Menghormati Pemimpin dari Allah

2 Samuel 1

Beberapa waktu yang lalu, sempat tersiar desas-desus kematian Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Korea Utara. Meskipun tidak terbukti kebenarannya, kabar ini direspons dengan cara beragam. Walaupun ada yang tidak peduli, tetapi sebagian besar orang tampak menanti-nantikan kebenaran berita kematian tersebut, mengingat sang pemimpin dikenal sebagai seorang diktator yang kejam. Kitab 2 Samuel diawali dengan berita kematian Raja Saul. Seorang tentara keturunan Amalek mengira bahwa berita itu adalah “kabar baik” bagi Daud yang sering diincar untuk dibunuh oleh Raja Saul. Alih-alih memberi hadiah atau jabatan atas jasa menginfokan “kabar baik” itu, Daud malah menghukum mati orang Amalek itu saat itu juga. Bagi Daud, tidak patut bertindak sewenang-wenang kepada orang yang diurapi Tuhan, apalagi berita yang disampaikan orang Amalek itu (1:6-10) adalah cerita dusta yang berbeda dengan catatan kematian Saul yang dicatat di 1 Samuel 31:3-5. Jelas bahwa tentara itu hanyalah seorang oportunis—yaitu orang yang selalu mengejar keuntungan. Daud bisa saja bersyukur dan merayakan kematian Raja Saul, dan pendukungnya akan maklum jika hal itu dilakukan. Namun, Daud justru mengekspresikan kesedihan yang mendalam dengan meratapi kematian Yonatan dan Raja Saul (2 Samuel 1:17-27). Catatan kepedihan yang mendalam ini bisa saja dicurigai sebagai suatu sandiwara. Namun, keseluruhan sikap Daud terhadap Raja Saul sejak ia dikejar-kejar hingga cara Daud memperlakukan jenazah Raja Saul merupakan bukti yang seharusnya membungkam kecurigaan yang tidak beralasan itu. Daud menghormati Raja Saul dan keluarganya secara konsisten. Respons Daud yang sangat menghormati Allah lewat menghor-mati orang yang diurapi Allah mengingatkan kita untuk bersikap rendah hati menghormati orang yang ditunjuk Tuhan menjadi pemimpin kita, termasuk orang tua, dosen, majikan, dan pemimpin rohani di Gereja. Kita mungkin sangat geram melihat kelemahan—bahkan cacat moral—yang membuat sang pemimpin akhirnya jatuh. Namun, adanya kelemahan itu tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk dengan sengaja merendahkan mereka. Saat mereka jatuh, kita patut berduka, bukan bersukacita. Oleh karena itu, doakanlah para pemimpin yang Tuhan tempatkan, agar mereka dipelihara Tuhan untuk menjadi berkat bagi hidup kita! [FI]