lawan. Akan tetapi, semuanya akan dihancurkan semudah kota-kota di dataran rendah saat pasukan Nebukadnezar menyerang. Allah akan menghukum Damsyik (49:23-27) karena kekejaman mereka terhadap umat Israel. Penduduknya akan panik dan gemetar saat mendengar kabar kedatangan tentara Babel, lalu mereka akan melarikan diri, namun semua akan tertangkap dan dibunuh, dan benteng kota mereka akan habis dibakar. Kedar dan Hazor (49:28-33) adalah dua bangsa Arab yang berpindah-pindah di padang gurun, hidup berternak domba dan unta, menutup diri dari bangsa lain, dan merasa tidak butuh Allah maupun bantuan orang lain. Serbuan Babel menyadarkan mereka betapa bodohnya kesombongan seperti itu. Bangsa Elam (49:34-39) dikenal karena pemanah-pemanah hebatnya. Allah berjanji akan mematahkan busur-busur yang mereka andalkan. Pasukan Babel akan seperti angin yang menyerakkan penduduknya ke segala arah. 

Sesungguhnya, kesombonganlah yang menjatuhkan bangsa-bangsa pada hukuman Allah. Apa kemampuan dan milik yang Anda banggakan? Syukurilah semuanya sebagai anugerah Allah, dan doakan agar kemampuan dan harta tidak menjadi kesombongan yang membuat Anda merasa kuat dan aman, sehingga Anda merasa tidak membutuhkan orang lain maupun Allah. [ICW]

“Kecongkakan mendahului kehancuran,
dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”
Amsal 16:18

Apa Berhala Anda

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 48

Bangsa Moab adalah keturunan Lot, keponakan Abraham. Oleh karena itu, sebenarnya mereka masih kerabat bangsa Israel. Mereka tetangga Yehuda yang hidup di seberang sungai Yordan. Tak mengherankan bila dalam nubuatan ini, Yeremia bisa menyebut nama dan kondisi banyak kota Moab. 

Yeremia menubuatkan bahwa semua kota Moab akan direbut dan hancur lebur (48:1-6; 14-24). Yeremia merinci dosa yang membuat Moab dihukum Tuhan, yakni kesombongan. Ia membanggakan dan mengandalkan benteng, harta benda, dan (terutama) dewa-dewanya (48:7-13). Selama ini, hidup mereka aman. Mereka mengira bahwa kehebatan dewa Kamoslah yang melindungi mereka, sehingga mereka berani menyombongkan diri di hadapan Tuhan, Allah Israel (48:25-46). 

Di masa lalu, Moab pernah dipakai Tuhan untuk menghukum umat-Nya (Hakim-hakim 3:12; 2 Raja-raja 24). Nubuat tentang hancurnya Moab menolong Yehuda menyadari keadilan Tuhan, karena Moab pun bisa dihukum Tuhan atas dosa dan kejahatan mereka. Moab pernah membuat Israel tergoda menyembah dewa-dewinya, sehingga banyak orang Israel mati oleh murka Tuhan (Bilangan 25; Hakim-hakim 10:6). Oleh karena itu, nubuatan ini juga menyadarkan Yehuda bahwa tidak ada gunanya bersekutu dengan Moab dan mengandalkan dewa Kamos, karena hukuman Tuhan yang menghancurleburkan Moab akan membuktikan betapa palsunya kehebatan Kamos. 

Seperti Moab membanggakan benteng, harta benda, pasukan, dan dewa Kamos, hari ini banyak orang memberhalakan yang bukan Tuhan dengan menjadikan ciptaan—bukan Sang Pencipta—sebagai andalan, motivasi, serta tujuan hidup. Apa yang Anda berhalakan saat ini? [ICW]

“Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan,
dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah.
Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah
mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu.”
Yesaya 44:9

Bodohnya Mengandalkan Kekayaan

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 47

Bangsa Filistin menjadi kaya karena kapal-kapalnya yang mengarungi Laut Tengah mengumpulkan barang dagangan dari banyak tempat. Bangsa yang kaya ini menggoda Yehuda untuk dijadikan penolong, seperti yang dilakukan raja Zedekia dengan meminta raja-raja kota bangsa Filistin untuk menjadi sekutu Yehuda melawan pasukan Babel (27:3). 

