Markus 7:1-23
Tuhan Yesus mencap serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat yang khusus datang dari Yerusalem untuk menemui-Nya sebagai orang-orang munafik. Ciri-ciri orang munafik adalah: (1) hatinya jauh dari Tuhan, (2) mengabaikan perintah Allah, dan (3) mengajarkan perintah manusia.
Sebenarnya, berdasarkan akal sehat, adat istiadat yang menjadi dasar orang Farisi dan ahli Taurat mempertanyakan perbuatan bebera-pa murid Tuhan Yesus ketika makan tidaklah salah, bahkan baik. Mem-basuh tangan sebelum makan, membersihkan diri setelah pulang dari pasar, tidak makan dengan tangan najis adalah adat istiadat yang baik bila ditinjau dari berbagai segi (higienis, etiket, disiplin pribadi, dan seba-gainya). Akan tetapi, masalahnya adalah bahwa mereka menggantikan hal yang terbaik dengan hal yang baik. Hal yang baik menggeser hal yang terbaik. Perintah Allah adalah hal yang terbaik. Ajaran (adat istiadat) yang baik merebut posisi perintah Allah yang merupakan hal yang terbaik. Hal yang kurang baik (bila dibandingkan dengan yang terbaik) dianggap lebih penting dari hal yang terbaik. Mereka seharusnya mengetahui bahwa hal itu salah! Akan tetapi, mereka tetap melakukan-nya. Tuhan yang mereka sembah menjadi kurang penting dibandingkan dengan diri mereka sendiri. Itulah kemunafikan!
Mudah bukan mempertahankan ‘warisan’ yang dari zaman ke zaman dianggap sudah dari sananya begitu? Bukankah banyak orang memilih bersikap tidak peduli saat sadar bahwa ada yang salah dalam warisan itu? Fanatisme terhadap warisan diam-diam menjadi berhala, sehingga saat ditemukan ada nya pelencengan terhadap prinsip firman Tuhan pun, warisan itu tetap dipertahankan? Warisan itu bisa berwujud pola pikir, cara bersikap, rasa bersalah yang salah, cara berbisnis, hingga model pelayanan. Segala hal yang berlawanan dengan ‘warisan’ yang sudah disepakati—sebagai hukum tidak tertulis—secara otomatis menja-di sumber serangan bagi orang-orang tertentu yang menikmati status quo (apa yang dari dulu sudah seperti itu dan sedang berjalan terus). Masalahnya, banyak orang yang menikmati status quo, walaupun mereka sadar bahwa warisan itu salah karena menyingkirkan prinsip firman Tuhan. Bagi Tuhan Yesus, berlaku munafik bukan sekedar ’memakai topeng’. Menjadi munafik adalah mengaku beriman, tetapi mengganti firman Tuhan dengan hal lain. Berhati-hatilah! [GI Mario Novanno]