Gema

Kuk Siapa di Tengkuk Kita?

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 27-28

Tindakan Yeremia berkeliaran di jalanan kota Yerusalem sambil memikul kuk kayu di tengkuknya mengungkapkan pesan bagi raja Zedekia dan perwakilan lima bangsa sekutu Yehuda yang sedang berkumpul merencanakan pemberontakan terhadap Babel. Pesannya adalah bahwa Yehuda dan bangsa-bangsa itu wajib memikul kuk Babel, tunduk pada raja Nebukadnezar yang sedang dipakai sebagai alat penghukuman Allah (27:1-7). Jika mereka memberontak mengikuti nasihat para nabi palsu dan juru ramal, mereka akan hancur. Akan tetapi, mereka akan tetap hidup jika bersedia tunduk (27:8-17). Kenabian yang sejati terbukti dari nasib perkakas kudus di Bait Suci yang luput dijarah Babel (saat pembuangan gelombang pertama). Jika perkakas kudus itu tetap di Bait Suci, berarti nabi mereka benar. Akan tetapi, jika perkakas kudus itu diangkut ke Babel, berarti Yeremia yang benar (27:18-22). Kelak, saat pembuangan gelombang kedua, terbukti bahwa Yeremia yang benar (2 Raja-raja 25). Nabi (palsu) Hananya bernubuat bahwa kuk Babel telah dipatahkan Tuhan. Dalam dua tahun, raja dan rakyat beserta perkakas Bait Suci di pembuangan Babel akan dikembalikan (Yeremia 28:1-4). Nubuat itu diperagakan Hananya dengan mematahkan kuk kayu yang dipikul Yeremia (28:10-11). Akan tetapi, Hananya mati dihukum Tuhan tahun itu juga, sesuai dengan nubuat Nabi Yeremia (28:12-17). Dengan memilih menaati nasihat nabi palsu dan mematahkan kuk kayu itu, Yehuda dan bangsa-bangsa itu akan lebih menderita ditindas Babel dengan kuk besi. 

Walaupun kuk (ajaran, nasihat, solusi) dunia bisa lebih enak dan lebih masuk akal didengar, tetapi pasal ini mengingatkan bahwa menolak kuk ringan yang ditawarkan Tuhan berarti memikul kuk yang lebih berat buatan kita sendiri. Putuskanlah kuk mana yang hendak Anda pilih? [ICW]

“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, 
karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” 
Matius 11:29

Tidak Selalu Berakhir Indah

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 26

 

Film Hollywood umumnya berujung dengan happy ending (sang jagoan pada akhirnya menang atau bahagia). Hal semacam itu umumnya tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sebagaimana kisah-kisah dalam pasal ini. 

Setelah bagian pertama (pasal 1-25) yang sebagian besar berisi khotbah Nabi Yeremia, pasal ini mengawali bagian kedua (pasal 26-35) yang terutama berisi kisah pengalaman sang nabi. Di pasal ini terdapat penjelasan bahwa khotbah Nabi Yeremia di bait Allah—yang menubuatkan bahwa kota Yerusalem akan dihukum Allah seperti kota Silo (7:14)—terwujud di awal pemerintahan Yoyakim, anak Raja Yosia (26:1-6). Di sini juga dikisahkan reaksi para pendengar khotbahnya (26:7- 11). Bagian kedua ini menunjukkan bahwa para utusan Allah yang sama-sama berani berkotbah dengan terus terang tentang hukuman Allah atas Yerusalem dan bangsa Yehuda bisa mengalami akhir yang berbeda. Khotbah Yeremia menuai ancaman hukuman mati, namun dia selamat karena ada yang bersimpati dan melindunginya (26:16, 24). Orang-orang di zaman Raja Hizkia nampaknya tidak membunuh nabi Mikha atas kotbah kerasnya (26:17-19; bandingkan dengan Mikha 1:1; 3:12), sehingga hukuman Allah tidak dijatuhkan pada zaman Hizkia. Akan tetapi, Nabi Uria mengalami akhir yang tragis. Dia dibunuh oleh utusan raja Yoyakim (26:20-23). 