Nubuatan kehancuran Filistin nampaknya merupakan perluasan nubuatan kehancuran Mesir (pasal 46), karena di zaman Yeremia, Filistin adalah kaki tangan Mesir. Nubuatan ini diucapkan saat Mesir masih jaya dan bisa mengalahkan serbuan tentara Babel yang telah menduduki Gaza (47:1). Dua tahun berikutnya, Babel kembali menyerang dan berhasil menaklukkan Mesir. Yeremia menggambarkan serbuan pasukan Babel seperti sungai yang membanjiri kota-kota Filistin dan penduduknya (47:2). Penyerbuan ini mengerikan dan membuat para orang tua lari meninggalkan anak-anak mereka (47:3). Kota-kota perdagangan utamanya—yakni Tirus dan Sidon—tidak bisa dipertahankan (47:4). Penduduknya akan meratap dan meminta Tuhan menyarungkan pedang penghakiman-Nya, tetapi pedang itu akan terus beraksi hingga tuntas atas segenap penjuru negeri Filistin, termasuk Askelon dan Asdod, kota pelabuhan yang merupakan pemasok barang perdagangan Mesir (47:5-7). 

Nubuat ini menyingkap kebodohan Yehuda bila mengandalkan Filistin yang kaya, karena Filistin sendiri tidak berdaya menolak nasibnya yang turut hancur bersama Mesir yang dihukum Tuhan. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tergoda untuk menjadikan kekayaan atau teman yang kaya sebagai sumber rasa aman dan kebahagiaan? Bertobatlah! Jangan sampai hidup Anda mengulang kebodohan Yehuda! [ICW]

 

“Mengapa aku takut pada hari-hari celaka
pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku,
mereka yang percaya akan harta bendanya, dan
memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mer eka?”
Mazmur 49:6-7

Penolong yang Tong Kosong Nyaring Bunyinya

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 46

Yeremia dipanggil Allah untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa (1:5). Oleh karena itu, wajar bila di pasal-pasal penutup ini, ia mengumpulkan nubuatan tentang nasib bangsa-bangsa, suatu uraian lengkap atas nubuatan singkat di bagian tengah kitab Yeremia (25:15-26). Pesan Yeremia adalah bahwa Allah itu berdaulat atas bangsa-bangsa di dunia. 

Nubuatan ini dimulai dengan Mesir, tetangga terdekat yang menggoda Yehuda untuk dijadikan tempat mencari pertolongan dari belenggu penjajahan Babel. Yeremia mengingatkan Yehuda agar mempercayakan nasib mereka pada Allah saja, karena Mesir adalah korban pasukan Babel berikutnya. Secara rinci, Yeremia menubuatkan kekalahan Mesir yang memalukan dan kehancurannya yang tak terpulihkan (46:3-12). Kemenangan Babel digambarkan sedemikian dahsyat (46:13-26), sampai-sampai Firaun Neko disebut Si Tukang Ribut (46:17) alias “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” karena kehebatan tentara dan dewa-dewanya tidak berarti bila dibandingkan keperkasaan pasukan Nebukadnesar, raja Babel. Kabar tentang takluknya Mesir oleh keperkasaan Babel ini melemahkan pengharapan Yehuda akan peluang mereka untuk pulang dari pembuangan di Babel. Oleh karena itu, Yeremia memastikan masa depan bangsa Israel sesuai dengan janji Allah (46:27-28). 

Dalam pergumulan hidup yang berat, kita mudah tergoda untuk mencari atau menerima tawaran pertolongan terdekat dan tercepat yang melibatkan dosa. Dalam situasi seperti itu, pastikan Anda memegang janji Allah dan mempercayakan diri pada Allah, lalu pertimbangkan setiap solusi yang ada secara mendalam, karena solusi yang melibatkan dosa itu sia-sia bagaikan “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. [ICW]

“Selalu mata kami merindukan pertolongan, tetapi sia-sia;
dari menara penjagaan kami menanti-nantikan
suatu bangsa yang tak dapat menolong.”
Ratapan 4:17

Meminta Petunjuk Allah atau Hanya Meminta Persetujuan?

