Bila Umat Allah Hidup Tanpa Pemimpin

Hakim-hakim 21

Sikap suku Benyamin yang membela orang-orang dursila di Gibea, lalu memusuhi suku-suku Israel yang lain, merupakan kesalahan fatal. Bagi suku-suku Israel yang lain, suku Benyamin telah tersesat dan menjadi ‚musuh‛—sama seperti penduduk Kanaan—yang harus dibunuh bersama dengan istri dan anak-anak mereka. Akan tetapi, setelah suku Benyamin kalah dan melarikan diri, rasa persaudaraan yang mengikat mereka tumbuh kembali dan mereka merasa sangat kasihan terhadap suku Benyamin. Perang saudara membuat sisa suku Benyamin hanya enam ratus pria (20:47). Mereka sulit mencari calon istri karena umat Is-rael tak boleh menikah dengan penduduk asli Tanah Kanaan, sedangkan kesebelas suku di luar suku Benyamin telah bersumpah tidak akan mem-berikan anak-anak perempuan mereka untuk menjadi istri dari pria suku Benyamin. Bagi orang Israel, sumpah tidak boleh dibatalkan. Oleh karena itu, sumpah itu membuat suku Benyamin terancam punah.
Bangsa Israel yang berkumpul di Betel meratapi suku Benyamin, mendirikan mezbah, lalu mempersembahkan korban bakaran dan kor-ban keselamatan untuk memulihkan hubungan dengan Allah (21:1-4). Mungkin, pemberian persembahan korban itu dimaksudkan agar suku Benyamin yang tersisa bisa kembali menjadi bagian dari umat Allah. Saat umat Israel memeriksa diri, mereka melihat bahwa penduduk Yabesh-Gilead tidak ikut dalam kebersamaan umat Israel, sehingga mereka sepakat untuk membunuh penduduk Yabesh-Gilead, tetapi menyisakan wanita yang belum pernah menikah. Kemudian, umat Israel berdamai dengan suku Benyamin. Sisa suku Benyamin dipersilakan kembali dari tempat pelarian dan menempati tanah warisan mereka. Empat ratus gadis Yabesh-Gilead yang tidak ikut dibunuh diberikan menjadi istri para pria suku Benyamin. Sisa dua ratus pria suku Benyamin yang belum beristri diminta mengambil istri dengan cara menculik gadis Silo yang sedang menari dalam perayaan tahunan yang diadakan bagi Tuhan (21:19-23). Bagi orang percaya masa kini, riwayat bangsa Israel yang kita baca dalam kitab Hakim-hakim—terutama tiga pasal terakhir—terasa aneh dan menyedihkan. Hal ini terjadi karena bangsa Israel tidak memi-liki pemimpin nasional dan hidup semaunya sendiri (bandingkan dengan 21:25). Apakah Anda memiliki pemimpin rohani yang Anda taati? Apakah Anda bersedia dengan sukarela menaati kehendak Allah yang telah tertulis dengan jelas dalam firman-Nya? [RT/P]