Tuhan Yesus telah memperingatkan bahwa mengikut Dia adalah jalan sempit (ada salib) yang menuju keselamatan. Saat menghadapi ujian atau pencobaan, Anda harus berani berkata dan bertindak benar sesuai firman Allah. Meskipun akhir yang kita alami di dunia tak seindah film Hollywood, ingatlah bahwa Allah telah menjamin happy ending kita di sorga. [ICW]

“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, 
melainkan yang tak kelihatan, 
karena yang kelihatan adalah sementara, 
sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” 
2 Korintus 4:18

Tak Ada Anak Emas

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 25

29 Apakah menjadi bangsa pilihan membuat bangsa Israel dianakemaskan (diistimewakan) oleh Allah? Pasal ini menunjukkan bahwa hal itu tidak terjadi saat Yehuda terus berkanjang dalam dosa. Dalam pesan Allah yang dikhotbahkan Nabi Yeremia di pertengahan masa pelayanannya (tahun ke-23), Nabi Yeremia mengingatkan bahwa Allah setia berfirman melalui dia dan bahwa Yehuda terus mengabaikannya (25:1-8). Oleh karena itu, Allah memilih raja Babel sebagai alat untuk menghukum dan Allah menetapkan masa pembuangan ke Babel selama 70 tahun (25:9-11). Yang menarik, Nabi Yeremia juga mengkhotbahkan piala amarah Tuhan yang wajib diminum oleh banyak bangsa secara bergilir—diawali oleh Yehuda (25:15-33)—untuk menggambarkan hukuman Allah atas bangsa-bangsa itu melalui penjajahan Babel. Setelah itu, barulah Sesakh—nama lain Babel—juga meminumnya (25:12-14, 26). Nabi Yeremia menutup kotbahnya dengan peringatan dan seruan bertobat bagi para pemimpin Yehuda (25:34-38). Hal ini menyiratkan bahwa kesempatan masih ada untuk mulai menggembalakan rakyat dengan benar agar membatalkan hukuman Allah. Orang Yehuda yang mendengar khotbah ini disadarkan bahwa Allah itu pemilik semua bangsa di dunia, jauh lebih besar dari berhala dan allah lain, yang menghukum bukan berdasar pilih kasih, melainkan berdasarkan kedaulatan-Nya dan keadilan-Nya. 

Sebagai umat pilihan-Nya di zaman ini, kita pun bisa jatuh dalam dosa bangga diri, merasa yakin dianakemaskan oleh Allah, dan merasa aman hidup dalam dosa. Marilah kita bersyukur atas status kita sebagai anak-anak Allah sambil menjaga kesadaran bahwa diri kita adalah orang berdosa yang dibenarkan oleh karya salib Tuhan Yesus. [ICW]

“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? 
Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah
ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” 
Roma 2:4

Pohon Ara yang Beruntung & yang Tidak Beruntung

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 24

Pasal ini menunjukkan bahwa bangsa Yehuda telah dibuang ke Babel. Pembuangan adalah strategi perang untuk membuat bangsa yang kalah tak mampu bangkit dan membalas. Yang dibuang biasanya golongan pemimpin, kaum terdidik, dan orang yang sehat. Sangat mungkin bahwa orang Yehuda yang dibuang ke Babel memaknai nasibnya secara negatif (merasa sial atau iri terhadap mereka yang tidak ikut terbuang). Secara manusiawi, hal itu wajar. Akan tetapi, Yeremia mendapat penglihatan dan firman yang mengoreksi pemahaman seperti itu (24:1-3). Tuhan mengatakan bahwa mereka yang terbuang (keranjang ara busuk) itu justru beruntung. Mereka tidak ditinggalkan Allah, melainkan dipelihara Allah dan akan dipulangkan kembali ke Tanah Perjanjian. Allah berjanji untuk setia menjadi Allah mereka dan menjadikan mereka umat pilihan-Nya (24:7). Pembuangan itu dalam kerangka kasih-Nya yang memurnikan kembali iman mereka (24:4-7). Sebaliknya, mereka yang tidak ikut terbuang (keranjang ara yang baik), justru tidak semujur yang mereka duga. Bukannya bersyukur, bertobat dan mengandalkan Allah, mereka justru minta perlindungan kepada (tentara dan dewa) Mesir. Allah akan menimpakan hukuman lebih keras kepada mereka (24:8-10). 

