Beribadah dengan Segenap Hati

Yesaya 29

Arti sebutan “Ariel” tidak jelas. Kata itu bisa berarti “perapian” (29:2) atau “singa dari Allah”. Tampaknya, arti kedua tidak cocok dalam konteks bacaan Alkitab hari ini. Dalam Yesaya 29, kata “Ariel” menunjuk kepada kota tempat tinggal Raja Daud (29:1), yaitu kota Yerusalem. Kata “perapian” menunjuk kepada mezbah korban bakaran di pelataran Bait Suci. Seruan “Celakalah” menunjukkan bahwa kota Yerusalem akan dihukum Tuhan. Pada zaman Raja Hizkia, Yerusalem akan mengalami kelaparan saat dikepung oleh tentara Asyur (bandingkan dengan 29:3). Akan tetapi, setelah Raja Hizkia merendahkan diri, Tuhan bertindak menolong dan membuat pasukan Asyur melarikan diri. Datangnya pertolongan Tuhan ini berlangsung secara mendadak, cepat—seperti datangnya bencana alam—dan sangat dahsyat. Penggenapan nubuat pengepungan Yerusalem dan pertolongan Tuhan yang luar biasa ini akan kita baca dalam Yesaya 36-37.

Mengapa Tuhan mengizinkan rakyat Kerajaan Yehuda terancam kelaparan saat pasukan Asyur mengepung kota Yerusalem (2 Tawarikh 32:11)? Bukankah saat itu, yang memerintah Kerajaan Yehuda adalah seorang raja yang baik, yaitu Raja Hizkia? Ternyata bahwa walaupun Raja Hizkia adalah seorang raja yang baik, kerohanian rakyat Yehuda sudah telanjur rusak saat pemerintahan Ahas, ayah Raja Hizkia. Menurut penilaian Tuhan, bangsa Yehuda saat itu adalah bangsa yang munafik. Perkataan mereka berbeda dengan isi hati mereka. Ibadah mereka adalah ibadah palsu yang hanya tampak baik dari luar saja, tetapi sebenarnya mereka tidak beribadah dengan segenap hati. Allah menghendaki agar umat-Nya mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. (lihat Matius 22:37).

Marilah kita memeriksa diri kita: Apakah ibadah Anda merupakan ibadah yang berkenan kepada Allah? Apakah Allah sudah menjadi yang terpenting dalam kehidupan Anda? Apakah Anda sudah mengutamakan Allah lebih dari apa pun yang ada di dunia ini, termasuk lebih utama daripada kepentingan Anda sendiri? Apakah Anda rela memberi waktu untuk tetap setia beribadah, sekalipun tidak ada seorang pun yang melihat apa yang Anda lakukan di masa pandemi ini? Apakah kasih Anda kepada Allah telah terpancar dalam sikap Anda terhadap orang-orang yang berada di sekitar diri Anda? [P]