Korban Tanda Kesetiaan

Bilangan 28

Korban, pada umumnya, dihubungkan dengan bangsa—bangsa di dunia kuno. Mereka mempersembahkan korban kepada dewa—dewa mereka. Yang dipakai sebagai korban bukan hanya binatang, tetapi juga bisa manusia. Mereka mempersembahkan korban karena mereka diselimuti ketakutan bahwa mereka akan ditimpa malapetaka bila mereka tidak mempersembahkan korban. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk mempersembahkan korban di hadapan-Nya. Korban yang dipersembahkan bisa berupa korban binatang (misalnya kambing, domba, lembu, dan burung) atau tepung. Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah memerintahkan—bahkan Tuhan melarang—pengorbanan anak, yang malahan dianggap sebagai suatu kekejian di hadapan Tuhan.

Umat Israel diwajibkan untuk mempersembahkan korban di ha-dapan Tuhan. Setiap jenis korban yang dipersembahkan disebut dengan istilah tersendiri. Jenis korban yang disebut dalam Alkitab adalah korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan, korban penghapus dosa, dan korban penebus salah. Sebenarnya, persembahan korban kepada Tuhan sudah ada sejak zaman nenek moyang Israel. Dalam Kitab Kejadian, kita bisa membaca tentang persembahan korban yang dilakukan oleh Kain, Habel, Abraham, Ishak, dan Yakub. Setelah orang Israel dituntun oleh Tuhan untuk keluar dari Tanah Mesir, barulah perintah untuk mempersembahkan korban diberikan dan dilaksanakan. Banyaknya korban sembelihan dan korban bakaran yang dipersembahkan di atas mezbah menunjukkan begitu banyaknya pelanggaran yang sudah dilakukan umat Allah, tetapi begitu besar pula pengampunan yang sudah diberikan oleh Tuhan.

Akhirnya, Allah memberikan Anak-Nya sendiri—Yesus Kristus—sebagai korban penghapus dosa yang sempurna, yang hanya satu kali saja dipersembahkan. Pengorbanan Yesus Kristus itu membuat kita saat ini sudah tidak perlu lagi mempersembahkan korban binatang ke hadapan Tuhan. Akan tetapi, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1). Mempersem-bahkan tubuh adalah respons yang wajar terhadap keselamatan dan pengudusan yang telah kita terima. [GI Roni Tan]