2 Samuel 10
Pepatah Good intention is not good enough (Niat baik tidak cukup) mengungkapkan bahwa niat baik tidak selalu direspons dengan baik, bahkan bisa disalahpahami dan dihina. Lalu, bagaimana merespons kesalahpahaman terhadap niat baik kita? Apakah kita marah dan balas membenci? Inilah peristiwa yang dialami Raja Daud. Niat hatinya adalah hendak mengucapkan rasa belasungkawa yang tulus atas kematian Nahas, Raja Amon. Ternyata, beberapa pegawai yang dia utus ke negeri Amon tidak disambut dengan baik, tetapi malah dipermalukan oleh Raja Hanun—anak mendiang Raja Nahas—dengan cara mencukur janggut dan memotong pakaian mereka. Pada zaman itu, janggut yang dipeliha-ra adalah pembeda dari budak yang tidak berjanggut. Tindakan memo-tong janggut berarti merendahkan setara dengan budak, dan tindakan itu juga berarti merendahkan Raja Daud yang mengutus mereka. Inilah penyebab kebencian Raja Daud kepada bani Amon (10:6). Raja Amon sudah bisa menebak bahwa perlakuan mereka akan membuat Raja Daud berang. Mereka mempersiapkan koalisi dengan menyewa orang-orang Aram. Namun, pasukan Israel di bawah pimpinan Yoab yang dibantu oleh Abisai masih terlalu tangguh bagi mereka. Yoab dan tentaranya berhasil memukul kalah pasukan Aram, sehingga mereka melarikan diri dan tidak berani lagi membantu bani Amon. Melihat kekalahan itu, orang-orang Amon juga ikut melarikan diri. Respons Raja Hanun yang sangat buruk terhadap kedatangan para utusan Raja Daud yang hendak mengucapkan rasa belasungkawa menunjukkan bahwa niat baik kita bisa saja direspons secara buruk. Saat niat baik kita direspons secara buruk, kita harus waspada agar kita tidak membalas dengan cara yang lebih buruk. Kemarahan dan pembalasan Daud wajar karena dia dalam posisi sebagai kepala negara. Akan tetapi, orang Kristen pada masa kini tidak sepatutnya membalas respons buruk dengan kebencian. Kita harus belajar memaafkan kesalahan orang yang bersalah kepada kita karena kita pun telah lebih dulu mendapat peng-ampunan Allah melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, padahal kita adalah orang berdosa yang patut menerima hukuman Allah. Kita harus belajar berbuat baik secara tulus sebagai respons terhadap kebaikan Tuhan yang telah kita terima. Saat niat baik kita direspons secara negatif pun, kita perlu berusaha untuk tetap mengasihi. [FI]