Hikmat Duniawi yang Sia-sia

Pengkhotbah 1

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Pengkhotbah mengajak kita untuk menyelami makna hidup manusia melalui sebuah pertanyaan, “Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?” (1:3). Pengkhotbah membandingkan manusia dengan proses di alam semesta yang terus berlangsung secara rutin seolah-olah tanpa tujuan. Rasa penasaran membuat Pengkhotbah tidak berdiam diri, dia berusaha mencari tahu makna hidup manusia yang sebenarnya (1:13).

Dalam pencariannya, Pengkhotbah memperhatikan kehidupan manusia di bawah matahari. Berdasarkan hasil pengamatannya, dia menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan manusia hanyalah kesia-siaan dan seperti usaha menjaring angin (1:14). Kata “sia-sia” memiliki makna bahwa usaha yang dilakukan itu tidak bermanfaat atau hanya sekejap saja manfaatnya. Namun, dia tidak berhenti di sana. Dia berusaha memperbesar dan menambah hikmat serta pengetahuannya (1:16). Akan tetapi, kesimpulannya tetap sama, yaitu bahwa hidup itu merupakan kesia-siaan. Walaupun pencarian Pengkhotbah akan makna hidup tidak menemukan jawaban, ada hal menarik yang perlu kita perhatikan. Pengkhotbah menggunakan istilah “di bawah matahari" untuk menjelaskan bahwa hikmat dan pengetahuan yang ditemukan Pengkhotbah adalah penemuan berdasarkan realita kehidupan di dunia yang berdosa ini. Bila makna hidup yang dicari melalui hikmat dan pengetahuan duniawi adalah kesia-sian, apakah ada makna hidup yang tidak berada di bawah matahari?

Kita harus mencari makna hidup pada sumber terang! Tuhan Yesus bersabda, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup. " (Yohanes 8:12). Yesus Kristus adalah Allah yang terlibat dalam penciptaan alam semesta ini (Yohanes 1:3). Dialah yang mengetahui tujuan penciptaan alam semesta ini. Alam semesta—termasuk manusia di dalamnya—diciptakan untuk kemuliaan Allah (Mazmur 19:2; Yesaya 43:7). Carilah makna hidup Anda! Mulailah dengan memandang kepada Allah, karena “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” (Amsal 9:10). Rasul Paulus mengatakan, “...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58). Apakah Anda telah mencari hikmat dengan dilandasi rasa takut akan Allah? [BW]