2 Samuel 7
Penolakan adalah hal yang lumrah terjadi. Penolakan bisa kita alami saat kita melamar pekerjaan, mengajukan klaim asuransi, menawar harga barang, meminang untuk menikahi seseorang, dan sebagainya. Meski lumrah terjadi, tidak semua orang siap menghadapi penolakan, lebih-lebih jika orang itu merasa bahwa dirinya atau keinginannya layak diterima. Tidak mengherankan bila penolakan bisa mengakibatkan sakit hati atau membuat seseorang menjadi baper-artinya "bawa perasaan". Raja Daud adalah salah seorang yang pernah mengalami penolakan saat menempati kedudukan tertinggi sebagai raja. Tidak tanggung- tanggung, yang menolak justru Allah sendiri! Bermula saat Daud mengutarakan niat hatinya-untuk membangun Bait Allah-kepada Nabi Natan. Niat baik itu direspons baik oleh sang nabi. Namun, tak lama kemudian, Tuhan berfirman kepada Nabi Natan bahwa Dia tidak menghendaki Daud yang membangun Rumah bagi-Nya, melainkan la menghendaki agar anak Daud-lah yang membangunnya (7:13). Sekaligus, Tuhan menegaskan janji dan kesetiaan-Nya untuk menyertai Daud dan keturunannya, serta mengokohkan kerajaan Daud selama-lamanya. Perkataan Tuhan ini bukan sekadar menubuatkan bahwa Salomo yang akan membangun Bait Suci, namun juga menubuatkan kedatangan Mesias dari keturunan Daud, yang kerajaan-Nya kekal selama-lamanya. Nubuat itu digenapi dalam diri Tuhan Yesus, Sang Mesias, Pemilik kerajaan yang tak tergoncangkan itu. Bagaimana respons Raja Daud atas penolakan Tuhan yang disampaikan oleh nabi Natan? Penolakan itu tidak ditanggapi Daud dengan bersikap baper (bawa perasaan), melainkan ia datang kepada Tuhan serta memanjatkan doa syukur. Daud tidak menonjolkan ego (diri pribadi), melainkan ia menerima kehendak Allah serta menantikan pemenuhan janji Tuhan (7:18-29). Respons Raja Daud mengingatkan kita bahwa tidak semua keinginan dan permohonan kita akan dikabulkan Tuhan. Jangan memaksa Tuhan dengan dalih mengklaim janji-Nya! Sangat wajar jika Tuhan menolak keinginan kita yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, jangan bersikap baper Apakah Anda cukup rendah hati untuk bersedia mengoreksi agenda pribadi serta menyelaraskan agenda Anda dengan agenda Tuhan? [FI]