Bilangan 20
Kebiasaan bersungut-sungut adalah salah satu kelemahan bangsa Israel. Dalam Bilangan 20, orang Israel kembali bersungut-sungut karena tidak memiliki tempat untuk menabur, tidak ada pohon ara, anggur, dan delima, serta tidak ada air. Mereka menilai tempat mereka sebagai tempat celaka (20:5). Sungut-sungut mereka didengar Tuhan dan Musa. Tuhan memastikan bahwa mereka akan mendapat air untuk diri mereka dan untuk ternak mereka. Mereka akan mendapat air dari dalam bukit batu yang akan mengeluarkan air yang melimpah. Air ini sangat cukup untuk memuaskan rasa haus mereka, dan ternak mereka akan mendapat minum. Perintah Tuhan kepada Musa sangat jelas, yaitu agar ia mengumpulkan orang Israel dan berkata pada bukit batu untuk mengeluarkan air. Air pasti akan keluar dari bukit batu itu. Sayangnya, yang dilakukan Musa tidak tepat seperti yang diperintahkan Tuhan. Pertama, setelah Musa dan Harun mengumpulkan orang Israel, yang dikatakan Musa adalah, “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, ...” (20:10). Perkataan itu berfokus pada dirinya sendiri, padahal saat itu ia sedang mewakili Tuhan. Kedua, Musa menyapa orang Israel sebagai orang durhaka. Sapaan ini bukanlah sapaan yang diperintahkan Tuhan. Ketiga, Musa memukul bukit batu, padahal yang diperintahkan Tuhan hanyalah agar Musa berkata saja kepada bukit batu itu agar mengeluarkan air. Memang benar bahwa air keluar dari bukit batu dan orang Israel beserta ternak mereka bisa minum. Akan tetapi, hasil (keluarnya air) tidak berarti bahwa ketidaktaatan (memukul bukit batu) bisa diterima. Kadang-kadang kita bisa bersikap seperti Musa: Kita mendengar atau mengetahui firman Tuhan, tetapi kita menerapkan dengan cara yang semaunya, menurut cara yang kita anggap sebagai paling benar. Kita beranggapan bahwa yang paling penting adalah hasil. Adanya hasil kita anggap sebagai tanda bahwa Allah berkenan terhadap diri kita. Tidak mengherankan bila kita bisa memakai cara apa pun untuk mendapatkan hasil. Akan tetapi, kisah yang kita baca pada hari ini menunjukkan bahwa ketaatan lebih penting daripada hasil. Bila kita taat, hidup kita pasti berkenan kepada Allah. Jadi, ketaatan lebih penting daripada hasil. Mana yang lebih penting bagi Anda: ketaatan terhadap kehendak Allah atau pemenuhan keinginan Anda? [GI Roni Tan]