Menghadapi pencobaan atau kesukaran hidup, kita pun bisa merasa sial dan iri melihat orang lain yang nampak lebih sehat, lebih kaya, lebih sukses. Marilah kita menjadikan kebenaran yang bersumber dari janji dan penyataan firman Allah sebagai sumber sukacita dan pemberi makna bagi hidup kita. Dengan demikian, niscaya kondisi buruk kita menjadi masa subur pertumbuhan rohani yang membuat kita menjadi semakin serupa dengan Kristus (Roma 8:28-29). [ICW]

“Kita tahu sekarang, bahwa
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mer eka yang mengasihi Dia, 
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan r encana Allah.” 
Roma 8:28

 

Dicari: Gembala Yang Baik

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 23

Meski bukan satu-satunya penyebab atau solusi dari berbagai masalah sebuah bangsa, para pemimpin adalah faktor penentu sehat atau sakitnya sebuah bangsa. Pasal ini kembali menunjukkan sikap Allah terhadap kepemimpinan yang bobrok: 

Pertama, Allah menentang dan akan membuat perhitungan (menjatuhkan hukuman) yang setimpal dengan para pemimpin Yehuda yang tidak melaksanakan fungsi mereka sebagai gembala bagi rakyat (23:1-2). Para pemimpin yang dimaksud adalah terutama para pemimpin rohani (imam dan nabi palsu) yang berani memalsukan mimpi, nubuat, bahkan Firman Tuhan, sehingga rakyat terlena dalam kesesatan, merasa aman melakukan berbagai ketidakadilan sosial, dan akibatnya menuai hukuman Allah berupa terserak ke negeri pembuangan (23:9-40). 

Kedua, Allah menjanjikan hadirnya para pemimpin baru yang benar-benar menggembalakan rakyat (23:3-4). Allah juga menjanjikan datangnya Tunas Daud, Sang Mesias, Pemimpin Sejati yang memiliki hikmat (bijaksana) dan kualitas moral (adil dan benar), sehingga mampu menghadirkan keselamatan yang membuat Israel dan Yehuda hidup dengan damai dan aman, bahkan kembali menjadi satu bangsa (23:5-8). Yesus Kristuslah Tunas Daud, Sang Mesias yang dijanjikan Allah itu, Gembala yang berkurban diri demi keselamatan domba-domba-Nya. 

Apakah Anda melihat banyak pemimpin bangsa dan gereja yang bobrok? Doakan agar mereka menjadi pemimpin yang lebih baik. Berdoalah agar Allah menghadirkan generasi pemimpin baru yang bersedia dan mampu menggembalakan rakyat dan jemaat. Doakan diri Anda agar Anda bisa mengikuti teladan Kristus, memainkan peran kepemimpinan yang menjadi berkat, dan menghadirkan perubahan yang baik di lingkungan sekitar. [ICW]

“Sungguh, baik nabi maupun imam berlaku fasik; 
di rumah-Ku pun juga Aku mendapati kejahatan mereka, demikianlah firman TUHAN.” 
Yeremia 23:11

 

Hidup Sebagaimana Layaknya Manusia Baru


Bacaan Alkitab hari ini: Kolose 3


Dalam 3:1, Paulus menuliskan, “..., kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, ....” Akan tetapi, jemaat di Kolose maupun kita saat ini yang membaca surat Paulus belum mengalami kebangkitan tubuh. Apakah perintah “carilah perkara yang di atas” berlaku saat orang percaya telah dibangkitkan pada akhir zaman saja? Apakah perintah itu tidak berlaku untuk hidup kita sekarang di bumi ini? Apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Paulus?

