Terserah Tuhan Bagaimana Baiknya

Markus 7:24-37

Kedatangan seorang perempuan Yunani dari bangsa Siro-Fenisia untuk menemui Yesus Kristus adalah peristiwa yang wajar (7:25-30). Sebaliknya, aneh bila Tuhan Yesus mengharapkan untuk bertemu banyak orang Yahudi di daerah Tirus. Okelah seandainya Yesus Kristus mau mengambil kesempatan untuk me-time (waktu untuk menyendiri), sehingga Ia enggan diganggu. Akan tetapi, perlukah Tuhan Yesus ‘menghina’ perempuan itu—yang putus asa karena anaknya dirasuk setan—hanya karena Ia merasa terganggu? Toh dengan kuasa-Nya, Yesus Kristus dapat menyembuhkan anaknya hanya dengan mengatakan satu kalimat saja? Pada zaman kita, Tuhan Yesus dapat dituduh sebagai bersikap rasis (Catatan: Berdasarkan konteks, jelas bahwa Tuhan Yesus pasti tidak bermaksud menghina dan bersikap rasis).
Lain lagi dengan penyembuhan tidak lazim yang Yesus Kristus la-kukan terhadap seorang yang tuli dan gagap (7:32-35). Tindakan Tuhan Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu masih dapat dimaklumi. Akan tetapi, meludah dan meraba lidah orang itu benar-benar “out of the box” (di luar dugaan). Tuhan Yesus bisa dianggap sebagai Tabib yang nyeleneh, bahkan jorok. Bukankah cukup bila Tuhan Yesus sekadar meletakkan tangan-Nya ke atas orang itu dan mendoakannya seperti permintaan yang diajukan kepada-Nya? (catatan: pasti Tuhan Yesus memiliki alasan mengapa Dia memakai cara yang dianggap jorok ini).
Jangan bersikap terlalu kritis terhadap tindakan Tuhan Yesus yang tidak biasa karena cara kerja Tuhan tak selalu bisa kita pahami, “Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?” (Roma 11:34; bandingkan dengan Yesaya 40:13). Tindakan Tuhan pasti mendatangkan kebaikan seperti yang dialami oleh ibu yang anak perempuannya kerasukan setan serta orang yang tuli dan gagap. Cara Tuhan bertindak tak perlu dipersoalkan. Sekilas, pemikiran ini seperti menganggap hasil lebih penting daripada proses. Sama sekali tidak! Tidak ada proses yang menunjukkan adanya pelanggaran terhadap hukum Allah saat Tuhan Yesus menyembuhkan dengan cara yang tidak biasa. Masalah muncul bila kita menilai kebijaksanaan Tuhan dari perspektif kita berdasarkan standar manusia yang sudah tercemar. Walaupun ada berbagai usaha untuk menjelaskan mengapa Tuhan Yesus melakukan ini dan itu, kita akan mengerti sejelas-jelasnya saat kita bertanya langsung kepada-Nya kelak dalam kekekalan. [GI Mario Novanno]