Hanya Allah yang Sanggup Menolong

Yesaya 28

Efraim adalah salah satu suku yang paling menonjol di Israel Utara, sehingga penyebutan Efraim bisa dianggap mewakili Kerajaan Israel Utara. Menjelang keruntuhan Kerajaan Israel Utara, kehidupan mereka cukup makmur sehingga banyak di antara rakyat yang merupakan pemabuk (28:1). Yang membuat kondisi menjadi makin buruk, para pemimpin rohani—yaitu imam dan nabi—juga ikut mabuk. Kemabukan mereka sedemikian parah sehingga mereka sampai muntah di meja, sehingga meja tempat mereka berpesta menjadi kotor. Kondisi semacam itu membuat rakyat di Kerajaan Israel Utara hidup dalam dosa. Mereka mengabaikan peringatan Allah melalui para nabi yang Ia utus. Akhirnya, Allah menjatuhkan hukuman melalui bangsa Asyur yang disebut sebagai “orang yang berlogat ganjil” dan “orang yang berbahasa asing” (28:7-13). Bangsa Asyur yang kejam itu meruntuhkan Kerajaan Israel Utara. Rakyat Kerajaan Israel Utara ditawan dan dibawa ke Asyur. Sebaliknya, bangsa-bangsa lain yang ditawan bangsa Asyur dibawa ke Israel Utara. Dengan demikian, bangsa-bangsa yang ditaklukkan oleh bangsa Asyur tidak bisa membangun kembali daerah asalnya sendiri. Kerajaan Israel Utara runtuh saat yang menjadi raja di Kerajaan Yehuda adalah Raja Hizkia. Berbeda dengan ayahnya—yaitu Raja Ahas—yang takluk secara total kepada Kerajaan Asyur, Raja Hizkia memberontak terhadap Kerajaan Asyur. Setelah tentara Asyur menyerang kota-kota di Yehuda, Raja Hizkia akhirnya takluk dan membayar upeti kepada Kerajaan Asyur, tetapi dia takluk dengan setengah hati. Diam-diam dia menjalin koalisi dengan Kerajaan Mesir. Koalisi dengan bangsa Mesir ini seperti mengikat perjanjian dengan maut (28:15). Raja Asyur murka sehingga tentara Asyur kembali datang menyerang, bahkan kali ini berniat merebut kota Yerusalem. Bangsa Mesir tidak berani menghadapi tentara Asyur, sehingga posisi Raja Hizkia terjepit. Dalam keadaan terjepit inilah, Raja Hizkia baru mencari pertolongan Tuhan dengan segenap hati.

Sebagai anggota umat Allah pada masa kini, seharusnya kita sadar bahwa kita ini lemah. Tantangan yang kita hadapi—termasuk ancaman Covid-19—tak mungkin bisa kita hadapi dengan kekuatan sendiri. Mengharapkan pertolongan manusia—bukan pertolongan Allah—adalah perbuatan bodoh! Saat menghadapi masalah, apakah Anda mencari pertolongan Allah? [P]