Keadaan seorang murid Kristus mencerminkan kontras antara keadaan dulu “mati oleh pelanggaran” dan saat ini “telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia” (2:13). Artinya, secara jas- maniah kita berada di dunia, tetapi secara rohaniah kita tidak lagi “mati” (bandingkan dengan Efesus 2:1), melainkan telah “dibangkitkan”, sebab Roh Kudus—yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati—akan memberikan hidup kepada setiap orang yang telah menerima-Nya (Roma 8:11). Oleh sebab itu, dengan yakin kita menyatakan bahwa kebangkitan dan kemenangan di akhir zaman adalah kepastian untuk setiap individu yang percaya (3:4).

Berdasarkan status dan keberadaan kita seperti tertulis di atas, kita diperintahkan untuk mematikan segala dorongan atau keinginan yang tidak benar (3:5), lalu tidak lagi mengatakan, melakukan, dan mengembangkan perasaan yang tidak diperkenan oleh Tuhan (3:8-17). Sebaliknya, sebagai orang-orang pilihan Allah (3:12), hendaklah kita hidup sebagaimana layaknya “manusia baru” (3:10), yaitu selalu mencari dan melakukan perintah- Nya (3:2, bandingkan dengan Matius 6:33, Galatia 2:16). Jadi, seorang yang mengklaim bahwa dirinya adalah orang percaya, akan memperlihatkan ketaatan terhadap firman Tuhan secara nyata dalam kehidupannya. Bagaimana dengan Anda? [ECW]

... Serahkanlah dirimu kepada Allah, sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah
untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.
— Roma 6 : 13

Semangat dan Tekun Memberitakan Injil


Bacaan Alkitab hari ini: Kolose 1


Apakah pernyataan Rasul Paulus, “Menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus” (1:24) menunjukkan bahwa karya penebusan Kristus di kayu salib belum tuntas, sehingga Paulus harus melengkapinya? Tentu tidak! Ibrani 10:14 dengan jelas menyatakan bahwa karya penebusan Kristus telah sempurna. Yang ingin Paulus sampaikan adalah bahwa pelayanan Paulus menyebabkan orang-orang dari ber- bagai bangsa di luar Israel menjadi percaya kepada Kristus. Dalam aspek itulah, Paulus dapat disebut “menambahkan” apa yang belum terwujud melalui pelayanan Kristus. Paulus jelas merupakan rasul bagi berbagai bangsa, bukan hanya bagi bangsa Yahudi. Dalam pelayanannya, Paulus mengajar dan menasihati banyak orang supaya mereka semakin matang secara rohani (1:28). Lalu, seluruh pelayanannya ia kerjakan dengan jerih lelah dan perjuangan sekuat tenaga (1:29). Tak dapat dipungkiri bahwa Paulus memiliki semangat yang sangat besar dalam memberitakan Injil, sebab ia menyadari bahwa Kristus sangat mempedulikan semua bangsa (1:27).

Apakah Anda memiliki keinginan besar untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar Anda? Ingatlah keluarga atau orang-orang belum percaya yang sangat dekat dengan Anda. Rindukah Anda membagi Injil kepada mereka? Bila gairah Anda untuk memberitakan Injil tidak konsisten atau bila Anda putus asa saat menghadapi berbagai penolakan atau ejekan orang yang belum percaya, ingatlah bahwa Paulus pun menghadapi berbagai macam tantangan, bahkan ia menderita (1:24). Namun, Paulus menyadari bahwa kuasa Kristus bekerja dalam dirinya (1:29). Kuasa yang sama juga bekerja dalam diri Anda. Tetaplah semangat dan tekun memberitakan Injil! [ECW]

Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh
Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh.
— 1 Tesalonika 1:5a