Evaluasi Iman

Markus 9:14-29

Ada beberapa fakta menarik mengenai anak yang kerasukan roh yang membisukan dalam bacaan Alkitab hari ini. Di bagian yang paralel dalam Matius 17:15, anak ini sakit ayan dan sangat menderita serta sering jatuh ke dalam api dan ke dalam air. Hal itu dia alami sejak kecil (Markus 9:21). Bayangkan kepedihan hati orang tuanya yang telah tertimbun selama bertahun-tahun. Apa lagi, anak ini adalah anak satu-satunya (Lukas 9:38). Jelas bahwa orang tua anak ini pasti sudah mencari pertolongan ke mana-mana demi kesembuhan anak mereka. Harapan-mereka muncul setiap kali mendengar ada orang “hebat” yang sanggup mengusir roh jahat, tetapi mereka menuai kekecewaan karena anak mereka tetap tidak bisa sembuh. Ketika mendengar kabar tentang sosok Yesus Kristus yang berku-asa mengusir roh jahat, muncullah pengharapan sekiranya Yesus Kristus dapat menyembuhkan anak mereka. Akan tetapi, mereka tidak dapat segera bertemu dengan Yesus Kristus. Mula-mula, mereka bertemu dengan murid-murid Yesus Kristus yang menambah kekecewaan karena tidak bisa mengusir roh jahat dari anak mereka. Apakah nama Yesus Kristus kurang berkuasa? Apakah murid-murid kurang beriman? Kita tidak tahu, tetapi Yesus Kristus tahu apa yang ada dalam benak dan hati setiap murid-Nya. Ia berkata: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.” (Markus 9:29). Mungkinkah para murid sudah terbiasa mengusir roh jahat sehingga mereka menjadi terlalu percaya diri sehingga kurang menggantungkan diri pada kuasa Tuhan? Kita tahu bahwa berdoa adalah salah satu bentuk kebergantungan mutlak kepada Sang Sumber Hidup. Apakah si ayah yang kurang beriman? Datang kepada Yesus karena mendengar Dia dapat menyembuhkan satu hal, tetapi sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus Kristus dapat menyembuhkan adalah hal lain. Tidak mengherankan bila sang ayah ini berkata: “... Jika Engkau da-pat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” (9:22). Terde-ngar nada keputusasaan dalam kalimat itu. Keputusasaan membuahkan hasil yang seadanya saja. Mungkin, ia berkata dalam hati, “Minimal, kurangilah penderitaan anakku dan aku sebagai ayahnya. Paling tidak, angkatlah beberapa kebiasaannya yang mengancam jiwanya.” Bagaimana dengan iman kita? Mungkinkah sikap kita membuat Tuhan Yesus berkata, “Jika Aku dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! Hai kamu angkatan yang tidak percaya!” [GI Mario Novanno]