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 42-43

Doa seharusnya menjadi kemudi, sarana mencari tahu kehendak Allah tentang kemana hidup kita menuju. Sayang, doa sering seperti ban serep (cadangan), yang hanya dipakai jika ada masalah di tengah jalan. Sikap Yohanan bin Kareah dan sisa rakyat Yehuda di pasal ini amat buruk. Mereka meminta Yeremia berdoa mencari kehendak Tuhan tentang apa yang harus mereka lakukan dan kemana mereka harus pergi, bahkan mereka berjanji untuk taat (42:1-6). Sayangnya, nampak bahwa mereka meminta Yeremia berdoa sambil berjalan menuju Mesir (41:16-18). Jawaban doa Yeremia menegaskan kehendak Tuhan sejak awal—yaitu ada berkat jika mereka tetap tinggal di Yehuda, namun ada kutuk jika mereka mencari keselamatan di Mesir (42:7-19)—sekaligus membongkar kepalsuan doa yang dari luar nampak tulus (42:20-22). Sikap para pemimpin yang menolak jawaban doa dan memutuskan melanjutkan perjalanan ke Mesir itu lebih buruk dari sikap memperlakukan doa seperti ban serep (43:1-7). Oleh karena itu, Tuhan menyuruh Yeremia menubuatkan kekalahan Mesir oleh Babel. Gelombang kehancuran akan menimpa Mesir dan semua orang yang mengandalkan Mesir (43:8-13). Yang indah adalah bahwa Tuhan masih menjawab doa yang tidak tulus ini, yang dinaikkan saat mereka sudah berjalan mendekati Mesir. Hingga detik terakhir, Tuhan terus memberi mereka kesempatan bertobat, berbalik arah kembali ke Yehuda. 

Allah rindu menyingkapkan kehendak-Nya pada umat-Nya. Jangan berdoa meminta Allah menyetujui keputusan besar Anda. Berdoalah sebagai bagian dari proses mencari tahu dan menaati rencana besar Allah bagi kehidupan Anda dan melalui kehidupan Anda. [ICW]

“Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan
akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang
tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.”
Yeremia 33:3

Memburuk atau Membaik— Ada Andil Kita

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 40-41

Saat mengira bahwa kita sudah mengalami kondisi terburuk, tentu mengejutkan jika kondisi terus semakin buruk. Kejatuhan dan kehancuran Yerusalem oleh pasukan Babel ternyata bukan hal buruk terakhir yang Yehuda alami. Sejenak situasi Yerusalem membaik setelah sisa rakyat miskin yang tidak ikut ditawan ke Babel mendapat kembali kebun-kebun anggur mereka (39:10) dan raja Babel menunjuk Gedalya sebagai pemimpin (40:5). Yeremia memilih tinggal bersama rakyat karena ia mempercayai janji Tuhan tentang masa depan Yehuda (40:1-6). Namun, kondisi Yehuda selanjutnya kembali memburuk. Ismael bin Netanya, seorang panglima tentara yang luput dari pembuangan, memperburuk keadaan dengan mengulang kebodohan raja Zedekia yang mengabaikan peringatan Yeremia dan merasa sanggup melawan Babel yang dipakai Allah. Ia menilai Gedalya sebagai pengkhianat, lalu ia membunuh Gedalya beserta pegawainya (40:7-41:2). Ia juga membunuh prajurit Babel serta rakyat kerajaan Israel Utara yang hendak beribadah di reruntuhan bait Allah (41:3-10). Keadaan makin memburuk saat para panglima pendukung Gedalya memerangi Ismael bin Netanya (41:11-16). Kebodohan Ismael bin Netanya merupakan dosa melawan kehendak Allah, sekaligus pemberontakan yang tidak bisa diterima Babel, sehingga Yehuda yang telah hancur kini terancam diserang lagi oleh Babel (41:17-18). 

Apakah Anda sedih dan lelah melihat kondisi bangsa kita yang memburuk? Pastikan diri Anda tidak memperburuk keadaan dengan hidup dalam dosa. Jadilah seperti Yeremia yang menjadi bagian dari solusi dengan nasihatnya dan teladan hidupnya yang baik, sambil memegang teguh janji Allah dan mempercayakan masa depan bangsa kita kepada Allah. [ICW]

“Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa,
tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.”
Amsal 11:14