Efesus 1:1-14
Rasul Paulus mengawali suratnya dengan memperkenalkan dirinya sebagai penulis Surat Efesus dan menambahkan identitas dirinya sebagai ‚rasul Kristus Yesus.‛ Penyebutan diri sebagai seorang rasul Kris-tus bukan hanya untuk menunjukkan bahwa Paulus adalah milik Kristus, tetapi hendak menegaskan otoritas penuh yang ia miliki sebagai utusan Kristus dalam memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi, baik secara lisan maupun tulisan.
Selanjutnya, Rasul Paulus memuji Allah karena—di dalam Kristus—Allah Bapa telah mengaruniakan segala berkat rohani kepada orang-orang percaya (1:3-14). Sumber berkat tersebut adalah Allah Bapa (1:3) dan dikaruniakan secara khusus ‚kepada kita‛, anak-anak-Nya (1:3). Ber-kat rohani itu ada ‚di dalam Kristus‛ (1:3). Frasa ‚di dalam Kristus‛ atau ‚di dalam Dia‛ yang muncul berulang kali (1:3,4,6,7,10,11,13) menunjukkan peran utama Kristus Yesus yang memungkinkan berkat rohani ini bisa kita nikmati. Di dalam Kristus, Allah telah memilih kita menjadi anak-anak-Nya (1:5). Di dalam Kristus, saat ini, kita ‚beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa‛ (1:7). Di dalam Kristus, Allah menyatakan kepada kita rahasia kehendak-Nya tentang masa yang akan datang (1:9), yaitu rencana untuk mempersatukan—di dalam Kristus—segala sesuatu yang ada di bumi dan di sorga, dan Kristus telah ditetapkan untuk menjadi Kepala atas segala sesuatu (1:10). Di dalam Kristus, orang-orang Yahudi (‚kami‛) mendapat bagian dari janji Allah (1:11-12). Di dalam Kristus, orang-orang non-Yahudi (‚kamu‛) yang percaya Kristus, juga adalah milik Allah dan beroleh Roh Kudus (1:13-14).
Kita sering lupa bahwa kita telah, sedang, dan akan terus diberkati oleh Allah Bapa. Kita sering tidak menyadari berkat Allah atas diri kita. Hal ini terjadi bila kita menyamakan berkat Allah dengan berkat materi yang ditekankan dalam Perjanjian Lama. Di sini, Rasul Paulus mengingat-kan kita bahwa ada satu berkat yang tidak akan pernah dicuri dan tidak akan pernah rusak, yaitu berkat rohani yang dikaruniakan Allah Bapa kepada orang-orang yang ada di dalam Kristus. Untuk melawan lupa, kita harus terus mengingatkan diri kita akan berkat-berkat rohani yang dikaruniakan kepada kita di dalam Kristus. Ingatan ini akan mendorong hati kita untuk memuji Allah Tritunggal yang memungkinkan berkat ini kita nikmati, kini di bumi ini dan nanti di langit baru dan bumi baru bersama semua orang percaya dari berbagai suku bangsa. [EG]