Pameran Kesalehan

Markus 12:35-44

Apa dampaknya jika seseorang tahu bahwa ia sedang diperhatikan saat ia melakukan sesuatu (apa pun)? Apakah ia akan menghentikan perbuatannya atau justru malah semakin menjadi-jadi? Respons orang itu tergantung dari apakah dia suka menjadi pusat perhatian atau tidak. Para ahli Taurat suka memamerkan diri mereka di hadapan orang banyak. Nampaknya, mereka memiliki pakaian kebesaran sehingga orang banyak langsung mengenali siapa mereka. Selain menonjolkan pakaian, para ahli Taurat juga dikenal suka menerima penghormatan di pasar serta terbiasa duduk di tempat yang dikhususkan, baik di rumah ibadat maupun di dalam perjamuan, seakan-akan status mereka lebih tinggi jika dibandingkan dengan rakyat jelata. Sayangnya, kelakuan mereka tidak sebanding dengan status mereka. Tuhan Yesus tahu betapa bobroknya hati mereka. Mereka suka menelan rumah janda-janda dan memanipulasi doa—sesuatu yang bersifat rohani, tetapi dipakai untuk kepentingan pribadi (menonjolkan diri). Sikap para ahli Taurat itu berbanding terbalik dengan sikap seo-rang janda yang (sungguh-sungguh) miskin. Bayangkan: sebelum dirinya, banyak orang kaya dengan angkuh sengaja melemparkan sejumlah be-sar uang ke dalam kotak persembahan, sehingga bunyinya terdengar oleh banyak orang, termasuk si janda miskin. Kira-kira, apa yang ada di benak janda itu saat memberikan semua yang ia miliki kepada Tuhan? Dia pasti merasa minder karena yang dia berikan tidak berarti diban-dingkan pemberian si orang kaya. Namun, niat janda itu sudah bulat. Seandainya Anda tahu bahwa ada banyak pasang mata sedang mengawasi Anda—apalagi jika yang mengawasi Anda adalah orang-orang penting—saat Anda memberi persembahan, apakah Anda akan menambah jumlah persembahan Anda? Apakah Anda mulai membayangkan bahwa orang-orang yang mengawasi Anda akan terpukau oleh jumlah uang yang besar yang Anda persembahkan? Sadarilah bahwa orang-orang yang memiliki status “tinggi” dalam gereja (misalnya rohaniwan, majelis, pengurus, jemaat senior) juga bisa tergoda untuk menonjolkan kerohanian melalui jumlah persembahan atau berbagai pelayanan yang mereka lakukan. Apakah Anda pernah tergoda untuk memamerkan kesalehan pribadi atau Anda hanya mengharapkan perkenan Tuhan atas apa yang Anda lakukan dan Anda selalu berusaha agar Allah saja yang dihormati? [GI Mario Novanno]