Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 33
Dosa yang dilakukan bangsa Israel—yaitu membuat dan menyembah patung anak lembu emas—merupakan masalah yang sangat serius! Allah yang kudus itu tidak bisa membiarkan dosa! Kekudusan Allah “memaksa” Allah untuk menghukum orang berdosa, tetapi anugerah Allah membuat Allah memberikan jalan keluar. Tindakan bani Lewi yang telah menewaskan 3000 orang Israel telah meredakan murka Allah (32:26-28). Sekalipun demikian, dosa yang telah dilakukan bangsa Israel benar-benar telah melukai hati TUHAN, sehingga Ia berniat untuk tidak lagi berjalan bersama-sama dengan bangsa Israel, melainkan mengutus malaikat-Nya untuk mengawal bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian (32:34; 33:2-3). Jalan keluar yang diberikan TUHAN ini sudah merupakan suatu anugerah. Akan tetapi, bagi Musa, penyertaan TUHAN itu amat penting. Penyertaan TUHAN inilah yang membedakan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa lain (33:16). Musa rela mengorbankan dirinya asal dosa bangsa Israel diampuni dan TUHAN kembali menyertai umat Israel (32:31-32). Akhirnya, karena kesungguhan Musa memohon agar TUHAN Allah menyertai umat-Nya, TUHAN kembali berjanji untuk menyertai umat-Nya.
Bila Allah berkenan berdiam di antara orang Israel pada zaman Musa, saat ini Allah berkenan untuk berdiam dalam hati setiap orang yang percaya melalui kehadiran Roh Kudus (Efesus 1:13; 1 Korintus 3:16; 6:19). Bagi orang percaya pada masa kini, sikap TUHAN tetap sama. TUHAN membenci dosa dan Ia tidak bisa menutup mata terhadap dosa. Akan tetapi, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9). Pada zaman Musa, Allah tetap mau tinggal bersama-sama dengan umat Israel karena permohonan Musa. Pada zaman ini, Allah mau mengampuni dosa kita, dan Dia berkenan untuk diam di dalam hati kita, karena pengorbanan Kristus di kayu salib telah menyelamatkan kita. Melalui kematian-Nya, Kristus telah menanggung hukuman dosa kita. Sekalipun demikian, hal itu tidak berarti bahwa pada saat ini, perbuatan dosa sudah tidak menjadi masalah. Allah tetap membenci dosa, tetapi Allah memperhitungkan Kristus yang telah mati menanggung dosa kita. Oleh karena itu, seharusnya kita senantiasa hidup menjauhi dosa! (Bandingkan dengan Roma 6:1-2). [GI Purnama]